Pagi yang cerah di suatu pulau bagian utara Jawa, desiran ombak dan suara burung-burung pagi sudah menghiasi dermaga, beberapa nelayan yang baru pulang melaut sedang memilah-milah hasil tangkapan, seorang pemuda yang tegap dan gagah terlihat sibuk dengan perahu cadiknya.
“hoooyyy... Wahai laut, hari ini aku akan mengarungimu, aku akan menjadi penjaga laut Kesultanan, kan ku berantas semua angkara murka yang ingin menjajah tanah Jawa, bersiaplah menerima kekuatan otot dan semangatku, Hahahaha..
”Rangsam berlayar penuh semangat mengarungi lautan, walau hanya berbekal perahu cadik, tidak menurunkan semangatnya menjadi bagian dari pasukan pangeran Unus. Beberapa bulan yang lalu, datang Prajurit Kesultanan ke pulau Bawean, membawa selembar kertas besar yang berisi woro-woro tentang perekrutan pasukan Angkatan laut pangeran Unus Abdurrahman, dalam pesan itu tertulis bahwasanya pangeran akan memberantas kaum kuning yang selama ini sudah meresahkan laut Malaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimas riyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU RANGSAM PRAJURIT BINTARA ⁴
Berakhir sudah nasihat dari panglima, dan menjadi awal pelatihan keprajuritan armada laut bintara. para pelatih sudah bersiap dengan regu mereka masing-masing, jumlah prajurit yang mendaftar ada sekitar 200 orang. mereka dibagi menjadi empat regu, yang pertama adalah regu Pesut, di pimpin oleh kapitan fiillah raden Adji Soemitro. Kedua adalah regu Bajul, di pimpin oleh kapitan fiillah raden Mas Oerip. ketiga adalah regu Karang, dipimipin oleh kapitan fiillah Joko keker, dan yang terakhir adalah regu Walet ireng yang dipimpin oleh kapitan fiillah Bayezir Uzglu.
Rangsam masuk dalam regu Karang, di bawah komando kapitan fiillah Joko keker, dalam setiap regu memiliki fungsi yang berbeda-beda. regu Karang adalah pasukan lapis dua, dimana regu ini bertugas menghalau serangan kapal yang mengincar regu pertama dan kedua. Regu pertama dan kedua bertugas sebagai penyerang utama, yaitu regu Pesut dan Bajul. sedangkan regu terakhir, Walet ireng, berfungsi ganda, fungsi pertama adalah telik sandi di wilayah kantong musuh, sedangkan fungsi kedua adalah pemukul serangan tak terduga dari arah musuh berlayar. pasukan ini dipimpin oleh kapitan fiillah Bayezir Uzglu, seorang tentara elit dari Kesultanan Utsmaniyah.
Barak tepi laut ini cukup nyaman bagi Rangsam, bahkan sebagian prajurit dari pelosok menyebutnya rumah mewah. mungkin tidak berlebihan, karena bangunan persegi ini cukup rapi, beratapkan genting tanah yang membuat hawa panas laut tidak terasa. lantainya pun terbuat dari kayu jati yang baik, bermodel panggung. Mereka tidur dengan ranjang susun dua, dilengkapi kasur yang berisikan kapuk dari buah randu tua, sangat mewah bagi mereka yang hanya beralaskan tanah dan tikar pandan di rumah. Tak lupa ukiran khas pesisir menghiasi pintu dan jendela barak. Bukan hanya bangunan, makan pun terjamin, pagi sarapan ubi jalar dan air teh, siang hari nasi bersama sayur mayur dan daging ayam atau sapi, malam hari nasi bersama lauk ikan dan susu domba segar, semua itu didapatkan gratis dengan biaya dari Kesultanan. Setiap selesai sarapan Rangsam dan yang lain mendapat latihan kebatinan, agar menjadi prajurit yang selalu fokus dan percaya diri. seusai sesi kebatinan, dilanjutkan dengan berlatih beladiri silat, lalu dilanjutkan dengan latihan menembak dan bertarung dengan bayonet. seminggu sekali akan diadakan latihan perang laut dan peragaan cara membajak kapal.
Rangsam begitu semangat mengikuti setiap sesi latihan yang diberikan para kapitan, apalagi dengan kapitan Uzglu, Rangsam sangat penasaran. Kapitan Uzglu bilang bahwa dia berasal dari negeri yang jauh bernama Utsmaniyah, entah seperti apa negeri itu, katanya hujannya berbeda dengan di Jawa, hujan di sana berupa butiran putih yang dingin, buka air, Rangsam tidak bisa membayangkan cerita aneh dari kapitan Uzglu, namun ia tetap suka, karena kapitan Uzglu melatih keterampilan telik sandi yang sangat menarik.
Regu karang yang berfokus pada pertahanan, menjadi penembak peluru meriam musuh, yaitu sebisa mungkin menghancurkan Meriam di udara sebelum mengenai kapal. Dan latihannya adalah, bagaimana caranya prajurit regu Karang, menembak buah jeruk yang dilontarkan ketapel di udara, dan harus hancur pada saat di udara. Senjata yang di gunakan adalah senapan dan meriam cetbang. Waktu latihan pun dimulai.
“Baiklah, sekarang saya akan melontarkan jeruk ini ke Angkasa, dan harus pecah di udara, mengerti!!”.
MENGERTI KAPITAN. . ..!!!!
“ baiklah, sekarang maju empat orang, dan selanjutnya empat orang lagi, dan begitu seterusnya, jika berhasil, kalian boleh ke barak, dan jika gagal, kalian akan kena hukuman, hukumannya adalah berenang dari tepi pantai hingga karang kembar, lalu kembali lagi kesini dengan membawa hasil tangkapan, mengerti..!!!!”
MENGERTI KAPITAN..!!!!
“ Buat aku ini bukan hal yang sulit, hahahahaha” Rangsam mulai menyombongkan diri.
“Hai bocah tengik, jangan sombong kamu”, ujar salah satu prajurit yang berbaris di samping Rangsang.
“ he bocah hitam, siapa yang kau sebut bocah tengik!!”.
“kau, siapa lagi memangnya, belum mencoba sudah berani sombong duluan, cih”.
“memangnya kau bisa melakukannya lebih baik dari aku nanti? Bisa tidak? Bocah hitam”.
“ sambil mataku tertutup pun aku bisa melakukannya”.
“baik, kalau begitu kita buktikan, siapa yang terbaik”.
“boleh, siapa yang takut dengan bocah tengik sepertimu”.
“ Hey, ada apa itu ribut-ribut di belakang!!!”, gertak kapitan Joko keker. “ kalau begitu, kalian berdua dulu yang maju, tidak usah berempat, berdua saja”.
“siap kapitan!!!”
“kamu!, bocah, siapa namamu!, dan dari mana asalmu!”.
“ saya Rangsam bin wiya, dari pulau Bawean “.
“bagus, kamu, siapa namamu dan dari mana asalmu!”.
“saya Sora Lodra, dari pajang”.
“ hmmmm, bagus kalian berdua, laksana asam dan garam, dari gunung dan dari laut, bertemu dalam satu regu, sekarang silahkan buktikan mulut besar kalian, prajurit!! Bawakan mereka berdua senapan”.