NovelToon NovelToon
Ibu Susu Untuk Reina

Ibu Susu Untuk Reina

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Single Mom / Janda / Hamil di luar nikah / Romansa / Ibu susu
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Chika Ssi

Gendis baru saja melahirkan, tetapi bayinya tak kunjung diberikan usai lelahnya mempertaruhkan nyawa. Jangankan melihat wajahnya, bahkan dia tidak tahu jenis kelamin bayi yang sudah dilahirkan. Tim medis justru mengatakan bahwa bayinya tidak selamat.

Di tengah rasa frustrasinya, Gendis kembali bertemu dengan Hiro. Seorang kolega bisnis di masa lalu. Dia meminta bantuan Gendis untuk menjadi ibu susu putrinya.

Awalnya Gendis menolak, tetapi naluri seorang ibu mendorongnya untuk menyusui Reina, putri Hiro. Berawal dari menyusui, mulai timbul rasa nyaman dan bergantung pada kehadiran Hiro. Akankah rasa cinta itu terus berkembang, ataukah harus berganti kecewa karena rahasia Hiro yang terungkap seiring berjalannya waktu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Titik Lemah Seorang Ibu

Gendis terdiam seketika. Dia ingin sekali berteriak bahwa telah kehilangan bayinya. Akan tetapi, entah mengapa dia tidak sanggup.

Alam bawah sadar Gendis masih mengharap bahwa anaknya tak benar-benar pergi. Dia masih berharap bahwa ada kesalahan yang terjadi. Gendis berharap bayinya tertukar dengan orang lain.

Akan tetapi, sekuat apa pun Gendis menolak kenyataan, semuanya buntu. Bayinya tak pernah ada dalam pelukan. Ayaka pun menjadi saksi pemakaman bayinya.

"Kamu juga bisa mengosongkan ...." Hiro menahan ucapan dan hanya melirik dada Gendis yang semakin basah.

"Aku nggak mau. ASI-ku hanya untuk anakku." Gendis balik kanan, ketika sekretaris Hiro datang.

Ren membungkuk kepada Gendis sebagai tanda hormat. Gendis hanya mengangguk sekilas sebelum akhirnya berjalan tertatih meninggalkan ruang IGD. Namun, langkahnya terhenti ketika Hiro kembali memanggil namanya.

Gendis menoleh lagi. Tubuhnya berputar menghadap Hiro. Lelaki tersebut mengambil alih tas yang dibawa oleh Ren.

Hiro duduk berjongkok di depan Gendis, lalu menyodorkan sepasang sandal crocks. Hiro memegang pergelangan kaki Gendis. Awalnya perempuan tersebut menghindar, tetapi Hiro kini mendongak dan menatapnya lembut.

"Pakai, sandal ini atau mau kugendong sampai ke mobil?"

Mendadak Gendis kembali teringat kejadian setahun lalu. Saat di mana Gendis digendong oleh Hiro keluar dari restoran Jepang ketika selesai rapat. Gendis langsung menggeleng.

Perempuan tersebut bergegas melepas sepatu hak tingginya. Gendis sedikit meringis menahan perih. Dia pun langsung memakai sandal tersebut.

"Ren akan mengantarmu pulang. Tolong pikirkan lagi soal menjadi ibu susu untuk Reina. Aku sangat mengharapkan bantuanmu, Ndis." Suara Hiro semakin lembut.

Namun, hal itu tak serta merta membuat Gendis langsung luluh. Ketika dia hendak kembali melangkah, tiba-tiba terdengar jeritan dan tangis. Hiro pun menoleh ke arah ruang IGD.

"Ren, tolong antar Gendis pulang. Aku akan di sini sampai kondisi Reina membaik."

"Baik, Pak." Ren mengangguk, lalu merentangkan tangan untuk memberikan isyarat agar Gendis jalan lebih dulu.

Hiro tak lagi menghiraukan Gendis. Dia berjalan cepat dan masuk ke IGD. Gendis masih mematung.

Mendengar jerit tangis Reina membuat dadanya yang penuh semakin berdenyut. Perempuan tersebut kini balik arah. Perlahan melangkah mendekati pintu IGD.

Hiro kini tengah menggendong bayi mungil dengan selang infus yang menancap pada kakinya. Reina menangis dan meronta seakan tengah merasakan sakit luar biasa. Gendis terdorong untuk mendekat.

"Boleh aku ... menggendongnya?" tanya Gendis ragu dengan suara bergetar.

Sontak Hiro menoleh. Dia menautkan kedua alisnya. Tatapan Gendis begitu lembut ketika melihat Reina.

Hiro mengalihkan tatapannya kepada Reina. Bayi berusia dua bulan tersebut masih menangis dan sedikit meronta. Akhirnya Hiro menatap Gendis, lantas mengangguk.

