NovelToon NovelToon
Harem Putri Bunga

Harem Putri Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Selir Melahirkan.

Sang selir pingsan karena kesakitan, tetapi kehamilannya baik-baik saja. Bukan hanya kali ini, tetapi beberapa kali dan hampir tiap hari, tabib memberikan obat penggugur ke dalam minuman dan makanan sang selir yang dihidangkan pada Selir. Akan tetapi, keinginan untuk hidup sang bayi yang berada dalam perut sang selir kecil sangat kuat.

Tabib duduk bersimpuh di hadapan raja. "Ampunkan saya yang Mulia, saya gagal. Sudah sebulan saya terus memberikan obat penggugur pada selir. Tapi bayinya baik-baik saja, malah yang kesakitan dan tersiksa hanya selir seorang."

Raja termenung mendengar, dia merasa kasihan dan bersalah pada gadis kecil itu. "Kalau begitu, berhenti, biarkan bayi itu lahir, semoga tubuh gadis kecil ini mampu menahan sampai bayi ini lahiran." Sang raja berkata pasrah.

Tak lama, Jonkolin tergesa-gesa memasuki ruangan raja, dia membawa seorang gadis muda berumur 15 tahun.

"Ada apa Jonkolin, wajahmu terlihat begitu serius?" Raja bertanya.

"Ampun yang mulia, saya membawa kabar tentang pelayan darah kerajaan." Jonkolin berkata. Dia melirik gadis yang juga bersimpuh sopan di hadapan sang raja.

"Perkenalkan dirimu!" pinta Jonkolin.

"Saya putri pertama Earl Ramon, nama saya Deana Earline Ramon, beberapa hari ini saya mendapat simbol kerajaan ditubuh saya." Dia membuka jubahnya, lalu membuka baju luarnya, menunjukkan bahu dan pundaknya yang memiliki tanda kerajaan berwarna ke-emasan

"Apa kau tahu, itu tanda milik putri atau pangeran yang mana, Jonkolin?" Raja menatap Jonkolin.

"Ampun Yang Mulia, tanda ini tidak ada di daftar tanda putra atau putri Anda, namun .... " Jonkolin ragu untuk melanjutkan perkataannya.

"Namun apa?"

"Maaf Yang Mulia, mohon ampun. Saat saya memeriksa tanda ini, saya mencoba meneteskan tanda ini dengan air suci bekas rendaman kaki selir ke-69, tanda ini bereaksi dan bercahaya."

Mata sang Raja melebar. Bayi itu terus bertahan. "Kalau begitu, bawa wanita ini kehadapan selir ke-69!" perintah Raja.

"Baik, Yang Mulia."

Gadis berumur 15 tahun itu dibawa ke gubuk tempat tinggal sang selir.

Tanda itu bereaksi dan bercahaya.

"Sepertinya, anda ditakdirkan menjadi pelayan darah untuk anak selir ke-69," kata Jonkolin.

Kedua orang tua gadis itu yang juga ikut mengantar ke tempat selir, tampak kecewa. Mereka berharap sang anak akan membanggakan dan bisa menjadi pelayan darah keturunan raja yang berkuasa. Akan tetapi, putrinya malah menjadi pelayan darah kerajaan untuk selir ke-69 keturunan rakyat biasa, miskin yang tak punya apa-apa.

Usai bertemu, mereka kembali menghadap raja. Seperti peraturan kerajaan, Deana di daftar menjadi pelayan darah kerajaan untuk anak selir ke-69. Dia hari ini mulai menetap di kediaman selir, sementara kedua orangtuanya dipersilahkan pulang. Raja memberikan dia hadiah makanan, pakaian dan uang.

"Helios, letakkan satu pengawal bayangan di kediaman selir. Dia tidak memiliki apa-apa dan siapapun!" perintah raja.

"Baik, Yang Mulia."

Pelayan darah, pelayan yang nyawanya ditakdirkan untuk orang yang dilayani. Bahkan jika dia tidak mau melayani sekalipun, dia akan tetap patuh, karena itu takdir. Raja termenung di gazebo kaca miliknya, bayi itu bertahan hidup bahkan telah memilih pelayan darahnya sendiri sejak masih dalam kandungan, biasanya pelayan darah akan muncul setelah bayi keturunan raja berumur satu tahun.

Satu bulan berlalu, Deana selalu berada disamping selir. Dia seperti tengkorak hidup. Kurus kering, sebanyak apapun makanan yang dia makan, dia tetap saja kurus. Dua pelayan tak berani terang-terangan kurang ajar, semenjak ada Deana. Ditambah saat mengetahui pengawal bayangan bawahan Jendral diam-diam sering mengawasi kediaman selir.

"Aaaaah! Sakit!" Selir kecil kesakitan, perutnya mules sekali.

"Nyonya!" Deana mendekat. Meletakkan tangannya di perut besar selir. Biasanya, jika dia melakukan itu, sakitnya akan mereda, kali ini semakin sakit.

"Deana, tolong aku, sakit, ini sakit sekali! Aaaaah!"

