Perangkap Cinta Ceo Posesif

Perangkap Cinta Ceo Posesif

Bab. 1 Awal Pertemuan

“Astaga, bisa-bisanya aku kesiangan!”

Seorang gadis berlari tergesa-gesa menyusuri trotoar yang mulai ramai. Napasnya memburu, terengah-engah, seperti pelari maraton di garis akhir.

Rambut hitam panjangnya yang diikat asal-asalan, kini beberapa helainya sudah lepas dan menempel di pelipisnya yang berkeringat. Sepatu sneakers-nya yang berwarna pudar belepotan lumpur, menunjukkan jejak perjuangan yang gadis itu lalui pagi itu.

Ini adalah hari pertamanya bekerja, dan tentu saja, ia nyaris terlambat.

Gadis dengan mata hazel itu adalah Naomi.

Dibesarkan di sebuah panti asuhan sejak bayi, Naomi tumbuh menjadi gadis yang keras kepala, dewasa dan mandiri. Hidup telah mengajarkan nya untuk tak pernah bergantung pada siapapun, selalu berusaha berdiri diatas kakinya sendiri.

Setiap inci keberhasilannya adalah hasil jerih payahnya. Dan sekarang, di usia dua puluh tahun, Naomi harus bekerja keras bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi juga untuk membantu ibu panti yang tengah sakit keras, menopang sedikit beban hidup di pundak mungilnya.

Impian besar tak ada dalam kamus Naomi. Yang ada hanya satu, bertahan hidup dan memastikan orang-orang yang Naomi sayangi baik-baik saja.

Naomi sudah duduk di dalam bus kota yang mulai padat. Sesekali, ia melirik jam tangan murahan yang melingkar di pergelangan kirinya dan mendesah keras. Jarum jam sudah menunjukkan waktu yang kritis.

“Bagaimana ini?! Aku bisa dipecat sebelum bekerja!” desis nya pelan, tangannya meremas tali tas punggungnya yang usang. "Ini perusahaan kelima yang mau menerimaku bekerja. Astaga, setelah aku ditolak mentah-mentah berkali-kali!"

Wajah Naomi berubah cemberut, bibirnya manyun, menunjukkan kekesalan yang mendalam.

Gadis itu mendongak, lalu menggerutu lagi, kali ini sedikit lebih kencang, hingga suaranya memenuhi sebagian kecil ruang bus.

“Terakhir kali aku kerja, aku dipecat karena menendang otong bosku yang me sum dan mata keranjang itu! Salah siapa coba, main peluk-peluk orang sembarangan! Udah kayak cacing kepanasan aja!” ocehnya sambil menghentakkan kaki kesal, melampiaskan amarah yang masih membekas di hatinya.

Bus yang tadinya sepi, kini mulai terasa gaduh karena suara cempreng Naomi yang mengudara tanpa sensor, menarik perhatian beberapa penumpang lain yang tadinya terlelap atau asyik dengan ponselnya.

“Berisik! Kamu mengganggu tidurku, bodoh!” ucap seseorang dari kursi belakang dengan suara dalam dan datar, seperti guntur yang samar.

Naomi terkejut, matanya membelalak. Ia pun menoleh, ekspresi wajahnya yang kesal menjadi semakin kesal saat melihat sumber suara. Naomi mendapati seorang pria yang duduk dengan tenang di belakangnya.

“Apa kamu bilang?! Aku bodoh?!” pekik Naomi, tidak terima sembari menunjuk dirinya sendiri.

“Kecilkan suaramu!” ucap suara itu lagi, tegas dan dingin, tanpa sedikit pun nada basa-basi. Seperti seorang komandan yang memerintah.

Di belakang Naomi, duduk seorang pria dengan setelan jas hitam rapi. Pakaiannya terlihat mahal dan pas di tubuhnya yang tegap.

Wajahnya nyaris tak terlihat karena tertutup masker hitam yang menutupi hidung dan mulut, serta topi yang menaungi sebagian wajahnya.

Namun, dari tatapan tajam matanya yang terlihat sedikit di balik bayangan topi, Naomi tahu pria itu bukan orang sembarangan. Aura dominan dan intimidatif memancar kuat dari tubuhnya, membuat suasana di sekelilingnya terasa membeku.

“Ini angkutan umum, Tuan!” sahut Naomi dengan lantang, tidak gentar sama sekali. “Jadi suka-suka saya dong mau teriak, nangis, atau guling-guling! Saya juga bayar, bukan numpang gratis kayak parasit!”

Pria itu berdecak, terdengar jelas meski terhalang masker. “Ck. Menyebalkan.”

Naomi bersedekap, menatapnya sinis, siap melanjutkan debat seru mereka.

Tapi sebelum debat kecil yang aneh ini semakin panas, keduanya refleks berseru, “Turun di depan, Pak!” ucap mereka bersamaan, terkejut dengan kebetulan itu.

Mata mereka saling bertemu sejenak dan sama-sama terkejut.

“Heh! Kamu ingin menguntitku, ya?! Sampai-sampai turun juga bareng segala? Jangan-jangan kamu stalker!” Naomi mendelik.

