NovelToon NovelToon
Om Duda Genit

Om Duda Genit

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Lune

Punya tetangga duda mapan itu biasa.
Tapi kalau tetangganya hobi gombal norak ala bapak-bapak, bikin satu kontrakan heboh, dan malah jadi bahan gosip se-RT… itu baru masalah.

Naya cuma ingin hidup tenang, tapi Arga si om genit jelas nggak kasih dia kesempatan.
Pertanyaannya: sampai kapan Naya bisa bertahan menghadapi gangguan tetangga absurd itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Lune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketika Perutku Mengkhianatiku

Nayla keluar dari kontrakannya sambil menenteng tas dan mengunci pintu dengan satu tangan. Klik! Suara kunci itu terdengar jelas, menandakan tugas pagi pertama telah selesai.

"Mission one completed!" ucapnya sambil bergaya seperti agen rahasia, lalu menepuk-nepuk perutnya yang langsung berbunyi pelan. Kruuuk.

"Ya ampun, perut gue masih protes aja. Apa gue beli nasi uduk aja, ya?" gumamnya sambil berjalan pelan. Ia menatap langit yang masih agak mendung, udara pagi terasa lembap dan sejuk.

"Beli aja deh, biar nanti gak pingsan di kelas. Masa iya nanti ada berita: 'Mahasiswi cantik pingsan di kelas gara-gara kelaperan dan cuma makan telur'. Duh, gue gak siap jadi viral gara-gara hal tolol kayak gitu," celetuk Nayla sambil terkekeh sendiri.

Langkahnya semakin cepat menuju tempat ibu nasi uduk langganannya tempat sederhana tapi selalu ramai karena rasanya yang enak dan harganya yang bersahabat dengan dompet anak kos. Tapi baru beberapa langkah, sebuah mobil hitam keluar pelan dari rumah di sebelah kontrakannya.

Nayla spontan berhenti dan menoleh. “Duh, jangan bilang… jangan bilang itu mobilnya si tetangga genit itu,” gumamnya panik. Tanpa pikir panjang, ia buru-buru menutup wajahnya dengan tas, berharap bisa menghilang dari pandangan. Tapi sialnya, mobil itu justru berhenti.

"Ya ampuuun, pake acara berhenti segala lagi. Semoga aja dia gak bikin pagi gue kacau kayak kemarin," bisik Nayla dengan wajah tegang, kemudian ia pura-pura bermain HP padahal layar HP nya mati.

Tak lama kemudian, pintu mobil terbuka. Seseorang turun seorang pria tinggi dengan jas rapi, rambut disisir ke belakang dengan sempurna, wangi parfum mahal tercium sampai jarak dua meter. Siapa lagi kalau bukan Arga.

Dan di sisi satunya, seorang anak kecil dengan setelan jas mini dan sepatu mengilap juga ikut turun. Keduanya berjalan bersamaan, dan... secara tidak sengaja, keduanya juga menurunkan kacamata hitam mereka bersamaan.

Nayla mematung. Matanya membulat, bibirnya terbuka sedikit tanpa sadar. "Buset... aura mereka berdua udah kayak drakor Descendants of the Rich Dad and His Mini-Me," gumam Nayla pelan sambil menahan tawa.

Ia memandang Arga dan Raka yang melangkah santai melewati mobil mewah itu. Rambut Arga yang sedikit tertiup angin pagi, jasnya yang licin sempurna, dan ekspresinya yang... ya ampun, tetap aja cool banget.

Tapi yang bikin Nayla makin geleng kepala, adalah senyum tipis di wajah Arga saat pandangan mereka bertemu sebentar.

"Yah, udah fix... pagi gue bakal ribet," batin Nayla, lalu buru-buru menunduk pura-pura sibuk mengikat tali sepatu yang padahal tidak copot sama sekali.

Sementara itu, Raka sempat menatap Nayla dan berbisik pelan ke papanya, "Pa, itu kakak yang semalam kasih kacang hijau."

Arga hanya tersenyum samar. "Iya."

Dan tentu saja, senyum itu lagi-lagi sukses bikin Nayla merasa pengen lempar sandal.

Arga berjalan mendekat dengan langkah pelan namun berwibawa. Tangannya sibuk merapikan jas hitamnya yang sudah rapi dari tadi tapi entah kenapa selalu aja dia merasa perlu membenarkan jas itu tiap kali mau berbicara dengan Nayla. Sementara di sampingnya, si bocah kecil dengan jas mini, Raka, melangkah lincah mengikuti papanya.

"Pagi, Nona," ucap Arga dengan suara berat dan nada datar khasnya, tapi matanya jelas menyapu wajah Nayla dari ujung kepala sampai ujung sepatu.

Tatapannya tajam tapi ada senyum tipis terselip di sana. Senyum yang sukses bikin Nayla pengen nimpuk sandal tapi juga deg-degan setengah mati.

Nayla menoleh dengan ekspresi no emotion paling pura-pura yang bisa dia buat.

Dalam hati dia bergumam, ya ampun, kenapa sih dia manggil gue Nona segala? Ini komplek perumahan, bukan drama kerajaan!

Sementara itu, Raka melangkah maju dengan senyum selebar matahari.

"Pagi, Kakak cantik!" serunya ceria sambil melambaikan tangan kecilnya.

Nayla langsung meleleh seketika. "Aaaak, lucu nyaa! Eh, pagi juga, Raka!" katanya sambil membalas senyum dan menepuk lembut kepala si bocah ganteng itu.

