NovelToon NovelToon
KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)

Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.

Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.

Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaan Mama

Happy reading guys :)

•••

“Jadi, teman-teman … aku harap kalian bisa paham sama semua yang udah dijelasin, ya … dan jangan ada yang maksain diri sama bersikeras untuk ngambil banyak kerjaan … tolong sayangi kesehatan kalian … aku nggak mau kalian sakit dan kenapa-napa pada nantinya, apalagi di hari H kita akan semakin bertambah sibuk, oke?”

Para anggota OSIS laki-laki seketika mengukir senyuman tipis penuh kebahagiaan saat mendengar perkataan Naresha yang begitu penuh perhatian kepada mereka. Mereka refleks menganggukkan kepala paham, sembari memegang handphone untuk mengabadikan kecantikan serta senyuman manis milik sang ketua OSIS di dalam handphone masing-masing—mau dari video atau pun beberapa foto dengan gaya candid.

Naresha menyadari akan hal itu, tetapi dirinya tidaklah mengambil pusing karena sudah sering mendapatkan perlakuan itu sejak lama. Ia justru mengedipkan sebelah matanya dan memberikan beberapa pose yang cukup imut, agar para penggemarnya semakin terpana dan tidak bisa melepaskan pandangan dari dirinya.

Beberapa menit berlalu, setelah semuanya selesai dibahas, Naresha menutup rapat pada pagi hari ini, lantas mempersilahkan para anggotanya untuk kembali menjalankan aktivitas belajar sebelum melanjutkan kegiatan OSIS pada nantinya.

Sepeninggal para anggotanya, Naresha menyandarkan punggung ke sandaran kursi pribadinya, menghela napas panjang beberapa kali, sebelum mengambil botol berisi minuman dingin dari atas meja.

“Gara-gara lembur semalam, dan juga … gara-gara ngobatin beberapa luka baru di wajah Kaizen … aku jadi cape banget banget pagi ini,” batin Naresha, membuka tutup botol dan mulai meneguk air yang berada di dalam sana—sembari mengingat momen saat dirinya menunggu Kaizen tertidur dengan sangat pulas sebelum memberikan pengobatan kepada suaminya itu, “Cowok itu emang benar-benar ngeselin … kalau dia sekarang bukan suamiku … udah aku biarin aja itu mukanya jadi jelek.”

Naresha menelan air yang masih berada di dalam bibir mungilnya, menaruh kembali botol ke tempat semula sambil mengalihkan pandangan ke arah kanan, ketika mendengar suara Nayla dari sana.

“Lemes banget, Sa … Lu tidur jam berapa semalam?” tanya Nayla, sembari merapikan beberapa dokumen yang berada di atas meja pribadinya.

Naresha diam sejenak, mengingat kembali jam saat dirinya memutuskan untuk tidur seraya menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantiknya ke belakang telinga. “Jam berapa, ya … kayaknya jam setengah tiga pagi, deh.”

“Pantesan aja muka lu nggak sebersinar biasanya … lagian, kenapa tidur di jam segitu, sih, Sa? Kita aja selesai meeting di zoom jam dua belas malam,” timpal Thalita, menatap wajah Naresha dan Nayla secara bergantian sambil memasukkan laptop ke dalam tas sekolahnya.

Nayla mengangguk setuju, sebelum mengalihkan pandangan sepenuhnya ke arah Naresha. “Nah, bener kata Thalita, Sa … Lu ngapain lanjutin begadang sampai jam segitu? Lu minum sebelum tidur?”

Naresha menggelengkan kepala sambil menguap pelan. “Gila aja gue minum di rumah … bisa habis kena hukum lagi sama mama-papa yang ada.”

“Terus kenapa, dong? Nggak biasanya soalnya lu begadang tanpa tujuan yang jelas … dan satu-satunya tujuan yang jelas, ya, minum alkohol,” tanya Thalita, sambil membunyikan leher serta jari-jemari tangannya yang terasa sedikit pegal.

Naresha terdiam sejenak, berusaha mencari jawaban untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan oleh kedua sahabatnya itu. Ia spontan mengalihkan pandangan ke arah salah satu jendela kaca ruangan OSIS—melihat beberapa siswa laki-laki sedang asyik bermain bola di lapangan belakang—sebelum mulai mengukir senyuman tipis penuh akan arti.

“Nggak ada … gue memang cuma lagi susah tidur aja karena mikirin event tahunan sekolah …,” jawab Naresha, menegakkan badan dan melipat kedua tangan di atas meja.

Mendengar jawaban yang telah Naresha berikan, membuat Nayla dan Thalita saling pandang beberapa saat sambil sedikit mengerucutkan kening. Mereka ingin kembali membuka suara, tetapi sesegera mungkin mengurungkan niat ketika mendengar suara dering handphone Naresha tiba-tiba saja berbunyi.