Pria itu membalas dengan memutar bola mata malas di balik topinya, menunjukkan ekspresi jengkel.

“Untuk apa aku mengikuti gadis barbar tidak jelas sepertimu? Aku punya urusan lebih penting daripada menguntit orang lain.” balasnya dengan suara terdengar jengkel.

“Gadis barbar? Waw, hebat! Baru pertama kali bertemu tapi sudah menghakimi. Bagus sekali caramu menilai orang!” Naomi berkata dengan nada sarkas, lalu menunjuk pria itu dengan jari telunjuknya. “Saya tidak tahu harus bangga atau sedih bertemu orang seperti anda, Tuan.”

Beberapa menit kemudian, bus berhenti tepat di depan gedung tinggi berlapis kaca yang menjulang angkuh di tengah kota, terlihat mewah dan megah.

Naomi berdiri duluan, dengan tergesa-gesa membayar ongkosnya, lalu bergegas turun, seolah dikejar waktu yang tak bisa menunggu.

Pria itu berdiri tak lama setelahnya, merogoh kantong jaketnya untuk mengambil dompet. Namun, tangannya membeku di tempat.

Sebuah kepanikan kecil menjalar di hatinya. Dompetnya tidak ada. Dia pasti meninggalkannya di mobil.

Wajah pria itu menegang, menyadari bahwa dia telah meninggalkan dompetnya. Pria itu menoleh ke arah sopir bus yang mulai menatapnya, lalu beralih ke arah Naomi yang sudah mulai menjauh dengan langkah cepat.

“Gadis berisik!” panggilnya dengan suara sedikit meninggi sambil membuka masker. Teriakannya membuat Naomi berhenti.

Naomi berbalik sambil menghela napas sebal. Wajahnya menunjukkan ekspresi kesal yang begitu kentara.

"Ya ampun, ada apalagi sih?! Saya sudah terlambat masuk kerja, Tuan!"

"Berikan aku uang lima puluh ribu!" katanya tanpa malu, sambil mengulurkan tangan.

“Apa-apaan sih?! Baru kenal sudah minta uang? Anda ini pengemis yang pura-pura sok kaya, ya? Modus baru nih?” Naomi menyipitkan mata, menatap pria itu dari atas sampai bawah, menilai penampilannya yang kontras dengan permintaannya yang memalukan.

Pria itu menarik napas dalam, menahan amarah yang mulai naik ke ubun-ubunnya. "Aku lupa membawa dompet."

“Alasan klasik!”

“Apa kamu ingin sopir bus itu menunggu tanpa kepastian? Itu lebih keterlaluan, bukan? Dia bisa melaporkan ku.” pria itu menunjuk ke arah sopir bus yang memang sudah mulai menggerutu dan melihat ke arah mereka dengan tidak sabar.

Naomi mengerang pelan, lalu merogoh dompet kecilnya yang hampir kosong. Ia mengeluarkan satu-satunya uang yang tersisa, selembar pecahan lima puluh ribu rupiah yang kusut. Ini adalah uang terakhirnya untuk makan siang.

Dengan berat hati, Naomi memberikan uang itu pada pria bertopi hitam.

“Ini. Ambil. Tapi tolong jangan muncul lagi di depanku!” ucap Naomi dengan mata memicing, menatap pria itu dengan tajam. “Makanya, kalau tidak punya uang, jangan sok-sokan naik bus! Apalagi naik taksi online atau mobil pribadi! Jalan kaki saja!”

Tanpa menunggu balasan, Naomi berbalik dan berlari menuju gedung tempat di mana ia akan mulai bekerja. Ia tak ingin lagi berurusan dengan pria aneh ini.

Pria itu menatap kepergian Naomi, lalu tersenyum tipis dari balik maskernya. Ada kilatan ketertarikan di matanya.

“Berisik… tapi menarik.” gumamnya. Bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis yang tak terlihat oleh orang lain.

Pria itu memasukkan uang kembaliannya ke sakunya, lalu melangkah ke kantornya yang kebetulan adalah gedung yang sama dengan tempat Naomi bekerja.

Hai para readers, aku coba up ulang nih, siapa tahu masih dikasih kesempatan sama Ntoon, kalau enggak ya wassalam...

Terpopuler

Comments

Opi Sofiyanti

Opi Sofiyanti

pantesan aku pikir kok y asa familiar bgt crt nya... trnyt.... s sekretaris yg hilang is back... 🥰🥰🥰

2025-08-02

1

+1 775 🚩

+1 775 🚩

ga boleh putus pokoknya!!!

2025-08-06

0

+1 775 🚩

+1 775 🚩

miss yuuu!!!

