NovelToon NovelToon
Pendekar Penguasa Sepuluh Ribu Semesta

Pendekar Penguasa Sepuluh Ribu Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dikelilingi wanita cantik / Perperangan / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno / Kultivasi Modern
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Employee

Sejak kecil, Anul hanya dikenal sebagai anak yatim piatu tanpa asal-usul yang hidup di sebuah desa kecil. Tubuhnya tak pernah terluka meski dihajar, senyumnya tetap hangat meski dirundung.

Namun, siapa sangka di balik kesederhanaannya tersimpan rahasia besar?
Darah yang mengalir di tubuhnya bukanlah darah manusia biasa. Takdir telah menuliskan namanya sebagai pewaris kekuatan yang mampu mengguncang langit dan bumi.

Dari anak yang diremehkan, Anul akan melangkah menuju jalan bela diri, mengalahkan musuh-musuh kuat, hingga akhirnya menaklukkan Sepuluh Ribu Semesta.

Perjalanan seorang yatim piatu menuju takdir yang tak bisa dihindari pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Employee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teknik Pembagi Pikiran

Riuh pertandingan di Arena Pemecah Gelombang masih bergema di setiap sudut kota. Dua minggu telah berlalu, namun semangat dan sorak kemenangan hari itu tak juga memudar. Di mana pun orang-orang berkumpul, kedai, pasar, atau dermaga, selalu ada satu nama yang disebut dengan nada kagum, Anul.

Nama itu kini seperti legenda yang hidup. Ia disebut bersama napas yang dipenuhi decak tak percaya. Pemuda dari desa terpencil yang berhasil menumbangkan A Hong, sang Raja Arena.

...PENGUMUMAN...

Dikarenakan hancurnya arena setelah pertandingan terakhir, pihak pengelola dengan berat hati menyatakan bahwa Arena Pemecah Gelombang ditutup untuk waktu yang tidak ditentukan.

Sehari setelah pertarungan, pengumuman itu terpajang di setiap persimpangan kota. Tulisan tinta hitam di atas lembar kuning itu menjadi tanda masa kejayaan arena legendaris itu akan terhenti.

Banyak yang kecewa, tak sedikit pula yang berkabung seolah kehilangan bagian dari hidup mereka. Arena bukan sekadar tempat bertarung, ia adalah jantung kota, tempat di mana semangat, taruhan, dan kebanggaan bertemu dalam satu teriakan.

Untuk menenangkan warga, pihak manajemen kemudian menambahkan satu baris baru di bawahnya.

Arena akan segera dibangun kembali, lebih megah dari sebelumnya.

Kalimat itu memberi secercah harapan, meski tidak mampu sepenuhnya menghapus kekosongan yang tertinggal.

“Sampai kapan kita akan bersembunyi di kamar?”

Suara Biro memecah kesunyian pagi, sinar matahari yang menembus tirai menyoroti wajahnya yang cemberut.

Anul duduk di tepi ranjang, tubuhnya condong ke depan. “Kita akan segera pergi,” katanya lirih, “setelah semuanya tenang.”

Dua hari terakhir mereka hidup seperti buronan. Di luar sana, nama Anul bergema di setiap sudut, namun di dalam kamar penginapan kecil itu, hanya keheningan yang menemani. Setiap langkah di luar pintu seolah bisa mengundang kegaduhan.

Lukisan tangan yang menggambarkan pertarungannya dengan A Hong tersebar di seluruh kota. Beberapa pedagang bahkan menjualnya di pinggir jalan. Ada yang menggambarkan wajahnya terlalu gagah, ada pula yang membuatnya tampak seperti dewa perang. Anul yang sederhana hanya bisa gelisah melihat bagaimana dirinya dijadikan simbol idola.

Ia tak terbiasa menjadi pusat perhatian.

Kreeeek…

Pintu kamar berderit terbuka, Arum masuk membawa gulungan besar di tangannya, senyum menggoda sudah siap di bibirnya.

“Lihat ini!” katanya sambil membentangkan gulungan itu di hadapan mereka.

Sebuah lukisan tangan raksasa menampilkan sosok pemuda berkulit kuning langsat, bertelanjang dada, dengan tinju terkepal dan sorot mata yang menembus. Di bagian atasnya tertulis besar-besar:

...**PENDEKAR ABAD INI**...

Anul terpaku, wajahnya merah padam.

“Arum, singkirkan itu!” serunya sembari mencoba merebut poster itu.

