Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.
Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.
Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.
Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.
Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.
Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?
Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Istriku!
Setelah masuk ke rumah itu, Alleta sudah tidak melihat Alfarez di sana.
"Tuan Muda ada di kamarnya, mari saya antar, Nona," ucap Handy sembari berjalan mendahului Alleta.
Tanpa mengatakan apa pun, Alleta membuntutinya dari belakang.
Handy mengetuk pintu setelah tiba di depan sebuah kamar yang ada di lantai dua. "Tuan Muda, saya sudah mengantar Nona Alleta. Saya pamit undur diri dulu."
Tidak ada jawaban dari dalam, dan Handy memahami itu.
"Silahkan masuk, Nona," ujarnya sembari membuka pintu.
Alleta mengangguk samar dan masuk tanpa banyak bicara.
Alfarez terdengar sedang mandi ketika ia masuk, ia tampak celinggak-celinguk untuk mencari ruangan tempat di mana pakaiannya diletakkan, dia harus segera menyiapkan pakaian tidur sebelum pria itu keluar, jangan sampai kejadian kemarin terulang lagi.
Tepat ketika ia selesai memilah pakaian dan keluar dari ruang ganti, Alfarez pun keluar dari kamar mandi.
Alleta tersenyum, cukup lebar sehingga membuat pria itu menatapnya heran.
"Kenapa lagi dia?" batinnya sembari mendekat ke arah Alleta.
"Tuan, saya sudah menyiapkan pakaian Anda." Alleta menyerahkan setelan piyama berwarna hitam ke hadapan Alfarez.
Pria itu menatap Alleta, lalu berpindah menatap piyama di tangannya. "Apa aku bilang mau memakai piyama?"
"Anda tidak mau? Kalau begitu lantas Anda mau pakaian yang mana? Biar saya ganti yang lain," tanya Alleta dengan wajah antusias.
"Tak perlu," cegah Alfarez sembari menahan Alleta yang baru saja hendak kembali ke ruang ganti tersebut.
"Aku bisa cari sendiri," lanjutnya sembari berlalu pergi meninggalkan Alleta yang mematung di sana.
Gadis itu mengerutkan alisnya menatap heran, di saat dirinya sudah sangat antusias dan berusaha bersikap dan melayaninya dengan baik, Alfarez malah menghindar dan menjauh, seolah inisiatifnya itu merupakan sesuatu yang tak disukainya.
"Apa dia sedang malu? Apa dia masih tak terbiasa dengan pelayananku yang cukup baik ini?" Alleta tersenyum dan berusaha untuk berpikir positif.
Setelah beberapa menit menunggu, Alfarez akhirnya keluar dengan mengenakan pakaian santai berupa kaos hitam polos senada dengan celana cargo oversize.
Melihat penampilan Alfarez yang cukup santai, Alleta secara sadar terhipnotis dan terkesima olehnya, melihat Alfarez dengan penampilan seperti itu, mengingatkannya pada Alfarez yang ia kenal 3 tahun lalu.
Alfarez yang melihat Alleta membeku sambil menatapnya, cuma diam tanpa menyapa.
Alleta mendadak merasakan aura dingin itu kembali.
Tak berselang lama, terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang.
"Permisi, Tuan Muda, saya ingin mengatakan bahwa makan malam telah disajikan!" sahut seseorang dari luar kamar.
Alfarez tidak menjawab, kakinya langsung melangkah keluar tanpa memberikan isyarat apa pun pada Alleta.
"Apakah aku harus ikut? Atau menunggu di sini?" gumamnya yang seketika dilanda kebingungan setelah Alfarez pergi.
"Ah, kenapa dia tidak mengatakan apa pun, sih? Jika begini, aku jadi tak tahu harus berbuat apa."
Beberapa saat Alleta menghabiskan waktu dengan hanya bolak-balik berjalan sambil berpikir keras, sampai akhirnya ia pun memutuskan untuk keluar dan menyusul Alfarez menuju ke meja makan.
Ketika tiba di sana, Alleta dapat melihat pria itu telah duduk di meja makan di sisi paling ujung, Alleta menghampirinya dan berdiri tepat di samping Alfarez.
Kepala Alfarez mendongak menatap Alleta dengan tanpa ekspresi, datar sekali sehingga Alleta merasa canggung untuk tersenyum padanya.
"Apa yang kau lakukan dengan berdiri di sini?" tanya Alfarez ketus.
"Apakah saya boleh duduk?" Alleta pun balik bertanya dengan polosnya.
"Apa masih perlu bertanya?"
Alleta tersenyum lebar dan akhirnya duduk di meja pertama tepat di depan Alfarez.
"Saya bantu Anda kupas udangnya, ya," ujar Alleta sembari meraih berapa ekor udang dan mengupasnya, satu persatu ia letakkan di pinggiran piring Alfarez agar memudahkan pria itu menikmatinya.
