NovelToon NovelToon
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Asrar Atma

Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?

ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya

ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kerja kelompok

Pov Daniza

Sore ini adalah pengalaman pertama ku,satu kelompok dengan Haneul. Dan itu membuat jantungku berdebar sampai rasanya perut ku mules karena antisipasi. Tapi orangnya entah kemana. Belum juga tiba setelah berpamitan dikoridor, jadi aku hanya memperhatikan orang-orang disekitar ku sebelum kami mulai bekerja mencari bambu dan membuat kerajinan tangan seperti tugas yang sudah diberitahukan.

"Ya ampun ide siapa ini langsung kerja kelompok, belum makan, ganti baju juga nggak sempat" Dimas mengeluh sambil menggaruk lehernya yang terlihat merah, didepan sana Gato segera berbalik sambil menatap Dimas tajam.

"Ide Gato, mau apa?"

"Nggak, cuma nanya?. Mana nih Han, setengah badan ku udah dicupang nyamuk dia belum balik juga." Dimas menoleh ke belakang dan itu membuat mata kami bertemu, dia berdecak sambil menatapku tajam.

"Apa liat-liat" aku pun segera berpaling ditegur seperti itu, mengerti dia masih dendam padaku atas kejadian semasa SD dimana aku tidak sengaja melempar bola tepat punggungnya.

"Kenapa Dimas?, Gato." Itu suara Haneul, dia ada dibelakang ku sekarang ini.

Sontak saja jantungku berdebar semakin kencang apalagi saat dia melewati ku dan meninggalkan aroma Mint disekitar ku.

"Nggak tahu nih anak"

"Kesal aku nunggu Han. Kalian berdua maksudku.. kelamaan. Ngapain aja kalian?, kawin?" Dimas berdiri, setelah mengatakan kalimat tidak senonoh untuk seusia nya.

Yang membuat ku segera melirik disampingku demi memastikan, apa maksud Dimas dengan 'kalian' tepat saat itu juga aku merasakan kehadiran seseorang terasa dekat disisi ku.

Jantungku tiba-tiba terasa sakit bagai diremas tak kasat mata, begitu menyadari seseorang yang dimaksud Dimas-adalah Rina. Bagaimana bisa ada Rina dikelompok kami, jelas pagi itu diberitahukan Rina sekelompok dengan Winda membuat rak pot bunga.

Aku bergeser sedikit memberi ruang untuk Rina yang kedatanganya bersamaan dengan Haneul.

"Asbun memang nih anak, gara-gara belum makan. Eh nyamuk malah makan dia." Gato mengangkat obat nyamuk dalam wadah, lebih dekat pada Dimas yang malah batuk.

"Gi *a kamu Gat"Rina tertawa seraya menonjok lengan Dimas, membuat Dimas mengaduh seraya memberi pelototan.

"Apa?, berani kamu?. Itu mulut memang minta ditampol" Dimas menjauh dan mendekat pada Gato seraya mengusap lengannya.

"Lagian ngapain situ kesini kan bukan kelompok kami?"Dimas memberi pertanyaan yang ada dibenak ku.

"Mampir sebentar doang, sebelum berangkat ke rumah Winda. Kenapa?, nggak suka."

"Beli losion anti nyamuk sama rokok. Ketemu sama Rina, katanya mau ikut lihat cari bambu"aku menoleh pada Haneul kali ini, dia menunjukkan kantong kresek ditangan nya dengan tatapan yang aku rasakan mengarah padaku.

Mungkinkah dia ingin menjelaskan kebenaran nya padaku agar aku tidak cemburu?, tapi bisa saja arah nya memang padaku tapi objek nya lain kan?. Karena disamping ku ada Lani yang duduk sambil bermain ponsel dan Rina tidak jauh dihadapan ku tengah melototi Dimas.

Aku lantas menunduk merasa lelah dengan perasaan ku. Namun ini bukan waktu yg tepat untuk ku sibuk dengan perasaan ku sendiri, karena siapa yang mau menunggu ku sampai selesai bahkan Haneul sekalipun tidak peduli. Dia dengan mudahnya mengobrol dengan temannya mengenai masalah bambu mana yang akan diambil sambil sesekali masih sempat menanggapi Rina yang terus mendekat. Seharusnya dia menjauh dari Rina jika dia tahu aku cemburu tapi apa yang bisa diharapkan, dari ansumsi ku tentang perasaan nya.

"Disini aja kita Dan, biar mereka aja" aku lalu mengangguk menyetujui perkataan Lani, kami berdiri mengambil tepat yang cukup jauh dari mereka agar tidak kena bambu yang dirobuhkan. Lalu mendekat saat mereka tinggal memisahkan bambu dari daunnya.

"Lani satu, bisu satu" aku mendongak melihat Dimas yang menatap ku dengan tajam, siapa yang dia maksud bisu.

"Apa..kalian dari tadi nggak ada kerjaan kan, bawa nih!, jangan numpang nama doang" tapi aku memilih tidak meladani nya, biar saja dia mau memanggil ku apa. Dendamnya memang bisa membuat ku bahaya, tapi dia juga ikut menderita.

Aku pun mengangkat satu bambu yang terasa berat di tiap ujung nya, ingin membawanya meski sempoyongan.

