Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
desahan manis di malam patah hati
Soojin mencoba mendorong pria itu karena kini ia hampir kehabisan napas. Seolah tersadar, pria tersebut melepas pagutannya.
“Maaf…” ucapnya lirih dengan nada parau. Wajahnya memerah, napasnya tersengal-sengal.
“Namaku Kang Hyunwoo,” ujarnya memperkenalkan diri sambil menatap Soojin penuh keseriusan. “Aku janji… aku akan menikahimu. Aku akan bertanggung jawab atas semua perbuatanku malam ini.”
Soojin terbelalak, tubuhnya bergetar. “T-tapi aku… bukan wanita seperti itu…” ucapnya gugup, panik bercampur ketakutan.
Hyunwoo menggenggam pergelangan tangannya. “Kumohon, nona. Tolong aku… lebih baik aku bertanggung jawab atas dirimu… daripada aku harus bertanggung jawab atas wanita yang memberiku obat ini. Kumohon… aku sudah tidak tahan…”
Soojin hendak menjawab, namun sebelum sempat sepatah kata pun keluar, bibirnya kembali dilumat oleh Hyunwoo. Ciuman itu berbeda dari sebelumnya—lebih dalam, lebih menuntut, membuat napas Soojin semakin sesak.
“P-perasaan apa ini…?” batin Soojin. Tubuhnya kaku, tapi ada gelombang aneh yang menjalar di seluruh dirinya, membuyarkan akal sehat.
Ciuman Hyunwoo semakin menuntut, turun perlahan ke lehernya. Bibirnya meninggalkan gigitan kecil yang membuat bekas merah di kulit putih Soojin.
“Bibir kamu… manis sekali,” ucap Hyunwoo dengan suara berat yang menggoda.
Soojin tak sanggup menjawab. Pikirannya kacau, tubuhnya lemah, dan perasaan aneh itu semakin kuat.
“Maaf, nona…” bisik Hyunwoo tangannya dengan cepat meloloskan kaos oversize yang melekat di tubuh Soojin. Kain itu meluncur, meninggalkan kulitnya terbuka.
Soojin terkejut, matanya membelalak, mulutnya bergetar. Ia buru-buru menutupi bagian yang terbuka dengan kedua tangannya. Namun tangan itu disambar Hyunwoo dengan cepat.
“Ahhh… sungguh indah…” gumam Hyunwoo dengan tatapan tajam, seperti predator yang menemukan mangsanya.
Tangannya lalu meraih benda yang masih menempel di sisi tubuh Soojin. “Ini mengganggu… maaf, sayang.” Ia menanggalkannya perlahan, lalu menatapnya lekat.
“Ahhh…” seru Hyunwoo, setengah kagum, setengah tergila. “Pemandangan yang indah…” ujarnya sambil menatap tubuh Soojin dengan sorot mata yang membuat gadis itu semakin gemetar, seakan dirinya benar-benar menjadi incaran malam ini.
“Nona, saya janji ini tidak akan sakit,” ujar Hyunwoo dengan suara parau.
Soojin sudah tidak bisa berpikir, otaknya kosong. Ia bingung, namun di tengah kebingungannya tiba-tiba Hyunwoo menyambar dua benda kenyal di depannya satu dipilin dengan tangan, satu lagi dimainkan dengan mu**t.
“Ahhh…” suara itu lolos begitu saja dari bibir Soojin.
“Ughhh… suara yang indah, sayang. Kalau begitu, aku tidak akan membiarkanmu berhenti mengucapkannya,” ujar Hyunwoo sambil kembali melahap benda kenyal di bawahnya.
“Ahhhhh…” benar saja, suara itu terus lolos dari mulut Soojin. Semakin dalam permainan Hyunwoo, semakin dalam pula teriakan Soojin, dan itu membuat Hyunwoo semakin terbakar.
“Maaf, nona… jika kali ini aku semakin liar,” ucapnya sambil meloloskan jeans yang dikenakan Soojin.
“Ja-jangan…” ucap Soojin mencoba menahan. Namun apalah daya, Hyunwoo yang sudah sangat bersemangat kini kembali mengunci tangan Soojin.
“Kumohon… jangan…” ujar Soojin dengan nada memelas, dadanya naik turun, matanya memerah.
“Maaf… tapi kamu sangat menggoda, nona,” ujar Hyunwoo. Matanya berbinar ketika tubuh itu sudah polos.
“Saya mulai dari bawah… nikmatilah,” ucapnya sambil kembali melumat bibir Soojin. Tangannya kini sudah menjelajah hingga ke area paling sensitif, membuat Soojin merasakan sensasi yang aneh.
“Ahhh…”
“Ehhmm…” suara dari bibir yang menyatu bercampur dengan desahan Soojin.
