'Apa - apaan ini?'
Aira Tanisa terkejut saat melihat lelaki yang baru saja menikahinya.
Lelaki itu adalah salah satu juniornya di kampus! Disaat Aira sudah menginjak semester 7, lelaki itu baru menjadi maba di kampus mereka!
Brian Santoso.
Lelaki yang dulu adalah mahasiswa dengan sikap dinginnya.
Dan sekarang Lelaki dingin itu telah resmi menikahinya!
Aira sangat lemas memikirkan semua ini. Bagaimana ia menghabiskan setiap harinya dengan lelaki berondong yang dingin itu?
Terlebih saat mereka menikah karena dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
"Selamat datang di kediaman ini Aira."
Liana tersenyum dan menyambut Aira yang sekarang telah resmi menjadi menantunya. Ia menggapai tangan AIra dan membawanya memasuki kediaman Santoso.
"Terimakasih mama."
Aira tersenyum kecil dan mengikuti langkah Liana. Ia melirik kediaman yang besar ini. Tidak jauh beda dengan kediaman orangtuanya.
Dibelakang Aira melangkah Brian, suami Aira dan juga Harry mertuanya. Mereka mengikuti kedua wanita itu memasuki kediaman.
Liana membawa Aira memasuki lift dan menekan angka 3. Aira melihat itu semua dalam diam. Apakah itu artinya jika ia dan Brian akan tinggal di lantai 3? Ia mulai menghela nafasnya yang terasa memberat.
'Klek!'
Liana tersenyum dan mempersdilahkan Aira memasuki kamar itu. Ia membentangkan tangan dan memeprlihatkan keindahan kamar itu pada Aira.
"Tada!"
Aira memandangi kamar itu yang telah di hias sedemikian rupa dan terlihat sangat romantis. Di atas ranjang telah bertaburan kelopak bunga mawar merah. Dengan bentuk hati yang dibuat semenarik mungkin.
Di sekitar ruangan terdapat beberapa balon bergelantungan dan juga yang menghiasi lantai itu. Terdapat juga minuman yang disediakan di atas meja kecil yang bisa saja di peruntukkan untuk sepasang pengantin baru. Dan sangat romantis untuk menghabiskan malam pertama.
Tapi Aira terkekeh dalam hati melihat ini semua. JIka ia dan suaminya saling mencintai, mungkinj ia akan terharu melihat ini semua. Tapi ia dan suaminya itu orang asing. Bagaimana bisa ia menikmati ini semua?
Aira menoleh pada mertuanya. Ia tersenyum kecil melihat wajah antusias itu. Tidak ingin menyinggung perasaan mertuanya. Aira mengangguk perlahan.
"Sangat indah mama. Terimakasih untuk semua ini." Aira berterimakasih dan terlihat wjaha berbinar Liana semakin jelas.
"Meskipun kamu tidak mau mengadakan resepsi secepatnya. Mama tidak ingin kamu melewatkan malam pertama yang spesial." Liana mengelus lengan Aira.
Yah.............
Begitu selesai akad nikah di kediaman orang tuanya. Aira meminta mereka semua berbicara di sebuah ruangan. Ia melihat kedua orangtuanya, mertuanya dan terlebih suaminya.
"Aira tidak mau melakukan resepsi dalam waktu dekat ini."
Ia tahu jika perkataannya akan menimbulkan kegaduhan dalam perkumpulan ini. Tapi AIra telah mengambil keputusan ini setelah mengetahui siapa lelaki yang menjadi suaminya.
Bahkan setelah mereka selesai dengan proses akad nikah, mereka tidak berbicara sedikitpun. Aira yang bingung ingin berbicara. Dan juga lelaki itu yang terlihat tidak mau bersuara.
Lihat saja, bahkan saat ini ia hanya menatap AIra dengan wajah dinginnya yang datar. Sedangkan kedua orangtua mereka telah melotot karena ucapannya.
Ah!
Apa yang ia harapakan dari pernikahan ini? Terlebih dengan suaminya yang berusia jauh lebih muda darinya.
"Tapi kenapa Aira?" Aluna adalah orang yang pertama kali bersuara dan protes.
"Mama, tolong mengerti Aira." Ia menatap mamanya dengan memelas.
"Aira bekerja di perusahaan papa Harry sebagai manajer. Dan apa kata para pegawai yang lain, jika tahu bahwa Aira menjadi menantu dan sekaligus masih bekerja di perusahaan?" Aira mulai pusing memikirkan ini.
"Tidak ada yang akan mengatakan apapun Aira." Liana tersenyum kecil dan menenangkan Aira.
"Brian juga akan masuk kerja ke kantor sebagai CEO. Jadi, mana mungkin ada orang yang akan membicarakanmu." Ia juga menambahkan.
"Apa?" Aira terkejut dan menoleh pada Brian yang masih setia diam dan hanya menatapnya dengan tatapan rumit.
"Aira jadi semakin yakin untuk menutupi pernikahan ini." Aira tanpa sadar berseru.
"Aira!" Aluna menatap putrinya itu dengan tajam.
