NovelToon NovelToon
DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romantis / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Balas Dendam
Popularitas:40.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

​Amira terperangkap dalam pernikahan yang menyakitkan dengan Nakula, suami kasar yang merusak fisik dan mentalnya. Puncaknya, di pesta perusahaan, Nakula mempermalukannya dengan berselingkuh terang-terangan dengan sahabatnya, Isabel, lalu menceraikannya dalam keadaan mabuk. Hancur, Amira melarikan diri dan secara tak terduga bertemu Bastian—CEO perusahaan dan atasan Nakula yang terkena obat perangsang .
Pertemuan di tengah keputusasaan itu membawa Amira ke dalam hubungan yang mengubah hidupnya.
Sebastian mengatakan kalau ia mandul dan tidak bisa membuat Amira hamil.
Tetapi tiga bulan kemudian, ia mendapati dirinya hamil anak Bastian, sebuah takdir baru yang jauh dari penderitaannya yang lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Sebastian mengerjap pelan, matanya perlahan fokus pada langit-langit putih kamar rumah sakit sebelum akhirnya menunduk sedikit.

Ia melihat Amira terlelap di dadanya, wajahnya terlihat tenang, meski masih tampak pucat.

Tangan Amira masih menggenggam erat bajunya, seolah takut kehilangan.

“Ma…?” panggil Sebastian pelan dengan suara serak.

Casandra yang duduk di kursi dekat pintu segera berdiri dan menghampiri putranya dengan mata berkaca-kaca.

“Sebastian, syukurlah kamu sudah sadar, Nak,” ucapnya dengan nada lega sambil membelai rambut putranya.

Sebastian menatap ibunya, lalu menunduk lagi ke arah istrinya yang masih tidur di dadanya.

Alisnya berkerut lembut.

“Kenapa dia tidur di sini, Ma?” tanyanya pelan, suaranya penuh keheranan namun juga kelembutan.

Casandra tersenyum haru, duduk di sisi ranjang dan mengusap bahu putranya.

“Karena dia tidak mau jauh darimu, Nak. Setelah kamu pingsan, dia langsung memaksa pindah ke ranjangmu. Kami sudah coba melarang, tapi dia bersikeras.”

Sebastian menatap Amira lama, dadanya terasa hangat.

Ia mengangkat tangannya yang lemah, lalu dengan hati-hati membelai rambut istrinya yang terurai di dadanya.

“Dia memang keras kepala…” ucapnya pelan, senyum tipis menghiasi bibirnya.

“Tapi aku tidak bisa marah padanya.”

Casandra tersenyum kecil sambil menatap putra dan menantunya yang tampak begitu damai bersama.

“Dia hanya takut kehilanganmu, Bas. Seperti kamu yang selalu takut kehilangan dia.”

Sebastian mengangguk pelan, menatap wajah Amira penuh kasih.

“Kalau begitu, biarkan dia di sini, Ma. Biar aku yang menjaganya sekarang.”

Casandra menahan senyum haru, lalu berdiri perlahan.

“Iya, Nak. Mama tahu, kalian berdua memang saling menjaga. Istirahatlah dulu, Mama akan siapkan makanan hangat untuk kalian nanti.”

Begitu Casandra pergi, Sebastian menatap Amira lagi, jemarinya mengusap pipi istrinya dengan lembut.

“Terima kasih sudah tetap di sisiku, sayang…” bisiknya lirih.

Beberapa menit setelah Casandra keluar dari ruangan, suasana kembali tenang.

Hanya terdengar suara pelan alat monitor yang mengukur detak jantung mereka berdua.

Tiba-tiba, pintu kamar perlahan terbuka. Seorang perawat muda masuk dengan membawa troli kecil berisi alat pemeriksaan.

Ia tersenyum sopan saat melihat Sebastian yang sudah sadar.

“Selamat pagi, Tuan Sebastian. Saya akan memeriksa kondisi Anda dan Ibu Amira sebentar, ya,” ucap perawat itu lembut sambil mendekat.

Sebastian menatap Amira yang masih terlelap di dadanya, lalu menatap kembali sang perawat.

Wajahnya tenang, namun suaranya terdengar tegas dan lembut sekaligus.

“Bisa nanti saja?” ucapnya pelan.

Perawat itu tampak sedikit bingung.

“Maaf, Tuan. Tapi pemeriksaan rutin biasanya dilakukan pagi ini.”

Sebastian menatap Amira lagi, lalu kembali menatap perawat dengan senyum tipis namun penuh makna.

“Tolong, nanti saja. Dia baru saja bisa tidur tenang setelah semua yang terjadi. Aku tidak ingin dia terbangun sekarang.”

