NovelToon NovelToon
DUA RATU DI KAKI CEO

DUA RATU DI KAKI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:994
Nilai: 5
Nama Author: Engga Jaivan

Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
​Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB IV: Ukiran Kuno dan Kebenaran yang Terlarang

Kehadiran Kyra di kamar Luna, lengkap dengan pistol, segera meredakan ketakutan dan menggantinya dengan insting bertahan hidup. Ketegangan antara dua saudara kembar itu sejenak menguap, digantikan oleh naluri Pengawas dan Bidadari yang terancam.

"Danu datang sendiri. Kenapa?" Arion bertanya cepat, sambil meraih ponsel flip kuno yang ia temukan, memasukkannya ke saku celananya.

Kyra menyimpan pistol itu di balik punggungnya. "Dia tidak suka membagi kekuasaan. Dia pasti datang untuk menanyakan Bukti dari Ayah. Dia mengira aku yang mengendalikannya. Cepat! Kita tidak punya waktu!"

Luna mengeringkan air matanya dengan cepat. Ekspresi ketakutan yang sesaat ia tunjukkan kini digantikan oleh kekosongan dingin. Ia menarik napas dalam-dalam. "Dia tidak akan melukai kita. Dia butuh Gelang ini. Aku adalah aset terbesarnya."

"Dia bukan aset, Luna. Dia adalah ancaman!" bantah Arion. Ia menatap Kyra, "Aku akan turun. Kalian berdua tetap di sini. Luna, tutup pintunya, jangan bersuara."

"Tidak, Kak!" tolak Kyra. Ia menarik tangan Arion, tatapannya tegas. "Dia tidak akan percaya jika hanya Kakak yang menghadapinya. Dia datang untuk kami. Kami harus turun bersama. Pura-pura kita sedang beradu mulut. Pura-pura Kakak sedang mencoba mengendalikan kami berdua."

Arion melihat logika Kyra. Danu tahu betapa kuatnya ikatan mereka; ia akan mencurigai perlawanan yang terlalu terorganisir. Mereka harus menunjukkan kekacauan emosional.

"Baik. Kyra, di mana kau menyembunyikan Kunci Perak itu?" desak Arion.

"Di kalung liontin berbentuk hati, hadiah dari Ayah," jawab Kyra, menunjuk ke lehernya. "Sekarang, berikan Luna Kotak Musik itu. Itu satu-satunya yang bisa membuatnya stabil saat berhadapan dengan Danu."

Luna segera mengambil kotak musik berisi rambut jimat itu, memeluknya erat-erat. Ia tampak lebih tenang. Arion menghela napas. Keterikatan mereka pada simbol-simbol kematian dan pengorbanan sangat kuat.

Mereka bertiga berjalan menuruni tangga. Arion berada di tengah, dengan Kyra memegang lengan kirinya dan Luna memegang lengan kanannya—sebuah konfigurasi yang menunjukkan kepemilikan ganda dan konflik.

Di ruang tamu, Danu berdiri di ambang pintu, jaket kulitnya yang mewah dan raut wajahnya yang serius tampak kontras dengan suasana pagi yang sejuk. Danu adalah pria yang tampan, dengan aura pemimpin yang tenang, tetapi matanya memancarkan keserakahan yang tersembunyi.

"Arion. Aku mencarimu di kantor. Kau tidak datang," kata Danu, suaranya terdengar ramah. "Aku mendengar teriakan, jadi aku mampir. Ada apa? Kalian berdua bertengkar lagi?"

"Danu," sapa Arion, nadanya tenang dan logis, menahan emosinya agar tidak terbaca. "Tidak ada yang serius. Hanya sedikit perdebatan. Mereka tidak mau sekolah hari ini."

Kyra segera maju, melepaskan lengan Arion. Ia menyilangkan tangannya, matanya memancarkan kecemburuan yang sengaja diperlihatkan.

"Jangan bohong, Kak Arion. Kau membelanya! Kau selalu membela Luna!" teriak Kyra, ia memainkan perannya dengan sempurna.

Luna, di sisi lain, menatap Danu dengan mata kosong, memeluk kotak musiknya erat-erat.

"Aku tidak mau sekolah. Aku hanya mau di sini. Aku mau Kak Arion menemaniku," bisik Luna, suaranya merengek.

Danu tersenyum tipis. "Astaga. Drama ini tidak pernah berakhir, ya, Ri? Luna, kamu harus nurut. Kyra, jangan cemburu begitu."

Danu melangkah masuk, melewati ambang pintu. "Aku datang bukan untuk drama ini. Aku datang untuk urusan yang lebih penting. Soal proyek kita di Bandung. Ayahmu meninggalkan beberapa dokumen penting di laci meja kerjanya. Aku butuh Kunci Utamanya."

Arion merasakan hawa dingin. Danu datang untuk Kunci Perak, kunci yang bisa membuka lemari rahasia Ayahnya, yang kini ada di saku Arion.

"Ayah tidak pernah memberitahuku soal itu," Arion membalas. "Bukannya kau yang selalu mengurus semua aset Ayah?"

Danu menghela napas, gesturnya tampak sabar. "Tentu saja, tapi ini dokumen pribadi, Ri. Aku tidak mau Ayahmu meremehkanku. Berikan kuncinya. Aku hanya akan mengambil dokumen proyek itu, tidak lebih."

Kyra maju lagi, menyambar lengan Arion, dan menyandarkan kepalanya di bahu Arion—sebuah gerakan kepemilikan.

"Kak Arion tidak akan ke mana-mana, Danu. Kak Arion harus menjemputku di kampus," ujar Kyra, menatap Danu dengan tatapan provokatif.

Danu menatap Kyra. Tatapannya bukan hanya kesabaran, tetapi juga penilaian yang tajam.

"Tinggalkan dia sebentar, Kyra. Ini urusan mendesak," Danu mendesak.

Tiba-tiba, Arion menyadari. Danu tidak datang untuk mengancam Arion. Danu datang untuk memastikan Arion adalah Jangkar yang tidak kompeten. Danu ingin melihat apakah Arion akan menyerah pada perintahnya, atau menyerah pada drama adik-adiknya.

Arion menarik napas, ia harus memilih salah satu.

Arion menatap Danu lurus di mata. "Aku tidak bisa memberimu kuncinya, Danu. Ayah memberiku tanggung jawab untuk melindungi rumah ini. Aku akan membuka lacinya, dan jika ada dokumen proyek, aku akan memberikannya padamu. Tapi kau harus menunggu di luar."

Danu menyeringai, senyum itu penuh kemenangan, bukan karena Arion menolak, tetapi karena Arion memberikan sebuah kompromi.

"Baik. Aku akan menunggu di luar. Tapi jangan sampai kau membuatku kecewa, Ri," ancam Danu.

Saat Danu berbalik dan melangkah keluar, Kyra dan Luna bersandar pada Arion. Mereka tahu, pertarungan pertama sudah dimenangkan.

Namun, di pergelangan tangan Luna, Gelang Perak itu tampak bergetar—sebuah getaran yang sangat halus, hampir tak terlihat, seolah ia bereaksi terhadap kehadiran Danu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!