Naomi harus menjalani hari-harinya sebagai sekretaris di perusahaan ternama. Tugasnya tak hanya mengurus jadwal dan keperluan sang CEO yang terkenal dingin dan arogan yang disegani sekaligus ditakuti seantero kantor.
Xander Federick. Nama itu bagai mantra yang menggetarkan Naomi. Ketampanan, tatapan matanya yang tajam, dan aura kekuasaan yang menguar darinya mampu membuat Naomi gugup sekaligus penasaran.
Naomi berusaha keras untuk bersikap profesional, menepis debaran aneh yang selalu muncul setiap kali berinteraksi dengan bosnya itu.
Sementara bagi Xander sendiri, kehadiran Naomi di setiap harinya perlahan menjadi candu yang sulit dihindari.
Akan seperti apa kisah mereka selanjutnya? Mari langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30 Tukang Sosor!
"Apa yang anda lakukan di sini? Pergi sana!" geram Naomi, suaranya meninggi saat ia berusaha menyesuaikan gaun baru yang dibelikan oleh Mom Milea. Gaun itu, dengan potongan elegan dan kain yang lembut mengalir, terasa seperti impian namun resleting di punggungnya menjadi masalah besar.
Xander, yang bersandar santai di ambang pintu, hanya mengangkat alis. "Aku hanya ingin membantu memasang gaun itu," katanya, menunjuk resleting yang jelas berada di posisi sulit dijangkau Naomi. "Kamu yakin bisa melakukannya sendiri?"
Naomi memutar bola matanya, tangannya masih meraba-raba resleting di punggung. "Saya tidak butuh bantuan anda! Saya bisa sendiri. Silahkan keluar!" usirnya.
Apa Xander mengira Naomi tidak mampu? Memasang gaun seperti ini bukanlah hal yang terlalu rumit. Setidaknya, itulah yang ia pikirkan.
Xander melipat tangan di dada, bibirnya membentuk senyum kecil yang menyebalkan. "Kamu benar-benar yakin?" tanyanya lagi, nada suaranya penuh dengan ejekan halus. "Sepertinya resleting itu tidak setuju denganmu."
"Saya yakin!" jawab Naomi dengan tegas, meskipun keringat mulai terasa di dahinya. "Yang membuat saya ragu justru karena anda terus memerhatikan saya. Mengganggu, tahu!" Ia mendengus kesal. Hanya karena mereka calon suami istri, Xander merasa berhak bertindak seenaknya.
Xander terkekeh, tidak terpengaruh oleh omelan Naomi. "Bukankah wajar jika calon suami menemani calon istrinya?" katanya dengan nada santai, tetapi matanya berbinar penuh maksud. Jelas sekali itu hanya alasan agar ia bisa tetap dekat dengan Naomi.
Naomi melotot, tangannya masih berjuang dengan resleting yang bandel. "Kita baru calon! Belum resmi suami istri! Lagi pula, saya tidak mau menikah dengan seseorang yang mirip bebek!" serunya, merasa puas bisa menyinggung Xander.
"Bebek?" Xander menunjuk dirinya sendiri, wajahnya pura-pura tersinggung. "Pria setampan aku kamu sebut bebek? Ini fitnah, Nom Nom Gowes!"
"Iya, bebek! Karena anda selalu bertindak lebih dulu tanpa izin! Tukang sosor! Dan satu lagi, saya bukan Nom Nom Gowes, saya Naomi! Panggil dengan nama yang benar, jangan seenaknya mengubah nama orang!" Naomi menyambar tas kecilnya dari meja rias, berniat meninggalkan ruangan. Namun, sebelum ia melangkah jauh, Xander dengan cepat menahannya, tangannya memegang lengan Naomi dengan lembut tapi tegas.
"Tunggu dulu. Resleting mu belum rapi," katanya, suaranya kini sedikit lebih serius. "Biar aku perbaiki."
Naomi menepis tangan Xander dengan gerakan cepat. "Tidak perlu! Saya akan minta bantuan Nyonya Milea!" Tanpa menunggu jawaban, ia buru-buru keluar dari kamar, langkahnya cepat menuju tangga. Xander, tentu saja, tidak tinggal diam. Dengan langkah lebar, ia mengejar Naomi, wajahnya campur aduk antara kesal dan geli.
"Tunggu gadis barbar!" teriak Xander. "Jangan harap aku membiarkan punggungmu jadi tontonan para pengawal atau pelayan!" serunya.
Naomi berbalik, matanya menyipit. "Siapa yang anda panggil barbar?!"
Sebelum Naomi melanjutkan protesnya, kakinya tersandung di anak tangga. Tubuhnya limbung, dan dalam sekejap, ia merasa dunia berputar. Naomi menjerit kecil, tetapi Xander sudah ada di sampingnya, tangannya meraih pinggang Naomi untuk menahannya.
Namun, nasib berkata lain. Keseimbangan mereka goyah, dan dalam sekejap, mereka berguling turun dari tangga, mendarat di lantai bawah dengan bunyi keras. Naomi mendarat tepat di atas Xander, napasnya tersengal, dan yang membuat jantungnya hampir copot adalah posisi bibir mereka yang saling bersentuhan.
Keduanya pun melotot, kini wajah mereka hanya berjarak beberapa milimeter. Naomi merasa wajahnya panas, jantungnya berdetak kencang, dan pikirannya seolah membeku. Xander, di sisi lain, tampak terkejut, tapi ada sedikit senyum nakal yang mulai muncul di wajahnya.
"Ya Tuhan! Xander, Naomi!" pekik Mom Milea dari arah pintu ruang tamu, tangannya menutup mulut karena kaget. Di sampingnya, Dad Nathan dan Kakek Noah juga berdiri dengan ekspresi tak kalah terkejut.
"Tutup matamu, sayang!" geram Dad Nathan, buru-buru menutup kedua mata istrinya dengan tangan besarnya. Kakek Noah hanya menggeleng-geleng, tapi ada senyum kecil di wajahnya, seolah ia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi.