NovelToon NovelToon
Wajah Polos Penuh Jiwa Gelap

Wajah Polos Penuh Jiwa Gelap

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Perperangan / Identitas Tersembunyi / Action / Mafia / Romansa
Popularitas:899
Nilai: 5
Nama Author: Komang basir

Arga adalah remaja SMA yang selalu terlihat ramah dan polos, bahkan dikenal sebagai kuli pikul yang tekun di pasar tiap harinya. Namun di balik senyumnya yang tulus, Arga menyimpan rahasia kelam yang hanya diketahui sedikit orang. Ia diam-diam menyelidiki siapa dalang pembantaian keluarganya yang tragis, terbakar oleh tekad balas dendam yang membara. Perjalanan mencari kebenaran itu membawanya bertemu dua gadis tangguh bernama Kinan dan Keysha, yang ternyata juga anak-anak mafia dari keluarga besar yang menyamar sebagai murid SMA biasa namun tetap memiliki jiwa petarung yang kuat di sekolah. Bersama ketiganya, kisah penuh intrik, persahabatan, dan konflik berseteru di dunia gelap mafia pun dimulai, menyingkap tabir rahasia yang tersembunyi jauh di balik wajah polos mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komang basir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bukan sekolah biasa

Bukan hanya Arga dan Rindi yang terlambat pagi itu.

Saat Arga berdiri di halaman depan sekolah, menunggu Rindi memarkir motor, telinganya menangkap suara decitan pagar dari arah belakang. Ia menoleh secara refleks.

Tak lama kemudian, terdengar suara langkah ringan dan suara satpam yang terdengar kesal.

"Dasar anak bangor."

Seorang siswi melompat turun dari pagar dengan gerakan cepat dan tanpa ragu. Tubuhnya mendarat ringan di atas paving, nyaris tanpa suara. Saat kedua kakinya sudah mantap menapak tanah, ia berdiri dan mengibaskan rambut panjangnya yang menutupi wajah.

Arga memperhatikan gerakannya dengan pandangan datar. Tapi begitu wajah gadis itu mulai terlihat jelas, pandangannya berubah.

"Keysha..." gumamnya.

Gadis itu tersenyum sebentar, lalu membungkuk santai mengambil tasnya dari tanah.

"Terima kasih, Pak, udah enggak ngunci pagarnya rapat-rapat," ucapnya sambil melangkah melewati satpam.

Nada suaranya terdengar ringan, tapi jelas menyiratkan sindiran.

Satpam itu mendengus. Ia menunjuk ke arah gadis itu dengan ekspresi tak senang.

"Siapa yang ngizinin kamu masuk kayak maling? Loncat pagar segala."

Langkah Keysha terhenti. Perlahan ia menoleh ke belakang.

Tatapannya dingin. Sorot matanya tenang, tapi menusuk. Bukan sekadar menantang, melainkan seperti menyimpan sesuatu yang tak ingin diusik.

Satpam itu sempat membuka mulut, tapi tak jadi berkata apa-apa. Ia menunduk dan mengalihkan pandangan, lalu membetulkan topinya sambil bergumam pelan.

Keysha berbalik lagi dan terus berjalan menuju koridor. Tak ada penjelasan, tak ada permintaan maaf. Hanya sikap yang membuat siapa pun berpikir dua kali untuk menegurnya lagi.

Arga masih mematung di tempat, menatap kedatangan Keysha yang semakin dekat.

Tak lama kemudian, Rindi datang menghampiri setelah selesai memarkir motor.

"Ar, ayo. Kita udah telat," katanya cepat.

Arga masih menatap ke depan sebelum akhirnya menoleh pelan.

Saat Arga dan Rindi sedang berjalan berdampingan menuju kelas, Keysha melintas di samping mereka. Langkahnya cepat, tapi hanya bertahan satu detik sebelum dia berhenti, satu langkah di depan Arga.

Rindi sempat menatap Keysha, lalu menoleh ke arah Arga dengan dahi mengernyit. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dari cara keduanya saling menyadari kehadiran masing-masing. Tak sekadar kenal, tapi juga seperti menyimpan sesuatu yang belum terucap.

"Bukannya kamu murid yang kemarin sempat dipukuli?" tanya Keysha sambil melangkah mundur setengah langkah, berdiri tepat di samping Arga.

Arga menoleh dan tersenyum, senyum yang polos seperti biasa.

"Iya. Makasih ya, kemarin kamu udah nolongin aku."

Keysha hanya mengangguk kecil dan tersenyum samar. Tanpa berkata lagi, dia kembali melangkah maju, mendahului mereka.

Rindi menoleh cepat. "Kamu kenal sama dia?" bisiknya sambil melangkah pelan di sisi Arga.

"Dia yang bantu aku kemarin pas dikeroyok," jawab Arga, matanya mengikuti punggung Keysha yang terus menjauh.