Arga menyipitkan mata sedikit, bibirnya terangkat pelan. "Kalau ke saya nggak disapa, Nona?" ucapnya dengan nada tenang tapi penuh godaan.

Nada yang terdengar biasa... tapi entah kenapa bikin jantung Nayla salah ritme.

Nayla langsung menegakkan badan, matanya berputar jengkel. "Oh, maaf, Tuan genit. Pagi juga. Udah seneng?" jawabnya dengan nada nyolot tapi disertai senyum miring.

Arga hanya terkekeh pelan. "Lumayan," jawabnya sambil membenarkan dasinya lagi.

Padahal udah rapi dari tadi. Emang dasar gaya sok-sok cool tapi genitnya nggak ketolong.

Nayla cuma bisa mendengus. "Duh, Tuhan, pagi-pagi udah liat dua cowok, yang satu kecil tapi gemesin, yang satu gede tapi ngeselin," gumamnya lirih, tapi cukup keras untuk didengar Arga.

"Kalau ngeselin tapi ganteng, masih mending, kan?" balas Arga cepat tanpa menatap langsung.

Nayla langsung menatap tajam. "Nih orang pede-nya level dewa," batinnya sambil menahan senyum yang nyaris lolos.

Arga menatap Nayla dengan senyum tipis sambil menaruh satu tangan di saku celananya.

"Mau berangkat kuliah ya?" tanyanya dengan suara tenang tapi nada godaannya nggak bisa disembunyikan.

"Kalau mau, bareng aja. Saya sama Raka juga mau keluar, sekalian sarapan di luar. Kamu boleh ikut, Nona."

Nayla langsung menegakkan badan, wajahnya sok kalem padahal dalam hati udah duarrr kayak petasan.

"Wah, nggak usah deh, Om. Saya udah sarapan kok, udah kenyang banget malah," ucapnya cepat sambil senyum lebar senyum yang terlalu dipaksakan sampai nyengirnya aneh sendiri.

Tapi belum sempat suasana canggung itu reda, tiba-tiba terdengar suara krukkkk..yang cukup keras dari arah perut Nayla.

Suara yang sukses membuyarkan semua sisa harga diri yang tadi dia coba jaga mati-matian.

Raka langsung menatap Nayla dengan mata bulat penuh rasa ingin tahu, lalu menutupi mulutnya sambil terkekeh.

"Kakak bohong ya? Perutnya bunyi tuh!" ucapnya polos.

Arga, yang sedari tadi berusaha jaga ekspresi cool-nya, langsung menunduk sedikit menahan tawa. Sudut bibirnya terangkat.

"Tuh kan, Nona, saksi hidupnya aja udah ngomong," ujarnya pelan tapi nadanya jelas menggoda.

Nayla langsung memegang perutnya dengan wajah memerah.

"Aduh, bukan bunyi lapar, tau! Ini tuh... karena angin! Iya, banyak angin di perut, jadi bunyi gitu," ucapnya cepat sambil geleng-geleng, mencoba menyelamatkan muka yang sudah hampir tenggelam karena malu.

Raka tertawa ngakak, sementara Arga kini benar-benar tersenyum lebar.

"Oh gitu, angin ya," ucap Arga dengan nada datar tapi jelas menyimpan tawa.

"Kalau gitu, biar anginnya nggak ribut, ikut sarapan bareng aja. Saya traktir. Anggap aja... penghangat pagi," lanjutnya dengan tatapan yang bikin Nayla makin salah tingkah.

Nayla mendecak kecil, melirik sinis tapi dengan pipi masih merah.

"Enggak ah, saya masih kenyang banget. Malah kalau makan lagi bisa meledak, tahu!" balasnya sambil memegang tas dan berusaha menutupi rasa malunya.

Raka mengangkat alis, masih cekikikan. "Kakak lucu banget sih, Papa," ucapnya ke Arga.

"Iya," jawab Arga singkat sambil melirik Nayla sekilas dengan senyum setengah bibir. "Lucu banget."

Nayla mendengus dan langsung melangkah cepat menjauh. "Udah ah, gue cabut dulu, nanti telat kuliah. Makasih tawarannya, Tuan Angin," katanya tanpa menoleh.

Arga menatap punggung Nayla yang menjauh sambil tertawa kecil.

"Cegil banget, tapi bikin pagi lebih hidup," gumamnya pelan sambil menatap ke arah Raka yang masih senyum-senyum.

"Papa, Papa suka ya sama Kakak itu?" tanya Raka tiba-tiba polos.

Arga cuma menghela napas pelan, sudut bibirnya naik lagi.

"Kalau suka ribut gitu tiap pagi, mungkin iya," jawabnya kalem sambil menggandeng tangan Raka menuju mobil.

Dan Nayla yang sudah berjarak beberapa meter dari mereka, masih bisa merasa pipinya panas.

"Duh, kenapa sih mulut gue nggak bisa diem. 'Angin' katanya. Ya Allah, Naylaaa, malu banget sumpah!"

Ia menepuk pipinya sendiri sambil cengengesan kecil, lalu tertawa tanpa sadar.

"Tapi... dia ganteng banget sih pagi-pagi gitu, ganggu banget!

1
Lembayung Senja
ceritanya mulai seru... semangat buat novelnya.....😍
Jen Nina
Jangan berhenti menulis!
Yusuf Muman
Ini salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, mantap! 👌
Yuri/Yuriko
Bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!