Gendis melangkah pelan mendekati Hiro. Ketika jemarinya menyentuh kulit Reina, ada getaran aneh yang dia rasakan. Lembut dan rapuh, adalah kesan pertama yang membuat Gendis langsung berkaca-kaca.

"Ternyata begini rasanya menyentuh bayi." Dada Gendis mendadak sesak.

"Jika saja anakku ... jika saja dia ...." Suara Gendis mulai bergetar hebat dan tangisnya akhirnya pecah.

Hal itu membuat Reina menangis semakin kencang. Hiro yang menyadari putrinya terganggu akhirnya mendekati Gendis. Dia menyentuh bahu perempuan tersebut sehingga membuatnya mendongak.

"Jika kamu masih belum bisa menenangkan diri sendiri, jangan pegang bayi yang sedang menangis, Ndis." Nada bicara Hiro dingin, tetapi ada ketegasan di sana.

Gendis langsung melirihkan suara tangisnya. Napasnya sesekali tersengal. Perlahan dia menatap Reina yang juga mulai berhenti menangis.

Mata bayi itu menatapnya. Bibirnya masih tampak melengkung ke bawah, tetapi sekarang sudah lebih tenang. Sejak Gendis lahir di dunia baru kali ini dia menyentuh dan menggendong bayi.

Air mata Reina belum benar-benar mengering. Bayi mungil itu perlahan menggerakkan tangan untuk menyentuh wajah Gendis secara reflek. Gendis menahan tangan mungil Reina agar tetap ada di wajahnya, lalu memejamkan mata seakan tengah meresapi sentuhan lemah bayi berusia 2 bulan tersebut.

"Aku akan menjadi ibu susu untuk Reina."

Kalimat tersebut meluncur begitu saja dari bibir Gendis. Perempuan yang belum lama menolak keinginan Hiro itu dengan mudahnya berubah pikiran. Sentuhan kecil reflek dari Reina berhasil mengubah segalanya.

Perlahan Gendis membuka matanya. Tanpa sengaja dia menangkap senyum kecil yang terukir di bibir Reina. Bayi tersebut kini terlelap tenang dalam dekapannya.

Gendis mulai mendekatkan wajahnya pada tangan Reina. Dia mengecup jemari mungil itu penuh kasih. Setelah puas memandang wajah Reina, Gendis mengembalikannya kepada Hiro.

"Aku harus pulang dulu untuk memompa ASI. Kita bicarakan lagi soal ini nanti." Gendis balik kanan dan keluar dari IGD.

Ren sudah menunggunya di luar ruangan tersebut. Dia memiringkan tubuh dan sedikit membungkuk untuk mempersilahkan Gendis jalan lebih dulu. Perempuan tersebut pun akhirnya berjalan di depan.

Langkah Gendis terasa ringan sekaligus berat. Sandal crocs yang diberikan Hiro menimbulkan suara pelan setiap kali menghantam lantai rumah sakit. Di balik tubuhnya yang tegak, dadanya bergetar hebat, seolah setiap tarikan napas membawa serpihan kaca yang menusuk ke dalam rongga.

Ren berjalan setengah langkah di belakang Gendis, menjaga jarak sopan. Sesekali lelaki tersebut melirik wajah pucat yang dipenuhi sisa air mata itu. Namun, Ren tak berani membuka suara. Aura Gendis seperti benteng baja yang rapuh di dalam, tetapi terlalu kokoh untuk disentuh.

Begitu mereka keluar dari lorong rumah sakit, udara malam menyergap. Angin lembap membawa aroma antiseptik yang bercampur dengan bau tanah basah. Langkah Gendis terhenti sejenak. Matanya menatap kosong pada bayangan dirinya yang terpantul samar di kaca pintu mobil. Bayangan seorang perempuan yang kehilangan arah.

Ren segera membukakan pintu. Gendis masuk tanpa sepatah kata. Mobil pun melaju, meninggalkan cahaya rumah sakit yang kian mengecil di kaca spion.

Sepanjang perjalanan, Gendis tidak bersuara. Matanya menerawang menatap jalanan kota yang dipenuhi lampu neon. Namun, pikirannya masih tertahan di ruang IGD. Sentuhan tangan bayi mungil bernama Reina itu masih terasa jelas. Seolah kehangatan yang singkat itu telah menyalakan bara di hatinya.

"Jika saja ...." Gumam Gendis nyaris tak terdengar.

Mobil meluncur mulus. Ren hanya sesekali memandang lewat kaca spion, memastikan Gendis baik-baik saja. Setelah satu jam perjalanan, mereka tiba di rumah kompleks apartemen yang tinggi menjulang.

Ren turun lebih dulu, lalu membuka pintu. Gendis melangkah turun dengan sandal yang masih menggantikan sepatu haknya. Dia menoleh sekilas kepada Ren.

"Terima kasih, Pak." Gendis setengah membungkuk.

Ren pun membungkuk sopan, lalu pergi. Gendis masuk ke lobi apartemen dan berdiri di depan pintu elevator yang masih tertutup rapat. Tak ada suara selain detak jam di pergelangan tangannya.