"Mama, JIka Brian bekerja disana maka Aira akan terjepit nantinya." Ia menatap mamanya dan menyuarakan protesnya.
"Akan banyak yang beranggapan jika Aira yang menggoda Brian agar bisa memiliki posisi yang bagus di perusahaan. Dan besar kemungkinan mereka akan meragukan semua pekerjaan Aira nantinya." Aira menatap semua orang dan memberanikan dirinya bersuara.
"Brian adalah junior Aira saat masih kulihh dulu!" Aira mengatakan hal ini pada mereka semua.
Aluna dan Anton saling berpandangan dengan Liana dan Haryy. Sedangkan Brian hanya mengangkat sebelah alisnya disertai seringai miring.
"Dan jelas jika ia lebih muda usianya dari Aira mama." Ia sedikit merengek manja pada mamanya yang terdiam.
"Aira akan jadi bahan gosip di perusahaan. Menggoda atau mereka akan berpikir jika aku menjebak Brina." Aira semakin histeris dengan semua ini.
"Para pegawai di perusahaan akan bergosip setiap melihatku! Mereka akan mencibirku! Wanita tua yang menjebak CEO perusahaan yang usianya lebih muda hanya demi posisiku di sana. Tidak akan ada yang melihatku profesional nantinya." Ia menatap semuanya dan berharap jika mereka akan mengerti.
"Jadi yang kamu inginkan adalah?" Harry yang sejak tadi diam dan menjadi pengamat akhirnya bersuara.
Semua ucapan Aira memang bisa saja akan terjadi. Tapi kenyataannya mereka menjodohkan Aira dan Brian karena persahabatan Anton dengan Harry selama ini. Mereka juga berasal dari golongan yang sama.
Tapi Aira memang selalu menutupi jati dirinya sebagai putri keluarga Tanisa. Karena itu Aira takut jika ia menjadi bahan gosip di perusahaan. Meskipun ia selalu bekerja dengan profesional. Tapi mereka tetap akan membicarakan Aira di belakang wnaita itu.
"Aira tidak mau pernikahan ini di publish hingga Aira siap dengan semuanya." Ia menarik nafas dan merasa lega telah mengatakan apa yang ia inginkan.
Aira hanya bisa berkata seperti ini. Tapi ia akan mencari cara unutk berpisah dengan Brian yang usianya lebih muda darinya. Aira tidak mau menjadi istri yang lebih tua dari usia suaminya.
"Tapi kami ingin mereka tahu jika Brian telah menikah dan kamu adalah istrinya." Liana kembali bersuara, sedikit tidak setuju dengan pemikiran Aira. Ia tidak sabar memperkenalkan Aira sebagai menantunya.
"Tidak masalah mama." AIra menoleh pada mertuanya. Sedikit tidak enak karena membuat wnaita itu terlihat sedih.
"Hanya jangan mengatakan siapa istri Brian bukan?" Ia tersenyum dan berharap mertuanya menyetujui keinginannya.
"Bagaimana menurutmu Brian?' Anton menoleh pada menantunya itu.
Aira meremas jemarinya yang bertaut saat menunggu Brian bersuara. Sejak tadi lelaki hanya diam dan tidak mengeluarkan ucapan apapun. AIra berharap Brian tidak akan menolak semua penjelasannya.
"Aku tidak memaksa resepsi secepatnya. Semua itu tergantung keputusan semuanya. Tapi aku tidak akan berbohong dan menutupi siapa pasanganku nantinya." Tatapan tajam itu menghunus Aira hingga ke relung hatinya. Lelaki itu seolah menyelami semua isi hatinya.
"Jika memang Aira tidak mau pernikahan ini di publish, tidak masalah. Tapi tidak akan kebohongan apapun soal pernikahan ini, jika ada yang bertanya." Ia sekali lagi bersuara.
Aira merasa sedikit lega denagn keputusan Brian. Ia menatap para orangtua.
Antin dan Harry terlihat memberikan semua keputusan pada Brian. Sedangkan Liana dan Aluna terlihat lemas karena tidak bisa mengadakan resepsi seperti keinginan mereka.
"Baiklah. Kami akan mengikuti kemauan kalian." Anton akhirnya bersuara. Demikian juga dengan yang lain.
Aira tersenyum meihat mereka yang menuruti keputusannya. Ia akan mulai mencari cara mengakhiri pernikahan ini. Ia tidak mau memiliki suami yang usianya lebih muda darinya! Ia tidak mau memiliki suami berondong!
"Aku tahu ada hal lain yang kamu sembunyikan." Brian tiba berbisik di telinga Aira.
Semua keluarga mereka beranjak dan keluar dari ruangan itu. Tapi AIra terkejut mendapati Brian yang tiba - tiba berada di dekatnya dan berbisik dengan tatapan tajamnya.
"Apapun yang sedang kamu rencakan. Tidak akan pernah terwujud." Brian langsung melangkah meninggalkan Aira setelah berbicara.
Seketika Aira merasa di telanjangi dengan ucapan itu. Brian sangat berbahaya. Insting lelaki itu sangat tajam. Ia harus berhati - hati dengan Brian.
Aira harus secepatnya berpisah dengan Brian.
.........................................