NovelToon NovelToon
Not Everyday

Not Everyday

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Obsesi / Keluarga / Konflik etika
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Gledekzz

Hidup Alya berubah total sejak orang tuanya menjodohkan dia dengan Darly, seorang CEO muda yang hobi pamer. Semua terasa kaku, sampai Adrian muncul dengan motor reotnya, bikin Alya tertawa di saat tidak terduga. Cinta terkadang tidak datang dari yang sempurna, tapi dari yang bikin hari lo tidak biasa.

Itulah Novel ini di judulkan "Not Everyday", karena tidak semua yang kita sangka itu sama yang kita inginkan, terkadang yang kita tidak pikirkan, hal itu yang menjadi pilihan terbaik untuk kita.

next bab👉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gledekzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lo, lagi?

Gue baru aja selesai bantuin Mama nyusun kue-kue di meja ruang tamu. Hari ini Tante Rani datang bareng Darly. Ternyata mereka semua kerja sama banget buat nyatuin lelaki yang aneh itu. Beberapa kali pun Gue menolak, kayaknya kali ini Mama nggak mau kasih cela sedikitpun, buat Gue pilih suami sendiri.

Gue udah bisa ngebayangin berapa ribetnya nanti. Rasanya pengen pura-pura sakit perut biar bisa kabur.

Bel rumah berbunyi. Baru aja mau ngomong sama Mama. Mama udah nyuruh Gue bukain pintu. Gue males setengah mati, terpaksa.

Begitu pintu kebuka, yang berdiri di depan pagar bukan cuma Tante Rani sama Darly, tapi... ada satu sosok lagi yang buat Gue kaget.

"Eh... lo?" Gue refleks ngomong begitu.

Adrian. Lelaki motor reot waktu itu. Dia lagi nyeret kardus yang cukup besar. keringetan, pakek kaos lusuh warna abu-abu. Dari kejauhan keliatan kayak tukang angkut barang, tapi Gue tau matanya nggak bisa bohong. Itu mata yang sama, tajam tapi santai, kayak selalu punya bahan bercandaan.

"Permisi, Nona Lotion," bisiknya kecil pas lewat depan Gue, nadanya penuh godaan.

Gue langsung pengen banting sandal. Gila nih orang. Kok bisa ada di sini?!

"Oh iya, Alya, ini... sopir baru Tante. Namanya Adrian. Tadi sekalian bantu angkut parcel untuk Mama kamu." Tante Rani kayak buru-buru ngejelasin.

Sopir? Jadi ini pekerjaan baru dia?

Adrian nyengir, keliatan kayak pura-pura nunduk sopan. "Siang, Buk, Pak," sapa dia ke Mama dan Papa. Nadanya merendah banget, kayak sedang menikmati perannya sebagai pekerja.

Darly, yang dari tadi udah pasang senyum plastik, tiba-tiba melotot ke Adrian. Pandangan matanya kayak nilai Adrian dari atas sampai bawah. Pasti lagi nilai, struktur kehidupan orang lagi, membosankan.

Tapi anehnya dia langsung berusaha nyembunyiin ekspresi itu. Gue jadi curiga sesuatu sama dia. Apa jangan-jangan...

"Alya, kamu kelihatan cantik sekali hari ini."

Gue hampir batuk tersedak udara. Baru juga pakek daster bunga-bunga udah ngeluarin kata-kata manis. Gimana kalau Gue pakek dress pesta yang kebuka punggung, bisa-bisa dia kejang.

Mama malah sumringah. "Nah, cocok kan? Kalian tinggal nyambungi hati aja."

Adrian di pojokan jelas-jelas nahan ketawa. Gue bisa liat bahunya goyang. Sialan.

Kami semua duduk di ruang tamu. Darly duduk di sebelah Gue tanpa di minta. Jaraknya terlalu dekat, buat Gue, risih. Adrian malahan sibuk bantu-bantu Bik Eka nyiapin minuman.

Darly mulai ngoceh panjang lebar tentang bisnis keluarganya. Saham, kontrak, ekspansi, bla bla bla. Gue nyaris ketiduran.

Nggak di bayangkan, mungkin Gue banyak geraki kaki, mencari tempat pelampiasan, sendal Gue putus, saat Gue mau berdiri dengan alasan ke toilet.

"Eh, hati-hati," Darly buru-buru pegang lengan Gue. "Alya, kamu nggak apa-apa?" nadanya kayak lagi syuting sinetron.

Gue mau ngomong nggak usah lebay, tapi belum sempat buka mulut Adrian udah jongkok di bawah Gue.

"Waduh, sandal putus nih. Gawat, ini bisa jadi krisis nasional," katanya sok serius, lalu melepaskan sendal Gue. Gue refleks mau tarik kaki. "Tenang, Nona. Saya udah sertifikasi internasional tambal sandal darurat." celetuknya.