Pintu elevator terbuka dan membawanya ke unit apartemen milik Gendis. Saat kunci diputar, udara dingin dari dalam menyambut. Ruangan itu begitu luas, tetapi terasa hampa. Hanya terdengar gema langkah kakinya sendiri.

Perempuan itu akhirnya mengempaskan tubuh di sofa. Lengan kirinya masih terasa hangat, bekas dekap Reina tadi. Air matanya kembali jatuh tanpa bisa dia cegah.

Mengapa anakku tak bisa berada di sini? Mengapa yang kutimang hanya bayangan?

Telepon genggam di meja bergetar. Nama Ayaka tertera di layar. Gendis menatap lama sebelum akhirnya menggeser tombol hijau.

"Gendis?" Suara di seberang terdengar sangat cemas.

"Aku dengar kabar kalau kamu tadi pergi ke rumah sakit?"

1
Dini Anggraini
Bunda author bikin saya dag dig dug tak kira tempat kerja Gendis ataupun kontrakan yang kebakaran ternyata Hiro cemburu ada yang perhatian sama Gendis. Hiro bila kamu gak cepat2 menikahi Gendis ada aksara yang suka sama Gendis. 🙏🙏😍😍😍
Bisa Pesan Cover di Saya: Taunya terbakar cemburu yaaa Bun 🤣🤣🤣
total 1 replies
tiara
jangan salah sangka dulu Hiro teruskan kejutanmu untuk Gendis.barulah tanya siapa orang itu yang bersama Gendis
Esther Lestari
jangan diam Hiro....ayo berjuang untuk cintamu ke Gendis
ovi eliani
ayo hiro perjuangkan cinta mu untuk gendis dan reina kamu sdh tetlalu banyak ikut campur dalqm kehidupan mereka , semoga kalian bersatu , semangat thor
Bisa Pesan Cover di Saya: awawaw

makasih udah disemangati 😍😍😍
total 1 replies
Tutuk Isnawati
hiro saingan mu dah muncul klo g gercep kduluan ntar🤣
Bisa Pesan Cover di Saya: Wkwkwk aku mau bikin tim HiroGen oleng 🤣🤣🤣
total 1 replies
AlikaSyahrani
semanģat gendis🦾🦾🦾 tunjukkan bahwa kamu mampu
AlikaSyahrani
kamu harus kuat gendis iklaskan anakmu mungkin alloh sangat sayang ama anakmu hinggah dia kembalidipangkuannya
tiara
apakah Aksara orang yang pernah menykai Gendis dimasa lalu ya.tapi mengapa Gendis seolah ridak mengenalnya
Esther Lestari
lho Aksara kenal Gendis sebelumnya....siapa Aksara kenapa Gendis tdk mengenalinya
tiara
semangat Gendis semoga semua berjalan lancar💪
Esther Lestari
semangat Gendis
𝗣𝗲𝗻𝗮𝗽𝗶𝗮𝗻𝗼𝗵📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Esther Lestari
Gendis semangat menata masa depan yang baru dengan Reina😍
tiara
semangat Gendis kamu pasti bisa membesarkan Reina walau sendirian
Tutuk Isnawati
bagus ceritanya
Esther Lestari
terharu....akhirnya Reina bisa kamu peluk kembali Gendis
Bisa Pesan Cover di Saya: awawaw makasih udah ngikutin sampai sejauh ini kakk
total 1 replies
Esther Lestari
Yumi gila....demi tetap mempertahankan Reina anak yg diadopsi secara ilegal, malah menyuruh orang untuk membunuh Ayaka justru yg tertembak Reiki suaminya sendiri
Bisa Pesan Cover di Saya: Udah nggak waras emang Yumi ini🤣
total 1 replies
Esther Lestari
siapa lelaki berjas hitam itu. jangan sampai Ayaka bersaksi yg memberatkan Gendis
Esther Lestari
Ayaka kah yang datang menemui Gendis ?
Semua bersumber dari otak jahat Reiki
Dini Anggraini
Bunda author sudah di kasih berapa milyar polisinya kok malah memihak pada orang yang salah. Reiki dan Yumi adopsi anak dengan surat palsu dan perkosa, ambil paksa anak orang lain gak di penjara malah Hiro dan Gendis yang di penjara? Ayaka suatu saat karma menantimu entah itu kamu apa keturunanmu akan merasakan bagaimana rasanya jadi Gendis sakit banget. 🙏🙏🙏😆😆
Dini Anggraini: ya bunda 👍👍👍😍😍😍😍
total 3 replies
ovi eliani
jadi sebel bacanya, ayo gencatan senjata kita indonesia jepang. jgn mau kalah hubungi dubes indonesia minta pertolongan dong. ngaak ada perdamaian
Bisa Pesan Cover di Saya: Sabar kakkk, pelan-pelaaaan🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!