Dua pelayan itu mendengus kesal dalam hati, saat selir tiba-tiba meremas tangan mereka yang juga ikut mendekat ke arah selir. Bahkan selir tiba-tiba berdiri, menjambak rambut kedua pelayan itu.

"Aah, selir, ampun kami, tolong lepaskan!"

"Nona Deana, tolong kami!" Dua pelayan itu memohon.

"Nyonya selir," panggil Deana lembut, memegang tangan selir yang menjambak rambut dua pelayan itu.

"Aaaaah! Sakiittt!" Dia terus menarik rambut dua pelayan itu dengan kuat dan duaaar!

Gadis gemuk yang pingsan itu tiba-tiba terbangun, dia melihat di sekitarnya ruangan begitu gelap, entah ruangan apa, dia mendengar suara penuh kasih sayang untuknya, lalu perkataan kasar dari orang lain.

Dia mencoba bergerak, ingin mendobrak ruangan gelap ini, membantu wanita yang berkata lembut penuh kasih sayang padanya, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali.

"Tempat apa ini? Minuman apa sih yang diberikan Pak Domi itu?" gerutu gadis gemuk menendang dan meninju ruangan.

"Hei apa yang kalian lakukan, lepaskan dia!" Wanita gemuk itu menjerit marah saat mendengar dan mengetahui wanita yang penuh kasih sayang padanya itu dijahati orang.

"Apa? Saya di dalam perut? Hah!" Wanita gemuk tak percaya. "I-ini tidak mungkin!" serunya.

"Apa kalian ingin membunuhku? Hei, kalian kurang ajar!"

Wanita gemuk itu cukup lama terkurung di ruangan gelap, dia bisa mendengar dan mengetahui apa yang terjadi di luar, namun tak bisa melakukan apapun. Hingga suatu hari, dia menemukan cahaya terang.

"Apa waktunya aku dilahirkan?" gumamnya.

Cahaya terang benderang itu menyilaukan sekali, dia sempat tak sadarkan diri sesaat, baru kembali tersadar. Dia berteriak keras saat melihat seorang wanita remaja kecil memangkunya dengan wajah dan tubuh berlumuran darah.

"Ssst, sst, tenang putri, jangan takut ya." Gadis remaja itu mengelus dan memeluk tubuh wanita gemuk berbentuk bayi yang baru lahir itu menangis.

Ya, wanita gemuk itu terlahir menjadi seorang bayi. Kelahirannya tidak normal. Tubuh sang selir meledak bersama dua pelayan yang dia serang, menyisakan tubuhnya yang melayang utuh di udara.

"Sepertinya Nona Selir sangat tidak suka dengan dua pelayan ini," gumam Deana.

"Ya, itu pantas, dua pelayan ini sangat buruk, bahkan mencuri hadiah pernikahan dari raja untuk selir." Pengawal bayangan menyahut. Dia tengah membersihkan darah dan daging yang menempel di pakaiannya.

"Nona Deana, saya akan segera melaporkan pada Tuan Jonkolin dan Tuan Jendral." Setelah membersihkan diri dan berkata seperti itu, pengawal itu pun menghilang pergi.

"Putri, jangan menangis dan takut ya. Saya Deana akan melindungi Anda. Kini, saya harus membersihkan dan mengumpulkan daging ibunda Nona dan dua pelayan ini."

Gadis gemuk itu menjawab, hanya saja jawaban itu terdengar seperti tangisan bayi pada umumnya.

Setelah kepergian pengawal, tiba-tiba Deana dikejutkan oleh kedatangan ibunya yang diam-diam.

"Ibunda?"

Sang ibu segera melihat wujud gadis gemuk yang hidup dalam tubuh bayi itu. "Deana, hidupmu bergantung pada hidup putri ini. Kau akan mati jika dia mati. Dia rakyat jelata miskin."

Ibu Deana mengeluarkan sesuatu dari botol, mengusapkan pada rambut sang putri yang baru lahir dan meneteskan di kedua bola matanya.

"Ibunda apa yang engkau lakukan! Bukankah nyawa saya terikat dengan nyawa putri!" serunya.

"Simpan ini anakku. Penampilan asli putri ini sangat bahaya. Ibunda harus segera pergi!" Memasukkan botol kedalam tas anaknya.

Deana menatap punggung sang ibu yang tiba-tiba menghilang di sebalik semak, dia menatap pada bayi yang baru lahir, rambutnya berubah menjadi hitam legam pekat, bahkan bola matanya juga.

"Ibunda apa yang kau lakukan!" seru Deana saat melihat perubahan bayi itu setelah sang ibu mengoles sesuatu ke rambut dan mata sang bayi.

1
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Lina Hibanika
penasaran dengan kelanjutannya,, jangan lama-lama up nya ya author yg baik hati 🤗😉
Rozh: Oke. terimakasih sudah membaca cerita sederhana aku kak🌹🙏🏻
total 1 replies
Lina Hibanika
ceritanya seru
Lina Hibanika
beuh ngaku koki kelas satu,, ga taunya sungguh mengecewakan 😒
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Rozh: Oke. terimakasih sudah membaca cerita sederhana saya ya🌹🙏🏻 semoga suka dan selalu menarik, up nya setiap sore atau malam ya🌹
total 1 replies
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!