Nada suaranya lembut, namun penuh permintaan tulus yang sulit ditolak.

Perawat itu menatap Amira sebentar, lalu tersenyum mengerti.

“Baik, Tuan Sebastian. Saya akan kembali satu jam lagi,” katanya sambil menunduk sopan.

“Terima kasih.”

Begitu perawat keluar dan pintu kembali tertutup, Sebastian menghela napas perlahan.

Ia menatap wajah Amira yang masih tertidur di dadanya, lalu mengecup lembut puncak kepalanya.

“Tidurlah, sayang. Dunia bisa menunggu, tapi aku tidak akan biarkan siapa pun mengganggu ketenanganmu,” bisiknya lirih sambil mengeratkan pelukannya.

Satu jam kemudian, matahari sudah naik lebih tinggi, menembus tirai dan menciptakan cahaya hangat yang jatuh lembut ke wajah Amira.

Kelopak matanya mulai bergerak, lalu perlahan terbuka.

Pandangannya sedikit buram sebelum akhirnya menangkap sosok yang paling ia rindukan

Sebastian, yang duduk setengah bersandar di ranjang, tersenyum lembut ke arahnya.

“Bas…” suara Amira terdengar pelan dan manja, nyaris seperti bisikan.

“Hmm?” sahut Sebastian, masih menatapnya dengan tatapan hangat.

“Kamu senyum terus dari tadi, ya? Aku jadi malu…”

Sebastian terkekeh kecil, mengusap lembut rambut istrinya yang terurai di dadanya.

“Kalau aku tidak tersenyum, nanti kamu bilang aku galak lagi,” jawabnya menggoda.

Amira memanyunkan bibirnya manja, tapi senyumnya justru semakin lebar.

Tepat saat itu, pintu kamar terbuka perlahan. Perawat yang tadi datang sebelumnya masuk dengan troli pemeriksaan.

Ia tersenyum sopan, namun matanya langsung membulat melihat pemandangan di depannya dimana Amira dan Sebastian masih berbaring dalam satu ranjang rumah sakit, saling berpelukan.

“Eh, maaf, Tuan Sebastian, Nyonya Amira…” ucapnya sedikit gugup sambil tersenyum canggung.

“Tapi kenapa satu ranjang diisi dua orang?”

Sebastian menoleh pelan ke arah perawat, senyumnya tenang tapi penuh arti.

“Karena istriku takut tidur sendirian,” jawabnya singkat sambil menatap Amira dengan lembut.

Amira menunduk malu, pipinya memerah.

“Bukan takut, cuma nyaman kalau dekat kamu,” gumamnya pelan, membuat Sebastian menahan tawa kecil.

Perawat menutup mulutnya menahan senyum.

“Baiklah, kalau begitu saya periksa sebentar, ya. Tapi lain kali, Tuan Sebastian, ranjangnya bisa dipisah sementara pemeriksaan,” katanya sopan namun masih dengan nada geli.

“Tentu, tapi nanti saja setelah dia sarapan. Sekarang biarkan dia tenang dulu.”

Perawat itu hanya bisa tersenyum, mencatat sesuatu di papan pemeriksaannya.

“Baik, Tuan. Tapi saya akui, pasangan kalian ini… luar biasa romantis.”

Amira menatap Sebastian sambil tersipu, dan Sebastian hanya menatap balik istrinya dengan senyum yang tak pernah pudar.

“Romantis, ya?” bisiknya pelan di telinga Amira.

Amira tersenyum lembut.

“Selalu, selama kamu di sisiku.”

Perawat selesai mencatat hasil pemeriksaan, lalu menatap keduanya dengan senyum lega.

“Syukurlah,” ucapnya sambil menutup papan data medisnya.

“Keadaan kalian berdua baik-baik saja. Tuan Sebastian hanya butuh sedikit istirahat karena kehilangan darah cukup banyak kemarin, dan Nyonya Amira juga sudah pulih dengan sangat cepat.”

Amira dan Sebastian saling menatap, keduanya sama-sama menghela napas lega.

“Jadi kami sudah benar-benar aman, ya?” tanya Amira pelan.

Perawat mengangguk mantap.

“Ya, Nyonya. Kalau tidak ada keluhan baru sampai sore nanti, besar kemungkinan dokter akan memperbolehkan kalian pulang besok pagi.”

Sebastian tersenyum kecil, menatap Amira penuh kasih.

“Dengar itu, sayang? Kita bisa pulang,” ucapnya lembut sambil mengusap pipi istrinya.

“Pulang, akhirnya.Aku ingin pulang ke rumah, Bas. Aku ingin tidur di tempat kita lagi.”ucap Amira pelan, lalu menggenggam tangan Sebastian erat-erat.

Perawat tersenyum menyaksikan momen itu.

