" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".
Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.
" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".
Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.
Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Selesai dengan meeting yang membuat perasaan Liora kali ini seperti sedang dipermainkan oleh takdir dan semesta, apakah perjalanan hidupnya harus sebercanda ini? Selama 5 tahun mencoba menerima namun tiba-tiba saja dia hadir kembali. Lalu, setelah ini kejutan apalagi yang harus dihadapi?.
Seperti biasa jika makan siang divisi Liora akan makan bersama, seperti saat ini keempatnya sudah duduk bersama di Restauran langganan mereka.
Sejak tadi Ezra selalu mencuri pandang karah Liora yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Adit dan Nami yang sudah mengetahui perasaan Ezra hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Liora bukan tidak mengetahui perasaan dan perhatian yang selama ini diberikan oleh Ezra kepadanya memiliki maksud, hanya saja hatinya benar-benar sudah terkunci oleh Arga. Tidak ada yang berubah, justru semakin lama rasa rindu dan ingin kembali bersama semakin besar saja.
" Kerennn banget deh pokoknya, gue gak nyangka bakal selancar itu selamat ayaaangku". Nami kini memeluk tubuh Liora dari samping, memberi apresiasi setelah meeting selesai adalah sudah menjadi budaya di divisi mereka.
" Terimakasih banyak juga Namiku yang cantik, karena sudah memberikan bantuan dan juga semangat yang sangat besar sampai tumpah-ruah ini hehe". Jawaban Liora membuat Adit terkekeh sedangkan diseberang sana Ezra masih betah dengan menatap dalam Liora.
" Gue udah yakin bakalan lancar, nyesel coba tadi taruhan pasti gue udah dapet makan siang gratis ini lumayan kan..". Adit ikut menimpali ucapan kedua rekannya.
Ezra yang mendengar ucapan Adit seolah mendapatkan ide cemerlang " Sebagai bentuk apresiasi dari gue, karena Liora berhasil jadi biar gue yang traktir makan siang ini".
Sorak gembira terdengar dari Nami dan juga Adit yang seolah mendapatkan doorprize, padahal asal bunyi ucapan Adit yang keluar tapi seolah Tuhan sedang berbaik hati siang ini.
" Eehh jangan... Jangan.. Biar aku aja yang bayar, kalian bebas pilih sebagai bentuk terimakasih aku buat kalian". Liora langsung menolak secara halus, bagaimana bisa menerima takut nanti Ezra salah paham bakal lebih bikin sakit kepala.
" Enggak apa-apa Nin, sesekali aku yang bayar... Tolong kali ini jangan ditolak ya".
Seolah sedang memohon membuat Liora kini merasa tidak enak, menatap wajah Adit dan Nami meminta masukan dengan tatapannya akhirnya Liora mengizinkan setelah Adit dan Nami menganggukkan kepalanya.
" Kali ini aja tapi ya, Terimakasih banyak sebelumnya jadi gak enak padahal aku yang habis dibantu malah aku juga yang dibayarin". Senyuman manis itu kini terbit dari bibir mungil Liora, membuat hati Ezra semakin berlarian.
Liora masih sibuk menata perasaanya yang setelah makan siang ini akan berhadapan dengan sang mantan kekasih, aahh tidak bagaimana bisa mantan jika cintanya masih terkunci dengan Arga.
Memotong ayam diatas piringnya dengan lesu, sesekali menimpali obrolan ketiga orang dihadapannya dengan senyuman. Ezra yang sesekali membantunya untuk memotong ayam secara tiba-tiba membuat Liora kaget, bahkan tidak sempat untuk menolak.
Liora tidak ingin memberikan harapan yang palsu kepada Ezra, karena selama ini hatinya benar-benar masih terisi oleh Arga tidak pernah berubah bahkan untuk hilang saja sangat sulit.
" Li, beres makan siang Lo langsung ketemu Pak Arga?". Adit yang kini tengah menyeruput minumnya.
" Iya, Dit kenapa mau ikut?". Canda Liora yang sebenarnya kini tengah berdegup kencang.
" Lo udah gede kan? Sendiri juga berani gue bantu doa aja" jawab Adit yang kini kembali melanjutkan suapannya.
Aku harus mulai dari mana nanti saat bertemu?.
