Istri Cantik Mafia

Di tengah rasa putus asa, Mike mendengar samar suara Lyanna. Tidak salah lagi, Lyanna pasti ada di sekitaran ini.

"Arahkan senternya ke barat!" Teriak Mike.

Anak buah Mike melakukannya dengan kompak. Semua senter diarahkan ke pohon besar. Mata Mike membulat sempurna, Lyanna benar-benar ada disana.

Mike buru-buru menghampiri Lyanna dengan jalan yang tidak mulus, hingga akhirnya dia sampai di pinggiran lobang besar di bawah pohon itu.

"Mike tolong! Ada ular di bawah! Aku takut hiks hiks.." Lyanna masih berdiri mematung tanpa berani menggerakkan kakinya sama sekali. Ia takut ular itu malah menjalar menaiki kakinya.

Sontak anak buah Mike mengarahkan senter ke bawah kaki Lyanna dan benar saja, ada ular besar disana, mereka tau itu ular berbisa yang sangat mematikan.

"Tangkap tanganku! Ular itu tidak akan menyakitimu kalau kamu tidak menggangunya." Ucap Mike walaupun wajahnya menggambarkan kepanikan.

Lyanna akhirnya memberanikan diri menangkap tangan Mike, sampai akhirnya dia bisa naik dan langsung mendarat di dekapan Mike.

Kondisi Lyanna sangat berantakan dengan baju yang sobek di beberapa bagian tubuhnya, bahkan bagian perutnya yang sudah berlumur darah. Lyanna tersenyum tipis namun air matanya mengalir deras. Dia tidak berhalusinasi, Mike benar-benar datang menyelamatkannya.

Mike menggendong tubuh Lyanna untuk dibawa keluar dari hutan, dibantu oleh para anak buah yang menyingkirkan rerantingan yang mengganggu jalan Mike.

"jack! Hubungi dokter Leon sekarang juga ke mansion!." ucap Mike sambil membawa Lyanna masuk kedalam mobil.

"baik tuan."

"Jangan tutup matamu!" Seru Mike sembari menepuk pelan pipi Lyanna. Mike takut jika Lyanna menutup mata, wanita itu tidak bangun lagi.

Lyanna merespon dengan anggukan kecil.

"Lebih cepat lagi Jack!"

"Iya Tuan."

Jack hanya mengiyakan agar Mike lebih tenang, tapi sebenarnya Jack tidak menambah kecepatan karena jalan di dalam hutan cukup sulit dilewati dengan kecepatan tinggi.

****

Mike duduk menunggu di sofa sambil mengamati Dokter Leon yang sedang mengobati luka-luka Lyanna. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Lyanna akan senekat itu kabur darinya.

Jack menghampiri Mike yang sejak tadi hanya diam memandangi Lyanna. "Tuan, ponsel milik pelaku sudah diperiksa."

"Siapa yang terlibat?!" Tatapan mata Mike berubah tajam. Dia bersumpah tidak akan melepaskan orang-orang itu dan membuat mereka membayar mahal atas perbuatannya pada Lyanna.

Jack tampak ragu untuk mengatakannya. Dia lebih memilih untuk menyodorkan ponsel milik pelaku agar Mike bisa melihat sendiri, siapa orang yang berada di belakang pelaku saat penculikan Lyanna. Karna seharusnya tidak ada orang yang berani menyinggung Mike, bahkan ketua mafia sekalipun. Dia bisa melakukannya karna ada orang berpengaruh besar dibelakangnya.

Mike mengambil ponsel itu dan memeriksa riwayat chat dan panggilan di ponsel pelaku. Tangan Mike meremas kuat benda pipih itu di tangannya.

"Brengsek kau tua bangka!! Berani sekali menyakiti wanitaku!"

Mike melangkah keluar dengan langkah panjang menuju lift.

"SIAPKAN MOTORKU!" Teriak Mike menggema kepada penjaga yang berdiri di depan pintu.

Anak buahnya yang mendengar itu dengan cepat berlari menyiapkan motor besar untuk sang mafia.

Mike memakai helm nya dan naik dengan cepat. Ia tak peduli dengan cuaca dingin malam itu, ia terus melajukan motornya cepat menuju mansion utama. Matanya menatap tajam ke arah jalanan yang sudah sepi.

Mansion utama sudah sepi, hanya beberapa penjaga yang masih sigap berjaga. Mereka membuka gerbang besar itu saat melihat kedatangan tuan muda mereka dari layar CCTV pada post pengamanan.

Motor itupun berhenti cepat, Mike turun dan masuk kedalam ruangan utama, matanya terlihat memerah menahan marah yang ingin meluap.