"Aku bantu"bersamaan dengan suara itu beban nya jadi terasa ringan, bukannya hanya itu tapi hati ku juga. seakan rasa cemburu dan kesal ku juga terangkat.

Aku menoleh menyadari itu suara Haneul yang menatap ku dengan mata iris coklat nya yang terlihat terang terkena cahaya sore dari balik rimbun nya pepohonan. Aku ingin mengucapkan terima kasih atau setidaknya tersenyum, ingin membiarkan nya melihat aku tersenyum. Tapi diantara itu tidak yang bisa aku lakukan selain berpaling dan mulai melangkah.

Sementara lani berjalan didepan ku seraya tertawa mendengar Dimas yang misuh-misuh, karena disuruh Gato membawa bambu lain yang tadi dia suruh lani untuk membawanya.

Lalu Rina, dimana dia?, dia ada sisi Haneul, mereka berjalan berdampingan sambil sesekali mengobrol dan menertawakan Dimas. Mereka semua tertawa melihat Dimas yang mengomel tapi tetap membantu, kecuali aku.

Apa yang bisa aku tertawakan disaat hati ku labil terkadang ku senang pada Haneul dan menyakini tentang perasaan nya padaku tapi aku juga kesulitan mengendalikan cemburu dan ketakutan ku bahwa selama ini aku membohongi diriku sendiri tentang perasaan Haneul agar aku senang, agar aku merasa di sukai. Dan apa bisa, aku menertawakan seseorang yang mendendam padaku?, Bisa-bisa tambah kesal Dimas padaku.

********

Haneul terlihat mempesona dari sini dengan latar langit sore yang menambah kesan indah pada wajahnya, meskipun peluh mengalir diwajahnya sampai membasahi kaos hitam polos miliknya. Jari Tangannya yang panjang dan telapak yang besar dengan telaten memaku tiap bambu, merangkainya menjadi kerajinan tangan- rak sepatu.

Memandangnya seperti sekarang membuatku terpikir, mungkinkah karena tampang itu aku jadi menyukainya?, atau memang ada alasan lain yang melebihi?.

Disaat aku sibuk dengan isi kepala ku sambil Memandangnya, Haneul justru mengangkat wajahnya hingga mata kami bertemu. Aku pun buru-buru mengalihkan perhatianku merasa malu tertangkap basah.

"Daniza..bisa tolong ambilkan paku nya!"aku terbelalak mendengar suara Haneul dan refleks ku malah mengatakan, "Hah...?"seraya menatap Haneul.

"Bisa ambilkan paku yang ada dibawah kakimu" dan dengan bodoh aku menunjuk diriku"Aku" ucap ku seraya berpaling ke kanan dan kiri- mengedarkan pandanganku.

"Aku nggak ngelihat ada orang lain, Daniza.."Haneul melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan, mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Tentu saja tidak akan menemukan yang lain selain kami berdua, Lani sedang keluar membeli jajan dan Dimas tengah numpang mandi dikamar mandi Gato sementara Tuan rumah sedang membuat air minum. Sedangkan Rina, dia sudah pergi sekitar setengah jam yang lalu.

Aku lalu bangkit membawakan paku yang dimaksud. Aku bukannya tidak ingin membantu tapi karena dia itu Haneul aku jadi tidak mau, seperti sekarang lutut ku lemas saat berjalan menghampiri nya lebih parah lagi tangan ku gemetar saat mengulurkan sebungkus paku.

"Belum makan" Ujarku seraya memegang tangan kanan dengan tangan kiri ku, berharap menghentikan getaran tapi tangan ku yang lain justru ikut gemetar.

Jadi tanpa menunggu Haneul mengambilnya, aku segera meletakkan bungkus paku itu ditanah. Lalu segera berbalik menuju kursi ku tadi. Beberapa saat aku terdiam ditempat duduk, melamunkan kejadian tadi.

Apa yang aku lakukan?,kenapa menjelaskan tangan yang gemetar dengan kata singkat dan dengan suara yang dikeraskan tiba-tiba.

1
Abel Peony
Seliar Lalat
Abel Peony
Kacamata/Shhh/
Abel Peony
Awas, bau jigong!
Abel Peony
Jahil Banget, sumpah, deh!
Abel Peony
Jahil, yah!
rina Happy
haruskah aku mnunggu tamat dulu novelmu baru aku baca author?
aaaaaaa aku tak sanggup menungguuuu
Asrar Atma: hehehe sabar yaa, rina.
total 1 replies
Kesini
panas hanul
Kesini
sopan lah begitu
Kesini
wahhhh intens
Abel Peony
Huh/Shhh/
Abel Peony
Daniza itu anak alam
Abel Peony
Gatot, Hanul/Good/
Abel Peony
Masa langsung nanya bawaan orang, sih, Bu?
Kesini
kan benar Gato tau segalanya
Kesini
mertua mu kejam hanul
Kesini
walah Bu Gato itu
Kesini
banyak sekali pertanyaan
Abel Peony
Banyak duit, Si Han, ini. Pantesan Daniza suka.
Abel Peony
Masa, Dim?
Asrar Atma
wah...makasih Rina Happy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!