Namun gadis itu gesit, ia memutar tubuh, menyembunyikan gulungan di belakang punggungnya sambil tertawa kecil. Biro yang tadinya tampak murung kini tertawa keras, ikut menghalangi Anul yang berusaha merebutnya.

“Aku akan pajang ini di lapangan bela diri di desa nanti,” ucap Arum sambil mencibir puas. “Biar semua orang tahu siapa pendekar paling terkenal di kota Gelombang!”

Anul menunduk, menahan malu yang bercampur jengkel. Arum keluar dengan tawa kecil, meninggalkan dua pemuda itu di dalam kamar yang kembali tenang.

Satu minggu lainnya, kota mulai melupakan hiruk-pikuk kemenangan itu, tapi bagi Anul, ketenangan yang datang bukan berarti kedamaian. Ia merasa kosong—seolah kemenangan besar itu hanya meninggalkan bayangan panjang di dadanya.

Beberapa kali A Hong datang menemuinya, mereka berbincang lama tentang makna kekuatan dan arah perjalanan seorang pendekar. Namun setiap kali A Hong bertanya soal teknik yang digunakan Anul di arena, pemuda itu hanya diam.

Ia tak tahu harus menjelaskan apa.

Teknik Tubuh Jiwa Semesta bukan sesuatu yang bisa diajarkan. Itu bukan sekadar jurus, melainkan bentuk kesadaran, pertemuan antara jiwa dan alam.

Namun dari perbincangan mereka, Anul mulai memahami sesuatu yang baru. Tentang kekuatan jiwa, daya tak kasat mata yang bisa menggerakkan benda dan ruang. A Hong menjelaskan bahwa di tingkat tertentu, jiwa manusia bisa mempengaruhi materi, seperti tangan tak terlihat yang menyentuh dunia.

Sejak saat itu, Anul mulai berlatih keras. Di dalam kamar, ia duduk bersila. Di hadapannya tergeletak tiga cincin logam peninggalan Bagjo Sang Pendekar Sakti, benda yang dulu nyaris menembus jantungnya. Kini, ia mencoba menjinakkan kekuatan mereka.

Ia menutup mata, dunia menjadi sunyi.

Pada awalnya, ia hanya mencoba mengangkat satu cincin, mengalirkan kesadarannya seperti arus air yang lembut, membungkus benda itu dengan kehendak. Cincin itu bergetar, lalu melayang.

Namun ketika ia mencoba menggerakkan dua cincin sekaligus, rasa sakit menembus kepalanya. Dunia seolah terbelah dua, pikirannya retak seperti kaca yang menanggung beban berlebih. Ia kehilangan kendali, dan kedua cincin itu jatuh menimpa lantai.

Hari berikutnya, ia mencoba lagi.

Setiap kali gagal, rasa sakit itu makin familiar, seolah sudah menjadi bagian dari dirinya. Ia mulai memecah pikirannya menjadi dua, lalu tiga, memaksa kesadarannya membelah seperti bayangan di air.

Semakin ia berlatih, semakin terasa aneh.

Ada momen ketika ia tak lagi tahu mana dirinya yang asli—Anul yang duduk bersila, atau Anul lain yang berkelana di dalam cincin-cincin itu.

Terkadang, ia merasa tubuhnya melayang keluar, menjadi satu dengan getaran udara.

Suatu malam, ketika Biro sudah tertidur dan Arum tak kembali dari dapur, Anul duduk sendirian di tengah kamar. Tiga cincin berputar mengelilinginya seperti bintang kecil.

Ia membuka mata perlahan, tatapannya kosong, tapi di balik ketenangan itu ada badai kesadaran yang berputar liar.

Tiga cincin itu menari, saling melintas dalam lintasan acak. Setiap gerakan mereka seperti memiliki jiwa sendiri. Napas Anul stabil, tapi jantungnya berdetak cepat.

Tiba-tiba, satu dari cincin itu berhenti di depan wajahnya, mengambang diam. Ia bisa merasakan denyut energi di dalam logam itu, seolah benda itu bernapas bersamanya.

“Apakah ini… yang dimaksud dengan menyatu?” bisiknya lirih.

Namun begitu pikirannya goyah, semua cincin itu jatuh serentak, menghantam lantai dengan suara berat.

Anul terhuyung, menahan nyeri di pelipisnya. Keringat dingin mengalir dari dahinya. Tapi di balik rasa sakit itu, ada secercah pemahaman baru.