“Saya senang melihat kalian seperti ini. Untuk sekarang, silakan istirahat, ya. Kalau butuh sesuatu, panggil saja saya,” ucap perawat sebelum beranjak keluar dari kamar.

Begitu pintu tertutup, Sebastian menatap istrinya dalam diam sejenak, lalu berbisik lembut,

“Kalau kamu sudah benar-benar pulih nanti, kita akan mulai lagi dari awal, tapi tanpa rasa takut, tanpa luka.”

Amira menatapnya dengan mata berkaca-kaca, lalu menyandarkan kepala di bahu suaminya.

“Selama kamu di sisiku, aku tidak butuh apa-apa lagi.”

1
Erna Riyanto
kok bandara... bukannya lgi di hotel yg sama dgn nakula
Maylia Ahmad
jelaskan lah thor..apa Alexander mengenal almira sebelumnya..
Maylia Ahmad
Al Mira cerai blm siap udah menikah..ini gimana ceritanya perempuan kan ada masa Iddah .trs nikah harus ada waklinya..😄
my name is pho: saat itu Amira kan belum siap bertemu dengan orang tuanya karena ia membantah dan Menikah dengan nakula
total 2 replies
M42H 1Q84L
bagus amira beri pelajaran sama sebastian...biar kapok tuh sebastian bagai mana rasany jd amira yg sllu dikecewakan sebastian yg terlalu baik pd mantanny n tidak mnjaga perasaan amira...terus amira balas ja trs biar tw sebastian bagai mn perasaanmu yg sering dibuat kecewa sama sebastian....
up'ny yg bnyk thor🙏💪
Ariany Sudjana
amira ini bodoh atau gimana sih? sudah punya suami, dan lagi hamil, kok main peluk saja, dan mengabaikan Sebastian, yang jelas adalah suaminya. kalau gini, ya jangan salahkan orang lain, kalau ada pelakor masuk dalam kehidupan mereka
Ariany Sudjana
Sebastian ini mafia kan? kok mudah sekali percaya sama jalang murahan Devia? amira juga sama bodohnya
Evi Lusiana
bodoh ny sebastian
Ningazkazifa
gemes sama bas...laki kok lembek banget🤣
my name is pho: sabar kak. ditunggu kelanjutannya
total 1 replies
Tining Revi
bukan nya td pembukaan hotel tuan alexander di bandung ya. kok dekat dengan gunung bromo. apa aku yg salah baca
my name is pho: terima kasih koreksinya kak.
total 1 replies
Ariany Sudjana
amira kamu bodoh, mau menyelesaikan masalah tapi ga melibatkan Sebastian, ya ga bisa, kan kamu istrinya. Sebastian juga bodoh, masih saja peduli sama Devia, sudah jelas pelakor itu licik, dan ingin menghancurkan rumah tangga kamu
Herdian Arya: hmmmmm betul 22nya bodoh dan banyak janjinya.
total 1 replies
Ariany Sudjana
harusnya sih Sebastian yang berjaga yah di villa, bagaimanapun Sebastian suaminya. dalam situasi seperti amara, peran suami sangat dibutuhkan, selain keluarga yang lain
my name is pho: iya kak.
tapi Amira masih marah jadi nggak mau lihat wajah Sebastian
total 1 replies
Ariany Sudjana
Sebastian ga tegas jadi Amira jadi korban. kalau gini sih alamat Amira pergi dan ga balik lagi ke Sebastian, karena sudah kehilangan kepercayaan
Herdian Arya
maaf saran aja nih, bas tuh kebanyakan omong dan janjinya, melindungi istri dan anak selalu terucap tapi lagi dan lagi kecolongan ga istri ga dirinya sendiri, kaya jual jual obralan yg banyak janjinya.
dew_ii
keren torrr
Andira Rahmawati
coba mira punya sedikit skill..apa gitu yg bisa bantu nemuin suaminya...jgn jadi wanita lemah bisanya cuma nangis aja..
Ariany Sudjana
semoga Sebastian bisa ditemukan dalam keadaan sehat, dan bisa kembali ke Amira dengan selamat juga. dan si pelakor gila Natasya juga harus dihukum berat
Nona Canbas
mampir Thor semangat 💪
my name is pho: terima kasih kak
total 1 replies
Widia
bagus ceritanya..suka bgt..sat set ga bertele"..👍
Evi Lusiana
hrs y kmn² bastian bw pngawal bgus lg pngawal wanita jd k toiletpun ada yg mnjg amira klo d luar rmh
my name is pho: terima kasih kak🥰
total 1 replies
Herdian Arya
bodoh! janji doang mau melindungi ujung-ujungnya kecolongan lagi dan lagi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!