Keysha yang mendengar ucapan itu hanya nyengir kecil, tanpa menoleh. Langkahnya tetap stabil hingga mereka sampai di depan ruang kelas.

Tanpa ragu, Keysha membuka pintu kelas. Tapi baru saja pintu terbuka, sebuah penghapus papan tulis melayang ke arahnya dan menghantam keningnya cukup keras.

Pak!

Suara benturannya terdengar jelas, dan seketika suasana sekitar membeku.

Rindi langsung terdiam. Ia tahu persis siapa Keysha sebenarnya—siswi paling ditakuti di kelas, mungkin juga di sekolah. Ia menunduk, enggan melihat apa yang akan terjadi.

Sementara itu, Arga hanya terpaku. Ini hari pertamanya masuk sekolah di sini, dan ia belum benar-benar tahu siapa Keysha di mata siswa lainnya.

Keysha tidak langsung bereaksi. Ia berdiri diam di ambang pintu, kedua tangannya masih memegang gagang pintu kiri dan kanan.

Wajahnya tak menunjukkan rasa sakit, tapi ada ketegangan yang mulai terasa di udara.

"Gawat. Ini pasti akan jadi masalah besar," bisik Rindi pelan ke Arga, tanpa menoleh.

Arga menatap Rindi heran. "Maksud kamu apa?"

Rindi tak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan ke arah depan, menyuruh Arga memperhatikan sendiri apa yang akan terjadi.

Dan benar saja.

Perlahan, Keysha melepaskan genggamannya dari gagang pintu. Ia mengambil tasnya, lalu tanpa banyak bicara, melemparkannya ke arah salah satu siswa laki-laki yang masih tertawa kecil—siswa yang jelas tadi melempar penghapus.

"Jangan, Key! Maaf! Aku enggak sengaja!" teriak siswa itu sambil menangkap tas yang melayang ke arahnya.

Tapi Keysha tidak peduli.

Ia berlari cepat ke arah siswa itu, lalu melompat, tubuhnya melayang beberapa detik sebelum kakinya mendarat tepat di dada siswa tersebut dengan tendangan lurus.

Bugh!

Suara benturan keras membuat seluruh isi kelas terdiam.

Siswa itu terjatuh ke belakang, terhempas bersama kursinya. Beberapa anak refleks berdiri, sebagian menahan napas, tak ada yang berani maju atau memisah.

Keysha berdiri tegak di tempat, napasnya sedikit memburu. Matanya tak berkedip, wajahnya datar.

Tak ada yang berani bicara.

Rindi memalingkan wajah, menutup mulut dengan tangan. Sementara Arga hanya bisa terpaku, tak tahu harus kaget atau kagum dengan apa yang baru saja ia lihat.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Keysha mengambil tasnya kembali dari tangan siswa yang masih terduduk lemas, lalu berjalan ke bangkunya sendiri—seolah yang barusan terjadi hanyalah hal biasa.

Arga menatapnya dalam diam. Dan di saat itu, satu hal mulai jelas baginya: Keysha bukan tipe orang yang bisa dipermainkan. Dan siapa pun yang mencoba... akan menyesal.

"Sungguh pertunjukan yang menarik," ucap Kinan sambil bertepuk tangan pelan, berdiri tak jauh dari bangku Keysha. Tatapannya tajam, seperti menikmati pertunjukan brutal pagi itu.

Keysha tak menjawab. Ia hanya berjalan santai ke bangkunya, duduk tanpa ekspresi tepat di samping Kinan. Ia bersandar, kedua tangan dimasukkan ke dalam saku jaket, dan diam seperti tak terjadi apa-apa.

Sementara itu, siswa laki-laki yang tadi terkena tendangan mulai bangkit perlahan. Tangannya memegang dadanya yang tampak masih nyeri. Wajahnya pucat, tapi ia tidak mengaduh. Tanpa berani menatap ke arah Keysha, ia menunduk dan berjalan tertatih menuju tempat duduknya.

Rindi dan Arga pun ikut masuk ke dalam kelas, lalu menuju ke bangku mereka. Arga ternyata ditempatkan sebagai teman sebangku Rindi.

Keduanya duduk dalam diam, belum terbiasa dengan suasana kelas yang jelas jauh dari kata "normal".

Beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah cepat dari luar kelas. Seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi masuk sambil membawa tas besar dan map di tangannya. Dialah wali kelas mereka.

Namun tak seperti di sekolah biasa, kehadirannya sama sekali tidak membuat kelas menjadi tenang.

Anak-anak tetap ribut. Beberapa tertawa keras, yang lain melempar-lempar kertas, dan sebagian bahkan sibuk bermain di bangku masing-masing. Keysha duduk santai dengan kedua kakinya naik ke atas meja, seolah kelas adalah ruang tamunya sendiri.

Rindi duduk diam, memerhatikan guru yang masuk dengan ekspresi pasrah. Arga menoleh pelan, masih mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Selamat pagi semua," ucap sang guru, berusaha tetap ramah meski suaranya tertutup riuh suara murid.