Kekuatan jiwa bukan sekadar tentang kendali, melainkan tentang keberadaan. Untuk menggerakkan sesuatu di luar dirinya, ia harus lebih dulu menguasai dunia di dalam dirinya.

Keesokan paginya, saat sinar matahari menyusup lewat celah jendela, tiga cincin itu kembali berputar.

Kali ini, tubuh Anul tak kaku. Ia mampu bergerak, berdiri, bahkan berjalan perlahan sambil tetap mempertahankan kendali.

“Teknik Pembagi Pikiran,” bisiknya.

Nama itu muncul begitu saja. Sebuah teknik yang lahir bukan dari pengajaran, tapi dari pencarian dan rasa sakit.

Dengan teknik itu, ia bisa membagi kesadarannya menjadi tiga aliran yang berbeda, namun tetap ada batas. Jika ia memaksa menambah satu lagi, tubuhnya membeku, pikirannya kosong.

Ia tahu batas itu bukan akhir, melainkan pintu menuju tahap berikutnya.

Ketika matahari mulai condong ke barat, Arum kembali masuk. Kali ini wajahnya tenang, tidak seperti biasanya.

“Anul,” panggilnya pelan.

Pemuda itu menoleh, tiga cincin di sekitarnya berhenti berputar dan perlahan turun ke lantai, diam seolah tahu tuannya akan pergi.

“Ayo,” lanjut Arum dengan suara lembut, “kita harus berangkat sebelum malam.”

Anul menatap keluar jendela. Kota Gelombang kini jauh lebih sunyi dari biasanya. Suara ombak di kejauhan terdengar lembut, seolah mengiringi perpisahan mereka.

Ia menggenggam salah satu cincin itu dan menyelipkannya ke jari. Dalam diam, ia tahu perjalanannya belum selesai.

Ketenaran bukanlah tujuannya. Kemenangan bukanlah akhir.

Di balik setiap gelombang yang pecah, selalu ada arus yang tak terlihat, dan di sanalah jalan sejatinya menanti.

Ia menghela napas, lalu tersenyum samar.

“Baik,” katanya pelan, “kita berangkat.”

1
Muffin🌸
Ceritanya menarik, narasinya mudah dimengerti. Semangat berkarya authort. Aku tunggu anul sampai menguasai bumi dan langit 😊
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS): makasih mbak muffin😄
total 1 replies
erika eka putri pradipta(ACDD)
woww keren sekali bisa terbelah batu nya setelah ranting kecil itu dimasukkan ke lubang itu
erika eka putri pradipta(ACDD)
pecah gak bg anul cincin nya?
Oksy_K
dipaksa dewasa dan menahan rasa sakit. semangat anullll
@dadan_kusuma89
Masih mendingan Anul ada yang suka, Bir! daripada Lu😁
@dadan_kusuma89
Ternyata benar dugaanku, sekarang Anul telah menjabat sebagai kepala desa baru
@dadan_kusuma89
Nggak bisa, Rum! Mana bisa biro disuruh makan pelan-pelan
@dadan_kusuma89
Awas lho, Biro! kamu jangan godain Arum ya!😁
@dadan_kusuma89
Dugaanku sepertinya kamu akan menjadi kepala desa yang baru, Nul!😁
CumaHalu
malah nangis, kog bisa berhari-hari pingsan masih bisa bangun. kalau orang normal sih udah meninggoy.
CumaHalu
Jadi tetep harus hati-hati ya Nul.
Khalisha
Kenapa banyak yang benci anul padahal kan dia udah banyak Bantu warga desa,
ηιтσ
najisnyo. jauh²/Puke/
ηιтσ
pemikiran anak² mah kdng udh di tanam sma kebencian dri orgtuanya. klo ortunya udh cap anak ini gk baik, anaknya jdi benci. walau sbnrnya konsep anul ini beda, lbh kyk jdi pembanding /Facepalm/
Ff Gilgamesh
memang susah memiliki dua wajah... repot menyembunyikan yang satu
👑Chaotic Devil Queen👑
Karena lu bukan MC 😭🤣
👑Chaotic Devil Queen👑
Heh! Lu itu gak diajak 😭👊
erika eka putri pradipta(ACDD)
jatuh hati kau nul
@dadan_kusuma89
Sepertinya Biro harus belajar dari Sammo hung ini😁
@dadan_kusuma89
Wah, energinya salah masuk jalur mungkin, Bir!😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!