NovelToon NovelToon
Cek Khodam Online

Cek Khodam Online

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Hantu
Popularitas:838
Nilai: 5
Nama Author: ef f

gara-gara nonton cek khodam online yang lagi viral membuat Deni tertarik untuk mengikutinya. Ia melakukan segala macam ritual untuk mendapatkan khodam nya. Bukannya berhasil Deni justru diikuti setan berdaster, tapi sayang wujudnya kurang keren

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ef f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Sifat jahil nya itu tiba-tiba muncul meski ia baru saja meratapi nasib yang menyedihkan. Monik melayang lembut mengikuti Dimas yang berjalan sempoyongan menuju kamar mandi seraya bergumam akan memberi pelajaran kepada si Rianto .

Melihat Dimas yang sudah melenggang masuk ke dalam, ia pun berinisiatif duduk dan menunggu di atas meja makan. Hingga sesaat setelah nya Dimas keluar, di susul dengan

Monik yang tiba-tiba berujar. "Udahan mas pipis nya?"

Sontak saja Dimas menoleh ke arah sumber suara, sehingga dengan sangat jelas ia melihat wanita berdaster putih tengah duduk santai sambil uncang-uncang kaki.

Dimas setengah terkejut, namun ia tak lantas berlari. Dirinya justru kembali teringat dengan peristiwa ketika berpapasan dengan Sulastri yang di kira adalah hantu. Maka dengan insting nya itu, Dimas justru melayangkan seulas senyum canggung kepada Monik.

"He he he, sudah budhe, Dimas masuk ke kamar lagi ya, monggo."

Tanpa terbersit rasa curiga, Dimas berjalan melewati Monik begitu saja. Meski tak berselang ia mulai merasakan aura tak biasa. Di sekitar tengkuk tiba-tiba merinding hebat, tatkala bagian ekor mata menangkap klebatan bayangan putih yang melintas bersamaan dengan wangi bunga kamboja.

"Apa jangan-jangan, yang tadi itu bukan ibunya Deni? T-tapi-tapi?" Pekik Dimas sembari merangsek masuk ke dalam kamar.

...****************...

Malam perlahan-lahan beranjak pergi, namun ketegangan masih terasa hingga pagi hari. Cerita mengenai penemuan keponakan nya pak Abdul pun akhirnya menyebar luas. Bukan hanya di wilayah desa Sekar Arum saja, namun berita yang menyebar dari mulut ke mulut telah sampai ke desa tetangga.

Sayang nya, nama Deni yang berperan penting sebagai penyelamat itu telah tenggelam oleh cerita karangan lek Rianto. Ia dengan jumawa mengatakan jika penemuan Ilham merupakan berkat meditasi nya dengan penunggu desa yang kemudian tanpa sengaja di temukan oleh Deni.

Bagi Deni sendiri sebenarnya tidak mau memusingkan hal itu. Ia tidak haus validasi seperti Rianto. Yang menjadi prioritas nya sekarang adalah membuka tabir dari maksud yang di sampaikan mbok Yem sebelum meninggal.

"Perangai anak itu benar-benar mencurigakan, terkadang ia tidak bersikap seperti Sukma. Aku dapat melihat itu dari tatapan nya. Tatapan yang sama ketika pertama kali aku bertemu dengan nya. Tapi jika Sumolo yang di maksud mbok Yem adalah cucu nya, lantas untuk apa dia bergentayangan jadi pocong gundul dan membersamai Sukma? Mungkinkah ada sebuah rahasia yang masih tersimpan?" Deni masih bermonolog dalam hati. Ia mencoba mengumpulkan peristiwa-peristiwa yang baru ia ketahui meski pada akhirnya hanya berakhir menjadi sebuah tanda tanya.

"Teman-teman mu sudah pulang?" Panggil Sulastri membuat lamunan Deni seketika terbuyar.

"Sudah bu, setelah sarapan Dimas dan Tegar langsung pulang. Takut terlambat katanya."

"Ibu dengar-dengar dari tetangga katanya kamu nemuin keponakan nya pak Abdul , ya? Dimana?"

"Iya, kebetulan waktu Deni mau ke pos ronda, terus ketemu dia." Jawab Deni setengah enggan.

"Kok bisa pas gitu? Apalagi semalam mati listrik." Cecar Sulastri lagi.

"Dih, ibu lama-lama kok jadi tukang interogasi. Nggak percaya sama anak sendiri?"

Di depan sang ibu, Deni tidak memiliki keberanian berterus terang, ia berusaha menutup-nutupi apa yang terjadi. Namun setelah mendapatkan jawaban itu, Sulastri kembali berujar.