Gue hampir ngakak. Semua orang di ruangan ngeliatin, Mama sama Tante Rani bengong, Papa geleng-geleng kepala.

Adrian ngeluarin sesuatu dari saku bajunya, yang ternyata karet gelang. Dan dalam dua menit sendal Gue udah nyambung lagi. Dia nunjukin hasil karyanya kayak montir pamer mesin mobil.

"Silakan, Nona. Sekarang bisa di pakek lagi, minimal sampai lima ribu langkah ke depan."

Gue nggak tau, harus ketawa atau nggak. "Lo serius banget, ya..."

Darly keliatan keki. Senyumnya kaku, jelas nggak suka perhatian Gue lari ke Adrian. "Kecil sekali masalah sendal. Kalau sama aku, kamu nggak perlu khawatir hal remeh begini. Aku bisa beliin kamu sepuluh, bahkan beribu-ribu pasang sendal baru sekaligus."

"Nah, tapi masalahnya.... beribu-ribu sendal itu, nggak akan punya kenangan se—berharga sandal yang pernah putus terus diperbaiki bareng. Bukan begitu, Nona?" jawab Adrian santai.

Gue jelas begitu aja langsung mengangguk, emang bener, nggak salah.

Suasana langsung beku sebentar. Mama pura-pura batuk. Tante Rani melotot ke Adrian, kayak nyuruh dia diam.

"Alya, kamu harusnya terbiasa dengan standar hidup yang lebih tinggi. Jangan terlalu nyaman dengan hal-hal kecil seperti itu." Darly makin ketus, nadanya naik dikit.

Gue diem, nggak nyaman banget sama omongan dia. Tapi Adrian malah senyum tenang. "Kadang hal kecil justru yang bikin

hidup terasa besar, Mas."

Untuk pertama kalinya, Gue liat Darly nggak bisa balas.

Tante Rani tiba-tiba tepuk tangan kecil, berusaha mengembalikan suasana. Senyumnya dipaksain manis, padahal matanya jelas-jelas menatap tajam ke Adrian.

"Adrian," katanya dengan nada lembut tapi tegas. "Kamu tunggu di luar aja dulu, ya. Nanti kalau Bik Eka butuh bantuan, dipanggil lagi."

Adrian berdiri pelan. Dia sempet noleh ke Gue, masih dengan senyum kecil yang buat Gue ngerasa geli sendiri. "Siap, Bu."

Dia beresin kain lap yang tadi di pakek buat ngelap-ngelap. Lalu melangkah ke arah pintu. Tapi pas ngelewatin Gue, dia nyaris nggak kedengeran ngomong, "Kalau sendalnya putus lagi, tau kan harus cari siapa, Nona lotion?"

Gue hanya bisa mengangguk aja. Tingkahnya bener-bener spontan, nyaris buat Gue geli sendiri.

Begitu Adrian keluar, Tante Rani langsung pasang senyum lagi, kali ini ke arah Mama. "Anak buah sekarang susah dicari yang cekatan. Tapi ya... mereka memang harus tau batasan."

Gue bisa ngerasain telinga Gue panas. Maksudnya Adrian dianggap nggak pantas barusan nolongin Gue gitu.

"Nggak apa-apa, Tante. Biar Alya terbiasa dilayani lebih baik. Aku bisa pastikan semua kebutuhannya terpenuhi," kata Darly yang langsung mengambil kesempatan, suaranya makin manis.

Mama mengangguk-angguk, Papa diem aja.

Gue tersenyum tipis. "Tapi... kalau di pikir-pikir, justru orang yang ngadepin hal kecil dengan tulus itu yang susah dicari, Tante. Nggak semua orang mau jongkok di lantai cuma buat benerin sendal orang lain."

Darly keliatan mau buka mulut. "Kadang yang sederhana itu justru bisa buat orang lain merasa lebih dihargai daripada kepedulian, bukan sekadar kemampuan." Gue potong pelan, dengan nada tetap lembut.

Ruang tamu jadi agak hening. Mama melirik Gue, kayak mau komentar tapi tahan diri. Papa tiba-tiba tersenyum tipis sambil betulin posisi duduknya.

Tante Rani berhenti tersenyum, ekspresinya kaku beberapa detik. Matanya ngelirik ke pintu, arah Adrian tadi keluar. Jelas-jelas dia lagi mikir.

Minimal sekarang, kata-kata Gue bisa menolong seseorang. Lo, Adrian, berhutang budi sama Gue.

1
Susi Andriani
awal baca aku suka
Siti Nur Rohmah
menarik
Siti Nur Rohmah
lucu ceritanya,,,🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!