Naresha segera mengambil handphone dari atas meja, melihat nama orang yang telah menghubunginya pada pagi hari ini, lantas sesegera mungkin bangun dari atas tempat duduknya saat membaca nama sang mama di dalam sana.

“Gue angkat telepon dulu, Nay, Tha,” pamit Naresha, melangkahkan kaki keluar dari dalam ruangan OSIS seraya mulai mengangkat panggilan telepon dari sang mama, “Halo, Ma … ada apa?”

“Halo, Sayang … kamu belum masuk kelas?” sapa Gayatri dari seberang telepon sana, dengan suara begitu sangat lembut.

Naresha menggelengkan kepala pelan—meskipun tahu sang mama tidak bisa melihatnya—kemudian menghentikan langkah kaki tepat di depan ruangan OSIS. “Belum, Ma … masih kurang lima menit lagi buat masuk kelas. Ada apa?”

“Ah, gitu … itu, Sayang … kamu sama Kaizen nanti malam sibuk nggak?” tanya balik Gayatri, dengan disertai suara bungkusan plastik sedang dibuka dari seberang telepon sana.

Naresha spontan mengerutkan kening saat mendengar pertanyaan sang mama. Ia diam sejenak, berusaha mencari kemungkinan terbesar dari pertanyaan yang telah perempuan paruh baya itu berikan, sembari beberapa kali mengukir senyuman tipis untuk membalas sapaan dari para adik kelas, teman seangkatan, serta para senior yang sedang berpapasan dengannya.

“Nggak, Ma … memangnya kenapa?” jawab dan tanya Naresha, memberikan elusan lembut di pipi kanannya yang terasa sedikit gatal.

“Bagus! Kamu sama Kaizen nanti malam bisa pulang ke rumah, ya? Kita adain makan malam bersama … sekalian ngenalin Kaizen ke keluarga besar kita, Sayang,” pinta Gayatri dengan begitu sangat bersemangat.

Naresha spontan melebarkan mata sempurna saat mendengar hal itu. “Hah! Keluarga besar? Nenek, kakek, sama yang lainnya, Ma?”

“Iya, dong, Sayang … Kaizen, kan, udah jadi suami kamu. Jadi, dia harus dikenalin ke keluarga besar kita … lagian juga mereka udah penasaran banget sama Kaizen, soalnya beberapa hari lalu papa ngasih tahu kalau kamu udah nikah,” jelas Naresha, suaranya terdengar penuh akan harapan sangat mendalam, “Jadi, nanti malam kamu sama Kaizen bisa pulang, ya? Mama benar-benar berharap banget ….”

Naresha menggigit bibir bawah cukup kencang. Ia tidak langsung memberikan jawaban, justru mulai masuk ke dalam alam lamunan, saat berbagai macam bayangan tentang pertemuan bersama keluarga besarnya nanti malam mulai masuk ke dalam kepalanya.

Akan tetapi, itu tidak berlangsung lama, karena Naresha sesegera mungkin kembali tersadar ke dunia nyata kala kembali mendengar suara sang mama dari seberang telepon sana.

“Sayang? Gimana? Kamu sama Kaizen bisa, kan, pulang nanti malam?” tanya Gayatri dengan suara terdengar semakin bertambah pelan.

Naresha mengembuskan napas panjang beberapa kali, sebelum pada akhirnya memberikan jawaban. “Aku usahain, ya, Ma … soalnya aku juga harus tanya sama Kaizen juga … nanti kalau dia mau, aku kabarin lagi … Oh, iya, udah dulu, ya, teleponnya … bel masuk sekolah sebentar lagi bunyi.”

“Siap, Cantiknya Mama … Mama tunggu kabar baiknya. Selamat belajar, love you,” ucap Gayatri—suaranya terdengar kembali bersemangat—sebelum pada akhirnya menutup panggilan telepon setelah mendengar balasan dari Naresha.

Begitu panggilan telepon terputus, Naresha kembali mengembuskan napas panjang beberapa kali, menaruh handphone ke dalam saku seragam sekolahnya dan sesegera mungkin masuk ke dalam ruangan OSIS untuk mengambil tas yang masih berada di dalam sana.

“Pasti bakal cape banget, tapi … aku nggak mau bikin mama kecewa sama sedih. Apalagi ini di keluarga besar … argh, semoga aja Kaizen mau buat ketemu sama mereka nanti malam.”

To be continued :)

1
Vlink Bataragunadi 👑
what the..., /Shame//Joyful//Joyful//Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/
Musoka: waduh, puas kenapa tuh 🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha Reshaaaa jangan remehkan intuisi kami para orang tua yaaaaa/Chuckle//Chuckle/
Musoka: Orang tua selalu tahu segalanya, ya, kak 🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ada ya yg ky gini/Facepalm/
Musoka: ada, dan itu Resha 🤭🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
gelooooo/Facepalm/
Musoka: gelo kenapa tuh kak 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!