Diam-diam Alfarez mengamati Alleta yang sejak tadi terus bersikap aneh. Padahal baru kemarin ia bersikap sangat pendiam dan patuh, sekarang begitu ceria, apakah dia punya rencana buruk untuknya?
"Anda mau lauk apa lagi, Tuan? Biar saya ambilkan," kata Alleta dengan tanpa mengubah senyum manisnya.
"Sudah cukup." Alfarez melepas sendok serta garpu di tangannya, dan lalu menatap alleta dengan lekat dan tajam.
"Katakan kau mau apa sebenarnya?" sergapnya tanpa basa-basi.
"Maksudnya?" Alleta malah balik bertanya dengan alis terangkat.
"Lupakan, kau sebaiknya makan dan berhenti menggangguku," kata Alfarez yang akhirnya malas untuk bertanya lebih jauh.
"Saya boleh ikut makan, Tuan?" tanya Alleta dengan mata berbinar terang.
"Hmm," jawab Alfarez singkat tanpa bicara.
"Terimakasih, Tuan. Kalau begitu saya tak sungkan lagi." Alleta dengan tanpa rasa canggung, ikut makan dengan lahap.
Alfarez menatapnya sekilas, dan akhirnya tersenyum mengerti kenapa Alleta bersikap begitu baik, ternyata incarannya adalah makanan-makanan yang sedang dia makan itu.
"Permisi, Tuan, di luar ada seorang gadis, beliau mencari Tuan Muda." Pak Zang, si kepala pelayan datang menghampiri Alfarez menyampaikan informasi dari bawahannya.
"Siapa?" tanya Alfarez dengan alis mengernyit.
"Beliau mengaku sebagai adik perempuan Anda, Tuan."
"Namanya?"
"Dia tidak mau mengatakannya, Tuan Muda."
Alfarez mengangguk sebagai tanda ia memperbolehkan perempuan itu untuk masuk.
"Ada apa?" tanya Alleta penasaran.
Alfarez diam tak menggubris pertanyaan itu, Alleta lagi-lagi hanya bisa bersabar, dia sedikit mulai terbiasa dengan sikap dingin itu.
Alfarez menghentikan aktivitas makan malamnya dan beranjak, sebelum sempat ia melangkah, seseorang dari arah luar berteriak memanggilnya.
"Kak Farez!!"
Alfarez menatap gadis yang sedang berlari ke arahnya dengan wajah datar.
Gadis itu berhambur memeluk Alfarez dan bermanja.
Dengan tanpa ekspresi apa pun, Alfarez memaksa gadis itu agar melepaskan pelukannya, sembari berkata, "Jaga sikapmu!"
Gadis itu tampak cemberut dan tak suka dengan reaksi sang kakak, lalu dengan terpaksa melepas pelukannya meski tak mau.
"Bukannya langsung pulang, kenapa kau malah ke sini?" tanya Alfarez dengan wajah tak sedap.
"Kak, Dira sangat merindukan Kakak, sudah lama sekali akhirnya bisa bertemu Kak Farez lagi. Bahkan ke sini pun harus dilarang juga?"
"Pulanglah, jangan menggangguku."
"Pak Zang, antar dia pulang ke rumah Tuan Besar," ucapnya pada Pak Zang yang masih berdiri di sana.
"Baik, Tuan Muda."
"Tidak mau!" Dira berteriak menolak pemulangan dirinya, dia sudah jauh-jauh terbang hanya untuk bertemu Alfarez, dia tak akan membuatnya menjadi sia-sia.
"Kak, jangan usir aku, izinkan aku untuk tidur satu malam di sini, ya." Dira, si gadis manja itu menggoyangkan tangan Alfarez dengan wajah memohon dan memelas, berharap Alfarez akan mengasihaninya.
Alleta yang dari tadi mencoba mengabaikan pun, akhirnya berdiri, ia tak ingin mendengar apa pun dari percakapan mereka dan ingin segera menjauh, tetapi siapa yang menyangka bahwa Alfarez mendadak menarik tangannya dan menahan dirinya untuk tetap berada di sana.
"Kau harus meminta izin padanya terlebih dahulu jika ingin tidur di rumah ini," jawab Alfarez sembari menunjuk Alleta.
Alleta yang tak tahu apa-apa, hanya bisa mengangkat alisnya dengan bingung.
Melihat tatapan Dira yang begitu sinis padanya, Alleta sudah bisa menebak bahwa gadis itu tak menyukai keberadaannya di samping Alfarez.
"Memangnya dia siapa?" tanya Dira sinis sembari memperhatikan Alleta dengan tatapan tak suka.
"Perkenalkan, saya Alle-"
"Dia istriku," sela Alfarez, memotong dengan sangat enteng.
Deg!
Lagi-lagi, untuk ke sekian kalinya, Alfarez selalu berhasil membuat jantungnya berdebar kencang dengan pengakuan-pengakuannya yang mendadak itu.
Alleta sampai tak mampu berkata-kata lagi saking shocknya.
Jangan lupa tinggalkan komentarnya ya!
lebih banyak lg UP nya yaa