"Ibu bukan nya ndak percaya, tapi ibu cuma minta supaya kamu jangan sampai melibatkan Sukma, mengerti?"

"E-emang kenapa kalau Deni melibatkan Sukma, bu?" Tanya Deni dengan terbata. Ia tak menyangka jika Sulastri tahu tentang hal itu.

"Pokok nya ndak boleh! Mengerti! Sudah! Sekarang antarkan ibu ke pasar." Pertanyaan Deni tak sedikitpun mendapat jawaban, bahkan Sulastri seolah enggan membahas hal ini lebih jauh lagi.

"Duh, Deni minta maaf bu, si cipluk lagi rewel, Deni belum sempat bawa cipluk ke bengkel. Hari ini ibu naik angkot dulu, ya."

"Kenapa nggak bilang dari tadi, Deni!!"

Dengan terpaksa Sulastri pun berjalan kaki untuk mencari angkutan umum milik warga setempat yang biasa membawa warga menuju pasar. Beruntung, tanpa menunggu lama angkutan umum kemudian datang. Sehingga Sulastri segera masuk dan mengambil duduk.

Namun tanpa di duga, rival nya yang bernama Sri itu juga duduk di bangku yang sama. Sontak saja mereka saling pandang pandangan sebelum akhirnya mereka saling membuang muka karena merasa tidak suka.

Beberapa penumpang yang berada disana tentu tidak asing saat melihat sikap dua emak emak itu. Sebab setiap mereka bertemu, maka aksi saling sindir pun seketika terjadi. Di tambah lagi kalau ada emak-emak lain yang mengompori.

"Dengar-dengar semalam nak Deni nemuin keponakan nya pak Abdul ya, Yu?" Tanya ibu-ibu yang duduk di samping Sulastri.

"Iya, Alhamdulillah, keponakan nya pak Abdul masih di beri pertolongan gusti pangeran lewat Deni." Jawab Sulastri sembari mengulas senyum karena merasa puas, anak nya mendapat sanjungan dari warga di depan rival nya.

"Ekhem! Perasaan kaca jendela nya sudah di buka, tapi kok masih gerah ya." Sri yang mendengar sanjungan itu pun mendadak kegerahan. Ia tidak suka jika anak Sulastri satu tingkat lebih unggul dari anak nya.

"Oh iya, tumben sekali njenengan naik angkot bu Sri, memang nya kendaraan nya kemana?" Tanya penumpang yang lain nya.

"Iya, nih. Kendaraan saya lagi di pakai KULIAH sama Vira, jadi saya naik angkot hari ini." Jawab Sri dengan menekan kan kata 'kuliah' bermaksud agar Sulastri mendengar nya.

Maka secepat kilat sanjungan para ibu-ibu itu langsung berpindah kepada Sri dan anak nya. Sehingga situasi panas juga seketika berpindah ke kubu Sulastri.

"Pak, besok lagi angkot nya di pakein AC ya, biar penumpangnya nyaman."

Akibat nya, di dalam angkot terjadi insiden saling sindir. Ketika dua emak-emak saling cibir satu sama lain. Kubu Sri selalu mengunggulkan Vira yang sekarang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sementara di kubu Sulastri tak mau kalah, ia mengunggulkan Deni yang acap kali mendapat sanjungan karena menjadi pemuda teladan.

Di dalam rumah, Deni yang masih sibuk mengutak-atik cipluk tiba-tiba terdorong untuk memeriksa keadaan Sukma. Semalam usai gadis kecil itu menunjuk ke pos ronda Deni pergi meninggalkan nya begitu saja. Apalagi setelah Deni teringat dengan ucapan Sulastri, tentu ia menjadi khawatir dengan keadaan nya.

Sampai di halaman rumah, lagi-lagi suasana rumah ia pindai tampak sepi. Ia tidak menemukan tanda-tanda aktivitas sama sekali.

Suasana yang sedemikian menyeramkan membuat Deni teringat dengan peristiwa tempo hari, sehingga ia pun mengurungkan niat untuk mengunjungi rumah tersebut.

Hingga sejurus kemudian, rongga telinga nya kembali menangkap sebuah tembang dolanan yang di lantunkan Sukma semalam. Namun kali ini, tembang itu tidak hanya di nyanyikan satu orang. Melainkan tiga hingga lima orang di barengi dengan gelak tawa ketika nyanyian itu berhenti.

"Tumben sekali Sukma punya teman." Pekik Deni dalam hati.

1
Ikhsan Adriansya
lanjut kk
Ikhsan Adriansya
astoge/Joyful/
Ikhsan Adriansya
bagus
Slemkleseman
semoga menghibur
Slemkleseman: update tiap hari ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!