“Kita final… masuk ke final-nya ya, sayang,” Ujar hyunwo dengan nada menggoda
JLEB!
“Aaaaaa!” teriak Soojin.
“Sakit… hiks… keluarkan… ini tidak enak… sakit…,” tangis Soojin pecah ketika rasa perih menyiksa di bagian sensitifnya.
Soojin terisak pelan, tubuhnya bergetar menahan rasa sakit yang baru saja menerobos pertahanannya. Napasnya tersengal, dada naik turun, mata memerah menahan air mata yang masih menggenang.
“Hyunwoo… hentikan… aku tidak kuat…” ucapnya dengan suara parau, hampir terputus-putus di antara tangisnya.
Hyunwoo menatap wajah Soojin lekat-lekat. Ada kilatan ragu di matanya, tapi hasrat yang sudah terlanjur membara membuatnya semakin sulit berhenti. Ia mengusap lembut pipi Soojin, lalu menempelkan bibirnya ke telinga gadis itu.
“Tenanglah, nona… sebentar saja, tubuhmu akan terbiasa… percayalah padaku,” bisiknya dengan nada rendah, penuh bujuk rayu.
Soojin menggigit bibir, mencoba menahan erangan lain yang hendak lolos. Tangannya berusaha melepaskan kunci tangan Hyunwoo, namun semakin ia melawan, semakin erat genggaman itu menahannya.
“Lihat mataku,” ujar Hyunwoo dengan suara serak, memaksa tatapan Soojin bertemu dengannya. “Aku tidak akan menyakitimu lebih dari ini. Rasakan perlahan… ikuti saja alurnya.”
Tubuh Soojin terasa panas, jantungnya berdegup tak terkendali. Rasa sakit yang menusuk perlahan berubah menjadi rasa asing yang membuat dirinya sendiri bingung. Sensasi itu bercampur antara takut, sakit, tapi juga ada getaran lain yang tidak bisa ia jelaskan.
“Uhh… ahh…” desahannya lolos begitu saja, membuat Hyunwoo tersenyum samar.
“Begitu… jangan lawan, nona. Semakin kau melawan, semakin tubuhmu terasa sakit. Lepaskan saja, biarkan aku yang memimpin,” ucapnya sambil mencium kening Soojin, lalu turun ke bibirnya, menutup setiap kata protes dengan lumatan yang dalam.
Soojin bergetar, matanya terpejam rapat. Ia tak tahu lagi harus menolak atau pasrah. Yang ia tahu, tubuhnya kini sudah berada di bawah kendali Hyunwoo sepenuhnya.
Permainan pun mencapai puncaknya.
“Kau puas, nona?” tanya Hyunwoo, namun tidak ada balasan dari Soojin.
“Lihat dirimu… sangat basah,” gumamnya sambil tersenyum. Tiba-tiba, ia mengangkat tubuh Soojin.
“Aaaa!” teriak Soojin.
“Turunkan aku… aku mau dibawa ke mana?” tanya Soojin, panik.
Hyunwoo hanya tersenyum. “Suaramu indah… tapi aku belum tahu nama mu, nona. Siapa namamu?” sambil menggotong tubuh Soojin ke kamar mandi.
“Aku bertanya… aku mau dibawa ke mana, kenapa kau malah tanya balik?” protes Soojin.
“Jawab Atau ku lumat bibirmu?” ancam Hyunwoo, membuat Soojin terdiam.
“So… Soojin. Han Soojin,” jawabnya dengan gugup.
“Hmm… tapi maaf, nona. Aku tidak suka memanggilmu dengan nama itu. Kalau aku panggil kamu…‘Chingu’), bagaimana?” ujar Hyunwoo dengan nada menggoda.
BRAK!
Suara pintu kamar mandi terbuka.
“Terserah,” ujar Soojin. Ia sudah malas menolak Hyunwoo karena nanti juga tidak akan disetujui.
Hyunwoo tersenyum, lalu menurunkan tubuh Soojin ke dalam bathtub. Ia menyalakan air hangat agar tubuh Soojin tidak kedinginan. Hyunwoo masuk ke dalam bathtub, menarik tubuh Soojin ke sisinya, dan berbisik, “Kita ulang satu ronde lagi di sini.”
“APA?! TIDAK!” teriak Soojin, namun suaranya tertahan.
“Daripada kamu berteriak… lebih baik kamu mendesah, sayang,” ujar Hyunwoo dengan lembut namun tegas. Meski Soojin berkata tidak, kegiatan itu tetap berjalan, meninggalkan campuran ketegangan, kebingungan, dan sensasi aneh di tubuh Soojin.
Bersambung.......
belum juga sedih karena penghianatan udah jadi istri orang aja🤣