Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Tahun depan aja Bu
Naira merebahkan tubuhnya di atas kasur. Belum ada niatan untuk mengganti baju. Berusaha memejamkan mata untuk menenangkan sedikit pikiran. Baru saja memejamkan mata ketukan di pintu membuka mata kembali.
Naira bangkit dan membuka pintu. Ternyata ibu yang ngetuk pintu belum sempat Naira bertanya " boleh Ibu masuk, Nak?". Naira mengangguk dan membuka lebar pintu kemudian menutup kembali setelah Ibu masuk.
Ibu dan Naira sekarang duduk di sofa yang ada di kamar. Duduk saling berhadapan, tiba-tiba Ibu mengelus tangan Naira dan berkata "kamu pasti terkejut dengan rencana Ibu. Bahkan Ibu terkesan buru-buru padahal yang akan menjalani rumahtangga kamu".
Naira masih menunggu apalagi yang akan dikatakan Ibu. Terdengar helaan nafas Ibu aku pun menatap Ibu "kenapa Bu?", aku masih menatap Ibu. "Kenapa Ibu terburu-buru karena Ibu udah kenal Siska bukan setahun dua tahun Nay. Siska itu adalah teman ibu dari zaman Ibu belum menikah, menikah bahkan sampai Ibu melahirkan kamu.
Ketika kamu berusia 2 tahun mereka pindah ke Bandung karena Ayahnya Bima pindah tugas kesana. Ayah Bima itu pensiunan Tentara. Siska itu penyayang dan baik tutur katanya. Bima pun baik dan bertanggungjawab orangnya. Dilihat dari segi pekerjaannya sudah menjanjikan untuk berkeluarga.
Dulu sewaktu kamu berumur 2 tahun disebuah acara arisan kamu hampir saja dibawak orang yang tidak dikenal, ya Bima itu yang menyelamatkan kamu. Maka sewaktu Siska punya niat jodohin kamu sama Bima Ibu setuju karena background nya keluarga kita itu sudah sama tahu dan kenal", Ibu menyudahi penjelasannya.
Hening. Naira menatap Ibu dan berkata, " yang namanya orang terkadang berubah kan Bu. Apa Ibu gak ada merasa was-was?". "Ibu udah lama gak ketemu dan bergaul walaupun mungkin Ibu masih berhubungan melalui telepon tapi itu tidak menjamin kan Bu?".
Naira mengeluarkan salah satu dari sekian banyak pertimbangan untuk menolak perjodohan ini. Ibu pun menyahuti, "Naira percaya sama Ibu?". Naira mengangguk. "Katanya feeling seorang Ibu kuat,jadi percaya deh sama Ibu.
Ibu sudah mempertimbangkan semuanya", suara Ibu masih penuh kelembutan Naira merasakan itu. Naira mencoba negosiasi lagi, " ya paling tidak jangan dalm waktu dua bulan ini juga Bu. Mepet banget Bu masa perkenalan aku sama Si Bima itu Bu".
"Masa penjajakannya sesudah menikah aja itu lebih baik Naira terhindar dari zina dan dosa. Kan kalau sudah menikah mau pegang yang mana aja udah sah tu", ibu menjelaskan.
"Idih kok Ibu jadi mesum gini sih?", merinding Naira dengarnya Bu. "Lha kamu mau masa perkenalan yang bagaimana lagi coba yang kamu inginkan?, toh tadi udah kenalan juga", ibu menjawab.
"Tahun depan aja Bu habis lebaran gitu biar Naira masih bisa sahur disini dan masih dimasakin sama Ibu, lebarannya pun belum repot Bu", Naira masih mencoba peruntungan.
" Habis lebaran itu masih lama Nay, berapa bulan lagi itu?", ibu bertanya sambil berpikir, "masih ada 7 bulan lagi Nay, kelamaan itu", sahut ibu. Nayra menghela napas.
Nayra baru sadar bahwa acara perkenalan dan makan malam tadi sebenarnya hanya kedok belaka karena pada akhirnya justru ibunya dan Tante Siska sudah menentukan kapan akan dilangsungkan pernikahan dengan semua urusan di dalamnya.
Tiba-tiba Nayra bertanya kepada ibu, "memangnya Bima itu juga setuju Bu kalau pernikahan ini akan dilangsungkan 2 bulan lagi Bu?".
Ibu menyahut, "menurut cerita Siska ini ya ibu jawabnya Bima itu nurut aja bahkan Bima bilang ke Siska, "Bunda aja yang nyiapin acaranya berpa biayanya nanti Bunda bilang", itu yang Siska cerita ke ibu sih.
"Nah kan Ibu dari cerita ibu ini sudah Nayra ambil sedikit kesimpulan Bima itu nurut atau memang gak mau peduli Bu. Seharusnya Bu kalau memang pernikahan ini dia inginkan pasti dia akan excited bu memberikan kenangan pernikahan yang baik untuk calon istrinya bukannya nerima-nerima aja Bu.
Apa iya semua yang disiapkan oleh ibu dan Tante Siska sesuai seleranya, pasti ada yang nggak kan Bu. Mungkin ya Bu dia kan laki-laki gak terlalu mempunyai impian bagimana konsep pernikahan tapi sebagai laki-laki tentu ia akan memberikan pernikahan impian untuk pasangannya kan Bu".
Naira mengeluarkan hal yang terus mengganggu pikirannya. "Seperti yang ibu bilang tadi diawal sayang, pernikahan ini karena perjodohan maka salah satu resikonya ya seperti yang kamu bilang. Sekarang kalian yang menjalaninya harus excited supaya pernikahan ini berjalan sesuai semua harapan semua orang Nayra.
Sudah ibu tidak mau lagi berdebat sama kamu, ini sudah fix. Pernikahannya 2 bulan lagi akan dilaksanakan. Kamu jaga kesehatan jangan sampai kelelahan, istirahat yang cukup dan satu lagi perawatan badannya diintensifkan supaya wah pas acara nya".
Itu aja pesan Ibu kamu istirahat, jangan lupa kunci pintu kamarnya juga ganti baju itu biar nyaman istirahatnya. Nayra menyahut dengan lemah, "ya Bu". Gak berapa lama ibu bangkit dan menutup pintu dari luar. Naira pun mengunci pintu dan bergegas mengganti pakaiannya agar lebih nyaman beristirahat.