Nikah Kontrak Jadi Cinta

Rachel bangun dari tidurnya, dia membuka matanya perlahan dan melihat sekeliling ruangan tempat dia tertidur.

Mata Rachel melebar, ketika dia menyadari kalau saat ini dia berada di kamar Sagara. Rachel menoleh dengan gerakan lambat ke arah samping kanannya. Dan benar saja, dia melihat Sagara yang tertidur dengan selimut yang hanya menutupi bagian bawah pusatnya. Roti sobek yang seingat Rachel sangat keras saat dia sentuh dan pegang semalam itu terpampang nyata di depanya.

Rachel menelan salivanya dengan cepat. Rachel menutup wajahnya dengan tangan ketika dia ingat semua yang terjadi semalam. Wajahnya memerah, dia ingat kalau saat Sagara akan turun dari tempat tidur. Rachel yang menarik tangannya dan meminta Sagara untuk...

"Ya ampun, aku yang memintanya menyentuhku. Ini memalukan" cicit Rachel pelan dan langsung turun dari tempat tidur.

Rachel meringis nyeri, ketika dia berusaha turun dari tempat tidur, dan merasakan sesuatu yang sangat tidak nyaman.

"Kenapa rasanya kebas dan perih, ini kebas atau perih sebenarnya?" tanya Rachel sambil memunguti pakaiannya dan memakainya.

Dengan langkah yang agak aneh, Rachel perlahan mendekati pintu kamar Sagara dan segera keluar dari sana. Setelah pintu tertutup Sagara membuka matanya, sebenarnya dia sudah bangun sejak Rachel bicara pelan tadi.

Tapi mendengar wanita itu mengatakan kata-kata tadi, Sagara berpura-pura tidur. Sagara menjaga, kalau dia membuka mata, Rachel akan merasa lebih malu padanya.

Dan saat Rachel jalan tertatih ke arah pintu. Sagara mengintipnya dari sudut matanya. Sagara sebenarnya sangat kasihan, tapi menahan Rachel lebih lama di kamarnya ini juga tidak mungkin. Sagara tahu, Rachel pasti menolak.

Sagara membuka selimutnya, dia melihat noda merah di atas sprei. Sagara tak menyangka, kalau wanita yang sudah punya pacar selama 4 tahun lebih masih bisa menjaga dengan baik kesuciannya. Sebuah senyum melengkung di bibir Sagara.

"Istriku.." ucapnya pelan dengan wajah tersipu.

Rachel baru tiba di kamarnya setelah beberapa menit. Dia harus berhenti sampai tiga kali saat berjalan dari kamar Sagara ke kamarnya.

Setelah membuka pintu, Rachel langsung menuju ke tempat tidurnya. Rachel kembali merebahkan dirinya di atas tempat tidur.

"Aduh, kenapa sakit begini. Mau jalan saja susah. Untung saja aku pengangguran sekarang" gumam Rachel yang merasa dia harus menunggu rasa perihnya mereda baru mandi.

Tapi baru merasa dirinya lebih tenang beristirahat di dalam kamarnya. Dia mendengar suara pintu kamar terbuka.

Rachel yang memejamkan matanya, harus membuka matanya lagi dan menoleh ke arah pintu. Siapa lagi yang berani masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu.

Rachel menoleh ke arah Sagara yang masuk ke dalam kamarnya dengan jubah tidur.

'Heh, kenapa datang kemari dengan jubah itu?' batin Rachel.

"Aku akan siapkan air mandi untukmu" kata Sagara yang langsung berjalan menuju kamar mandi di kamar Rachel.

Rachel yang tidak enak pada Sagara pun berusaha untuk bangun.

"Mas, tidak usah. Aku bisa sendiri" kata Rachel yang enggan berhutang budi pada Sagara terlalu banyak.

"Jangan banyak bergerak, milikmu pasti bengkak. Semakin banyak bergerak maka akan semakin sakit nanti" kata Sagara.

Rachel yang tadinya ingin turun dari tempat tidur lantas mengurungkan niatnya itu. Dia sudah merasa perih dan kebas, dia tidak mau membuatnya jadi semakin sakit.

Dengan telaten, Sagara menyiapkan air hangat di bathtub. Dia punya pengalaman dulu dengan Hani. Kalau air hangat bisa membuat perasaan Hani lebih baik saat pertama kali melakukannya.