Apakah harus memanggilnya dengan bapak? Mas? Sedangkan rasa sayang ini semakin besar.
Pikiran Liora semakin berlarian kesana-kemari merencanakan apa yang akan dilakukan setelah berjumpa dengan sang mantan kekasih, yang kini menjadi atasannya dikantor. Bahkan ini akan menjadi awal pertemuan mereka, karena kedepannya Liora akan semakin banyak bertemu dan berinteraksi dengan Arga.
Setelah makan siang kini Liora tengah menyiapkan dokumen yang diminta oleh Arga sekaligus hasil persentasi yang tadi telah dilakukan, wajah cemas kini terlihat dengan jelas namun ia tidak ingin semua orang mengetahui perasaannya kali ini.
Setiap langkah yang ditapaki terasa semakin berat saja, seolah dari setiap lantai yang dilewati terasa begitu lama. Lima tahun dengan segala drama yang terjadi bukankah waktu yang singkat, menahan rindu yang semakin menumpuk itu sangat sulit dikendalikan.
Kini keduanya telah berada dalam satu ruangan yang sama, bahkan duduk keduanya kini berdampingan karena Arga sengaja duduk disamping Liora. Sedangkan Liora kini tengah mengatur nafas dan juga detak jantungnya.
" Jadi?" Arga yang sudah tidak tahan dengan keheningan mereka kini berani membuka suaranya.
" Ahh... iya maaf pak ini dokumen yang Bapak minta, silahkan di cek kembali dan mohon untuk di tandatangani jika sudah sesuai ya Pak". dengan terbata tidak lupa tangan yang bergetar dan terasa dingin, kini menyerahkan apa yang diminta oleh Arga.
Arga mengangguk pelan namun tatapannya tidak lepas dari wajah yang selama ini ia rindukan, tubuhnya sudah tidak sabar ingin sekali memeluk dengan erat namun sepertinya akan ada penolakan dari Liora.
" Liora..." bukan jawaban ternyata Arga kini justru memanggil namanya.
" S.. Sa.. Saya Pak". dengan mengatur nafas dan juga perasaannya kini Liora berusaha untuk tetap tenang, padahal posisi keduanya kini sangat dekat.
" Sudah lima tahun yaa, dan kamu masih bertahta disini tidak pernah terganti" dengan suara yang lembut tidak berubah sedikitpun, membuat air mata dikedua bola mata Liora kini turun.
Arga menggenggam tangan yang kini terasa cukup dingin, Liora tidak pernah berubah sejak dulu jika sedang panik pasti tangannya akan dingin. Arga yang sangat paham kini menggenggam lembut tangan Liora memberikan ketenangan dan juga kehangatan.
" Iya Pak, lima tahun bukan waktu yang singkat untuk menabung rindu kepada orang yang telah pergi meninggalkan kita".
Suaranya begitu lirih menusuk dada Arga, dengan cepat kini tubuh Liora sudah berada dalam dekapan tubuh kekarnya. Tidak lupa usapan lembut dipunggung Liora yang begitu nyaman.
" Selamat datang kembali Sayang, kini aku akan berjuang dan tidak akan melepaskan kamu lagi".
Suara Arga begitu pelan setengah berbisik ditelinganya, perasaannya kali ini tidak menentu bahagia namun ada perasaan sakit dan juga sedih yang kini dirasakan.
" Tolong jangan berjanji Pak, jika pada akhirnya akan dilingkari" Liora tidak menolak pelukan yang Arga berikan, justru menikmati dengan matanya yang kini terpejam.
" Jangan menangis Sayang, kali ini mari kita hadapi bersama. Maafkan atas keegoisan yang aku lakukan dulu, bahkan kebodohan yang membuat kita berpisah dan berteman sakit. Berikan aku kesempatan untuk kembali mengambil restu, biarkan aku yang berjuang kali ini hmmm".
Ada rasa ragu dalam tatapan sendu Liora kali ini, membuat perasaan Arga terasa begitu sakit. Tapi inilah konsekuensi yang harus dia terima, tapi Arga berjanji akan berjuang demi cinta mereka.
Kali ini semesta sudah memberikan jawaban atas doa dan harapan yang ia panjatkan, sebagai manusia sudah selayaknya dirinya kali ini berusaha.