Kisah ini bercerita tentang tiga orang wanita yang bersahabat sejak kecil yakni Raya, Fitri dan Alya. Namun Seiring berjalannya waktu mereka harus berpisah karena jalan hidupnya masing masing. Di usianya yang beranjak dewasa, mereka mulai menemukan jati dirinya. Seperti apa lika liku kehidupan tiga bunga ini? Ini lah kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harti Supandi (Siti Hartinah), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelulusan Masa SMA
Tok tok tok
Suara ketukan pintu
‘’Permisi bu" ucap Alya dan Fitri datang dengan membawa kue ulang tahun ber lilin kan angka 17 yang menancap di atas kue tersebut
Teman-teman sekelas pun bernyanyi semua untuk Raya.
Selamat ulang tahun kami ucapkan,
Selamat panjang umur kita doakan,
Horeeee……
Semuanya bertepuk tangan untuk Raya. Alya dan Fitri perlahan mendekati Raya dan membuatnya terharu hingga meneteskan air mata.
‘’Ditiup dulu lilinnya’’ ucap Alya
Hup
Lilin pun ditiup
‘’Selamat ya" ucap Alya
‘’Selamat ya say’’ ucap Fitri
‘’Selamat ya Ray’’ ucap bu Winda
‘’Oh bu Winda emang keren’’ ucap Raya sambil memeluk gurunya
Begitu juga dengan Ririn, Rindu, Roni, Ricard dan para siswa lainnya mengucapkan selamat pada Raya.
Hingga acara pun selesai dan lonceng tanda waktunya pulang tiba.
Sampai rumah dan masuk kamar Raya menemukan kado yang tergeletak diatas tempat tidurnya.
Kado berbentuk kotak berisi jam tangan dan sepucuk surat dari orang tuanya bertuliskan,
’’Selamat ulang tahun Raya, semoga panjang umur. Jam tangan nya bagus kan?? Love you Raya’’ Bye: papa mama
Sebenarnya Raya sangat merindukan orang tuanya. Namun sayang karena kesibukan membuat mereka jadi jarang di rumah. Kalau pun pulang ke rumah pasti pas malam hari saat Raya sudah tertidur pulas dan kembali pergi pagi-pagi sekali.
Terkadang juga Raya ditinggal pergi ke luar negeri oleh orang tuanya. Akhirnya Raya pun lebih sering tinggal bersama pembantunya di rumah bersama Bik Minah. Serta memiliki sahabat yang selalu menemani hari-harinya. Sehingga rasa jenuh yang ada dibenaknya bisa terobati.
Waktu terus berganti dan masa ujian pun segera tiba. Alya, Raya dan Fitri belajar dengan giat agar mereka bisa mendapat nilai yang baik dan bisa masuk universitas ternama.
Masa-masa SMA yang penuh dengan rangkaian cerita indah takkan mudah untuk dilupakan.
Ujian pun berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Berkat keseriusan belajar dengan semangat tinggi membuat para siswa mendapatkan nilai terbaik. Sampai waktu kelulusan tiba.
‘’Hore aku lulus’’ ucap Alya
‘’Alhamdulilah, aku juga lulus’’ ucap Fitri
‘’Aku juga’’ ucap Raya
‘’Kalo gitu berpelukan’’ ucap Alya
Mereka pun berpelukan karena saking bahagianya. Setelah itu mereka menuju taman untuk berbagi cerita.
‘’Nanti mau dilanjutin kemana Al?’’ ucap Fitri
‘’Aku mau kuliah di Jogja ambil komunikasi, kamu sendiri?’’ ucap Alya dan tanya balik
‘’Insya Allah mau di Jakarta aja, di universitas Islam ambil perbankan Syariah’’ ucap Fitri
‘’Kalo Raya?’’ ucap Alya
‘’Aku’’ ucap Raya sambil mikir
‘’Ke KUA???’’ ucap Alya
‘’Enak aja’’ ucap Raya
‘’Bercanda’’ ucap Alya
‘’Ayo dong say cerita, jangan bingung gitu??’’ ucap Fitri
‘’Sebenernya aku mau lanjutin ke New York ambil jurusan bisnis’’ ucap Raya
‘’Kok jauh banget Ray??’’ ucap Fitri
‘’Sebenernya aku pengen kuliah disini aja, tapi Papa Mama pengen aku kuliah disana’’ ucap Raya sedih
‘’Berarti kita bakalan pisah dong’’ ucap Alya
‘’Pokoknya Raya harus sering ngasih kabar sama kita’’ ucap Fitri
‘’Siap komandan’’ ucap Raya
‘’Komandan peleton, terus kapan berangkat?’’ ucap Alya
‘’Minggu kalian anter aku ke bandara’’ ucap Raya
‘’Apa??? hari minggu?? ucap Alya dan Fitri kaget
Hingga waktunya tiba sekitar pukul 16.00 WIB Alya dan Fitri mengantar Raya ke Bandara.
‘’Baik baik ya guys’’ ucap Alya
‘’Oke Al’’ ucap Raya sambil memeluk
‘’Jangan lupa solat 5 waktu’’ ucap Fitri
‘’Iya bu ustadzah’’ ucap Raya sambil memeluk juga dan akhirnya berpisah untuk sementara waktu
Namun, perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Justru dari perpisahan itu realitas kehidupan baru akan dimulai.
Semenjak kepergian Raya, Alya dan Fitri pun kembali memulai cerita hidupnya. Alya yang meneruskan studinya di Jogja dan Fitri yang meneruskan studinya di Jakarta. Antara Jogja dan Jakarta kedua sahabat ini memulai kisahnya.
Di suatu pagi dengan suasana Jogja yang masih kental dengan budayanya yang khas, Alya menikmati pemandangan dari dalam busway. Ia memperhatikan tiap sudut Jogja dengan seksama terasa mengagumkan.
Kota batik, Kota pelajar, kota sepeda, kota budaya, kota wisata, kota kerajaan, kota parahyangan dan sebagainya itulah julukan Jogjakarta.
Sebenarnya harapan Alya untuk menimba ilmu di Jogja sudah ada sejak ia duduk dibangku SMP. Niat ini lahir karena waktu study tour kota yang menjadi kunjungan yakni Magelang-Jogja.
Busway pun tiba di depan kampusnya. Hari pertama kuliah, Alya masih dengan sifatnya yang sama alias tomboy, jutek dan selalu percaya diri tentunya. Gak aneh kalo Alya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Kini yang menjadi teman dekat yang sekelas dengannya bernama Dina. Anaknya baik dan gak banyak omong. Itulah alasan kenapa Alya lebih senang berteman dengan Dina.
Sambil memperhatikan suasana kampus yang menyenangkan, Alya terus berjalan dan tiba di sudut keramaian tepatnya di lapangan basket. Semua orang mengelu-elukan
Fikri
Fikri
Fikri
Maklumlah, Fikri memang di kampus dikenal sebagai mahasiswa yang pandai bermain basket dan memiliki wajah yang tampan serta disukai banyak wanita.
Saat pertandingan berlangsung, terjadi sebuah insiden. Ketika Fikri hendak memasukkan bola ke ring, Riki teman lawannya berbuat curang. Riki merebut bola dari tangan Fikri hingga membenturkan lengannya ke tiang.
Akibatnya tangan Fikri menjadi kesakitan. Pertandingan pun menjadi ricuh, sahabat Fikri yang bernama Rio tidak terima dengan dengan sikap Riki yang curang saat bermain.
‘’Eh Ki, Loe yang bener dong kalo main’' ucap Rio sewot
Bersambung….