Tak ada yang menjawab.

Kecuali dua orang—Rindi dan Arga.

Guru itu menghela napas panjang. Ia membuka tasnya perlahan, lalu mengeluarkan sebuah buku kecil dan pulpen.

"Hah... selalu saja seperti ini," gumamnya pendek, tapi cukup terdengar oleh murid di barisan depan.

Ia menepuk buku catatannya dua kali, lalu menatap seluruh kelas.

"Baik. Hari ini, siapa yang mau saya daftarkan untuk masuk pelatihan barak tentara minggu depan? Sekali lagi, ini hanya untuk yang masih belum bisa diajak disiplin."

Kalimat itu seperti sihir.

Dalam hitungan detik, suasana kelas berubah total. Sunyi. Tak ada suara. Semua siswa langsung duduk tegak, tak satu pun bersuara. Bahkan Keysha perlahan menurunkan kakinya dari atas meja, meskipun tetap dengan wajah datar.

Arga mengernyit. Ia menoleh ke Rindi, berbisik pelan, "Apa maksud dari semua ini?"

Rindi tetap menatap ke depan, lalu menjawab setengah berbisik, "Di sekolah ini... kalau nggak bisa disiplin, langsung dikirim ke pelatihan tentara. Dan percayalah, enggak ada yang mau itu kejadian."

Arga menelan ludah, pelan. Ia kembali menatap ke depan, dan untuk pertama kalinya sejak masuk ke sekolah ini, ia merasa mulai mengerti: tempat ini bukan sekolah biasa.

Setelah suasana kelas kembali tenang, guru mulai menuliskan materi di papan tulis. Untuk pertama kalinya sejak bel masuk tadi, murid-murid benar-benar memperhatikan. Tak ada yang bermain, tak ada yang bercanda.

Semuanya diam, mencatat, dan mengikuti penjelasan dengan tertib.

Namun ketertiban itu tak bertahan lama.

Begitu suara bel istirahat berbunyi, kelas kembali berubah jadi pasar. Suara kursi diseret, tawa keras, dan panggilan antar teman menyatu jadi satu. Riuh. Suara bel bahkan nyaris tenggelam di tengah kegaduhan yang tiba-tiba muncul.

Sang guru hanya memandang sekilas, lalu memasukkan bukunya ke dalam tas. Ia tahu tak ada gunanya berteriak saat jam pelajaran sudah selesai. Dengan wajah lelah, ia meninggalkan kelas tanpa sepatah kata pun.

Arga masih duduk di bangkunya bersama Rindi. Ia belum terlalu terbiasa dengan dinamika kelas yang ekstrem ini.

Tiba-tiba, seorang gadis menghampirinya.

"Hai, kalau nggak salah… kamu Arga, ya?" tanya Kinan sambil mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah bangku Arga.

Rindi yang duduk di sebelah Arga langsung menoleh cepat. Tatapannya menyiratkan rasa terkejut. Ia mengenali Kinan—partner setia Keysha, dan bukan tipe orang yang biasa menyapa sembarangan.

Dengan pelan, Rindi menyikut lengan Arga sambil mengangguk ke arah Kinan. Isyarat diam yang penuh pertanyaan.

Arga hanya tersenyum kecil, lalu menjawab pelan, "Aku kenal dia karena dia ikut nolongin aku kemarin. Dia datang bareng Keysha."

Rindi mengangguk pelan. Matanya masih menatap Kinan dengan waspada.

Belum sempat mereka melanjutkan percakapan, Keysha yang sejak tadi duduk di bangkunya tampak menoleh ke arah mereka. Pandangannya tajam, penuh perhitungan.

Tanpa bicara, Keysha berdiri dan melangkah mendekat. Langkahnya tenang, tapi setiap langkah membawa tekanan tak terlihat.

Begitu sampai di depan bangku Arga, ia berhenti. Kedua tangannya terlipat di dada. Tatapannya menusuk langsung ke mata Arga, lalu berpindah ke arah Kinan.

"Jangan terlalu akrab," ucap Keysha dengan nada datar namun jelas dingin. "Nanti bisa-bisa malah nyusahin kita."

Kalimat itu menggantung di udara. Suasana sekeliling mereka perlahan meredup. Beberapa siswa yang tadinya berisik kini mencuri pandang, mengira akan terjadi sesuatu.

1
Corina M Susahlibuh
lanjut dong cerita nya Thor
nunggu banget nih lanjutannya
tukang karang: terimakasih atas penantian nya dan juga komen nya, bab apdet setiap hari kak di jam 12 siang🙏🙏
total 1 replies
Aixaming
Bener-bener rekomendasi banget buat penggemar genre ini.
tukang karang: makasi kak, maaf aku baru pemula🙏🙏
total 1 replies
Celia Luis Huamani
Wah, seru banget nih ceritanya, THOR! Lanjutkan semangatmu!
tukang karang: siap, bantu suport ya🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!