2025-08-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Awal Pertemuan
2 Bab. 2 Apa Kamu Masih Per4wan?
3 Bab. 3 Resmi Menjadi Sekertaris Pribadi
4 Bab. 4 Lepaskan Kemejamu!
5 Bab. 5 Dejavu
6 Bab. 6 Dokter Tampan
7 Bab. 7 Memberi Seorang Cucu
8 Bab. 8 Pria M3sum?
9 Bab. 9 Ancaman Xander
10 Bab. 10 Bukan Bayi Lagi
11 Bab. 11 Xander Yang Modus
12 Bab. 12 Jiwa Misquen Meronta
13 Bab. 13 Ya, Cantik!
14 Bab. 14 Dia Belok?
15 Bab. 15 Cium4n Pertama
16 Bab. 16 Buatkan Aku Kopi!
17 Bab. 17 Kelinci Percobaan
18 Bab. 18 Bos Iblis
19 Bab. 19 Alergi Makanan
20 Bab. 20 Menginaplah
21 Bab. 21 Pikiran Kotor
22 Bab. 22 Lama-lama Ngelunjak!
23 Bab. 23 Aku Pria Normal!
24 Bab. 24 Apa Itu Pentungan?
25 Bab. 25 Jatuh Cinta
26 Bab. 26 Membuatmu Menjerit
27 Bab. 27 Kedatangan Daddy Nathan
28 Bab. 28 Kepergok
29 Bab. 29 Kalian Harus Menikah
30 Bab. 30 Tukang Sosor!
31 Bab. 31 Mau Cucu
32 Bab. 32 Ibu Panti Meninggal
33 Bab. 33 Pembawa Sial
34 Bab. 34 Berdebat
35 Bab. 35 Pingsan
36 Bab. 36 Sogokan
37 Bab. 37 Rumah Ibu Mertua
38 Bab. 38 Gigitan
39 Bab. 39 Snowy Hilang?
40 Bab. 40 Gadisku
41 Bab. 41 Berhasil Melarikan Diri
42 Bab. 42 Menikah Besok!
43 Bab. 43 Bocah Tetaplah Bocah!
44 Bab. 44 Menikah
45 Bab. 45 Adu Mulut
46 Bab. 46 Tanda Kepemilikan
47 Bab. 47 Ditolak Lagi
48 Bab. 48 Obat P3rangsang
49 Bab. 49 Akhirnya Gol Juga
50 Bab. 50 Gigitan Nyamuk
51 Bab. 51 Balasan Tawa
52 Bab. 52 Keributan Dikantor
53 Bab. 53 Makan Siang Di Ranjang
54 Bab. 54 Dipaksa Menikah
55 Bab. 55 Keputusan
56 Bab. 56 Mual
57 Bab. 57
58 Bab. 58 Wanita Gatal
59 Bab. 59 Jadi Ayah
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab. 1 Awal Pertemuan
2
Bab. 2 Apa Kamu Masih Per4wan?
3
Bab. 3 Resmi Menjadi Sekertaris Pribadi
4
Bab. 4 Lepaskan Kemejamu!
5
Bab. 5 Dejavu
6
Bab. 6 Dokter Tampan
7
Bab. 7 Memberi Seorang Cucu
8
Bab. 8 Pria M3sum?
9
Bab. 9 Ancaman Xander
10
Bab. 10 Bukan Bayi Lagi
11
Bab. 11 Xander Yang Modus
12
Bab. 12 Jiwa Misquen Meronta
13
Bab. 13 Ya, Cantik!
14
Bab. 14 Dia Belok?
15
Bab. 15 Cium4n Pertama
16
Bab. 16 Buatkan Aku Kopi!
17
Bab. 17 Kelinci Percobaan
18
Bab. 18 Bos Iblis
19
Bab. 19 Alergi Makanan
20
Bab. 20 Menginaplah
21
Bab. 21 Pikiran Kotor
22
Bab. 22 Lama-lama Ngelunjak!
23
Bab. 23 Aku Pria Normal!
24
Bab. 24 Apa Itu Pentungan?
25
Bab. 25 Jatuh Cinta
26
Bab. 26 Membuatmu Menjerit
27
Bab. 27 Kedatangan Daddy Nathan
28
Bab. 28 Kepergok
29
Bab. 29 Kalian Harus Menikah
30
Bab. 30 Tukang Sosor!
31
Bab. 31 Mau Cucu
32
Bab. 32 Ibu Panti Meninggal
33
Bab. 33 Pembawa Sial
34
Bab. 34 Berdebat
35
Bab. 35 Pingsan
36
Bab. 36 Sogokan
37
Bab. 37 Rumah Ibu Mertua
38
Bab. 38 Gigitan
39
Bab. 39 Snowy Hilang?
40
Bab. 40 Gadisku
41
Bab. 41 Berhasil Melarikan Diri
42
Bab. 42 Menikah Besok!
43
Bab. 43 Bocah Tetaplah Bocah!
44
Bab. 44 Menikah
45
Bab. 45 Adu Mulut
46
Bab. 46 Tanda Kepemilikan
47
Bab. 47 Ditolak Lagi
48
Bab. 48 Obat P3rangsang
49
Bab. 49 Akhirnya Gol Juga
50
Bab. 50 Gigitan Nyamuk
51
Bab. 51 Balasan Tawa
52
Bab. 52 Keributan Dikantor
53
Bab. 53 Makan Siang Di Ranjang
54
Bab. 54 Dipaksa Menikah
55
Bab. 55 Keputusan
56
Bab. 56 Mual
57
Bab. 57
58
Bab. 58 Wanita Gatal
59
Bab. 59 Jadi Ayah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!