"Panggil laki-laki tua itu kesini!!" Teriak Mike pada salah seorang anak buah dari Lucian.

Vincent sang adik yang memang belum tidur dan kini berada tak jauh dari ruang utama itu pun sontak mendekat saat mendengar suara Mike yang nyaring.

Namun saat ia hendak menegur Mike, terlihat sang ayah Lucian keluar dari lift. Ia melangkah mendekat pada Mike yang menatapnya penuh emosi.

" Apa yang membuatmu datang dan mengganggu tidurku!?"

Mike mendekat dan menarik pakaian Lucian namun dengan cepat pengawal pribadinya Victor melepaskan tangan Mike.

"Berani sekali kau menyuruh orang untuk menyakiti wanitaku!!"

Lucian melangkah menuju sebuah sofa yang ada disana, ia menatap Mike tanpa ekspresi.

"Wanitamu? Dia hanya wanita jalang yang berhasil merebut hatimu! Dan itu hanya akan membuat langkahmu sebagai seorang mafia terancam! Mafia sepertimu harus bersanding dengan wanita yang juga berkecimpung dalam dunia yang sama, seperti apa yang sudah kita sepakati sebelumnya."

Vincent yang sejak tadi berdiri tak jauh dari keduanya pun hanya mendengarkan, ia tak tau apa yang ayah dan kakaknya itu bicarakan.

"Apapun alasannya aku tak mau kau ikut campur dalam urusanku dengan wanitaku! Ini adalah peringatan pertama dan terakhir dariku! Kau tau apa yang bisa kulakukan jika ada yang mengusik milikku!!" Ucap Mike penuh penekanan. "Dan satu lagi.. Jangan pernah menyebut wanitaku jalang, karna kau lebih tau apa itu jalang.. Dan wanitamu melebihi seorang jalang."

"Mike! Jaga bicaramu!!"

Mike tersenyum smirk menatap Lucian yang sudah tersulut emosi. "Bukankah apa yang aku katakan itu benar?? Kau sendiri yang menikahi jalang sialan itu, dan meninggalkan ibu!!"

Lucian yang terbawa emosi dengan cepat mengambil senjata api yang selalu ada didalam pakaiannya, dan mengarahkannya pada lengan Mike.

DORRR

Suara itu menggema memenuhi mansion. Mike termundur beberapa langkah saat peluru itu menerjang lengannya, merobek jas hitam yang ia kenakan.

Tak ada teriakan yang keluar dari mulut laki-laki tampan itu, ia malah tertawa.

"Lihat dirimu! Bahkan kau menembakku untuk membela wanita sialan itu!!" Mike mengeluarkan senjata api yang juga ia bawa, lalu mengarahkan pada Lucian. Beberapa anak buah Lucian ikut mengeluarkan senjata apinya dan mengarahkan pada Mike.

Vincent yang melihat ketegangan itupun sontak melangkah mendekat. Jika perdebatan ini terus berlanjut, maka besar kemungkinannya akan ada yang menjadi korban.

Vincent tau betul jika Lucian dan Mike memiliki sifat keras yang sama. Tidak akan ada yang mau mengalah.

"Sudaahh!! Berhenti! Apa kalian berdua tak malu, saling menyakiti hanya karena seorang wanita!!" Vincent menoleh pada Lucian dan anak buahnya. "Turunkan senjata kalian!" Lucian memberikan kode pada anak buahnya untuk menuruti apa yang Vincent katakan.

Vincent menoleh menatap pada Mike, "pulanglah, wanitamu lebih membutuhkanmu disana, daripada kau bersitegang di mansion ini."

Menatap tajam, Mike menyimpan kembali senjata apinya. Tangannya yang tertembak sama sekali tak membuatnya merasa perih, ia mendekat pada Lucian.

"Jangan pernah bermain-main denganku lagi! Atau aku juga akan menyakiti wanita sialanmu itu!"

Lucian menggenggam erat tongkatnya. Sedangkan Mike melangkah keluar namun belum sempat ia keluar, ia yang belum puas meluapkan emosinya, mengeluarkan kembali senjata apinya lalu berbalik badan, dengan cepat menembakkan semua guci besar disana.

PRANGG

Suara pecahan itu memecah keheningan. Semua tak lepas dari tembakan sang mafia. Hingga lampu kristalpun ikut menjadi pelampiasan Mike, serta seorang anak buah Lucian yang terkena tembakan pada kakinya.

Mike melangkah keluar, setidaknya emosinya sedikit terlampiaskan. Dengan langkah tegas ia menaiki kembali motor besarnya. Lalu melaju keluar mansion.