Sagara pikir, dia bisa melakukan hal yang sama. Hanya air hangat saja, Sagara tidak menambahkan sabun, karena tidak ingin Rachel merasakan perih nanti. Setelah di rasa air itu cukup banyak dan suhunya cukup hangat. Sagara keluar dari kamar mandi.

"Buka bajumu!" seru Sagara sambil berjalan mendekati Rachel.

"Eh..."

Rachel langsung menyilangkan tangannya di depan dada. Fabian ingin terkekeh, tapi dia menahannya.

"Apa yang kamu pikirkan, aku tidak akan berperilaku seperti itu. Setidaknya aku tidak akan menyentuhmu dua atau tiga hari lagi" ucap Sagara yang membuat Rachel membelalakkan matanya lebar.

Rachel heran kenapa Sagara bilang begitu, tapi rasa herannya langsung tergantikan dengan rasa terkejut karena Sagara membuka pakaian Rachel.

"Mas, mas... aku bisa sendiri"

"Kalau begitu lakukan!" ucap Sagara.

Rachel kembali meloloskan dress-nya, Sagara langsung mengangkat tubuh Rachel, lagi-lagi membuat Rachel kaget dengan apa yang di lakukan oleh Sagara.

"Kamu pasti merasa sakit saat jalan kan? biar aku gendong saja" kata Sagara lembut.

Rachel tidak mengatakan apapun, dia hanya menundukkan kepalanya.

Sagara merebahkan tubuh Rachel dengan sangat hati-hati di bathtub. Rachel memegang pinggiran bathub dengan kencang karena sensasi perih yang dia rasakan.

Sagara yang melihat itu, langsung menggenggam tangan Rachel dengan erat.

"Tahan sedikit, sebentar lagi akan terasa lebih baik" kata Sagara.

Dan benar saja, beberapa saat kemudian Rachel merasa lebih baik.

"Bagaimana?" tanya Sagara.

Rachel mengangguk pelan.

Sagara lantas meraih sabun cair dan menuangkannya sedikit ke tangannya. Dia mulai mengoleskan sabun itu ke lengan Rachel. Rachel lagi-lagi tertegun dengan semua yang di lakukan oleh Sagara padanya.

Sagara terlihat serius, saat mengusapkan sabun itu ke kedua lengan Rachel, lalu ke punggung Rachel. Saat Sagara akan mengusapkannya ke kaki, Rachel menahan tangan Sagara.

"Mas, biar aku saja..." kata Rachel yang merasa kalau Sagara melakukan itu, terkesan dirinya sangat tidak sopan.

Bagaimana pun Sagara suaminya, rasanya tidak enak saja.

Tapi Sagara tak mendengarkan apa yang di katakan Rachel.

"Tidak apa-apa. Kakimu juga bagian dari tubuhmu kan? Dan bagian dari tubuhmu, semua adalah milikku. Aku berhak menyentuh semuanya" kata Sagara membuat Rachel lagi-lagi tertegun menatap pria yang tengah sibuk menggosok lembut kaki Rachel bergantian itu.

'Dia bilang apa? miliknya? apa maksudnya aku miliknya?' tanya Rachel yang masih bingung dalam hatinya.

Sagara bahkan mencuci rambut Rachel. Setelah selesai, Sagara juga yang memilih pakaian untuk Rachel. Lalu kembali menggendongnya ke atas tempat tidur. Bahkan Sagara mengeringkan rambut Rachel dan menyisir rambut Rachel.

Rachel tidak bisa berhenti tercengang, dia merasa seolah menjadi seseorang yang sangat berharga bagi Sagara.

"Sudah selesai, kamu tunggu sebentar ya. Aku akan mandi, setelah itu aku akan membawakan sarapan untukmu. Kita akan sarapan bersama di sini" kata Sagara yang langsung pergi begitu saja dari kamar Rachel.

Rachel mengedipkan matanya, masih tak percaya dengan semua yang sudah Sagara lakukan untuknya.

"Dia baik sekali, bagaimana ini? kalau terus dibaikin begini, nanti kalau aku jatuh hati bagaimana?" tanya Rachel yang mulai khawatir akan jatuh hati pada Sagara.

***

Bersambung...