Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.
Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Valentine, berani sekali kau menampar kakakmu, kau yang lupakan keluargamu sendiri. Sekarang malah kau yang berani melawan kami. Di sini begitu banyak orang, biar semua orang tahu bagaimana sikapmu terhadap keluargamu. Hanya karena menikah dengan orang kaya, kau berani melupakan jasa ibumu dan kakakmu," kata Sandra dengan sengaja, suaranya meninggi dan penuh drama agar orang-orang sekitar semakin terhasut.
Valentine hanya terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. Namun Sandra belum berhenti.
"Kalian semua dengar, dia adalah adik iparku. Setelah sembuh dari koma, dia ikut dengan pria lain. Dan melupakan keluarganya karena hidup miskin. Dia hanya mengejar hidup mewah. Mertuaku bersusah payah membesarkan dia, tapi dia malah memilih meninggalkan ibu sendiri!" teriak Katty dengan nada penuh kebencian, suaranya sengaja diperkeras agar menarik perhatian orang yang semakin berkerumun.
Hujatan demi hujatan dilontarkan oleh mereka, membuat Valentine semakin terdesak. Orang-orang yang lewat mulai berbisik-bisik, beberapa menggelengkan kepala dengan ekspresi sinis, seolah percaya pada fitnah keluarganya.
Valentine akhirnya bersuara, nada suaranya bergetar namun tegas. "Sejak kecil kalian memanfaatkan aku, sekarang malah berani mempermalukan aku di depan semua orang. Lakukan saja! Nanti kalau Vincent tahu apa yang kalian lakukan, aku yakin dia tidak akan melepaskan kalian semua."
Sandra yang semakin emosi tiba-tiba mendorong putrinya dengan kasar. Tubuh Valentine oleng dan terjatuh ke lantai keras, pergelangan kakinya terkilir.
"Aahh!" jeritan Valentine pecah, membuat beberapa orang di sekitar terkejut. Namun bukannya membantu, Sandra justru menuding putrinya dengan penuh amarah.
"Lihat baik-baik, ini adalah anak yang aku besarkan dan aku banggakan. Demi hidup mewah, dia memutuskan hubungan dengan kami. Suamiku meninggal muda, aku sendiri yang membesarkan dia dan kakaknya. Tapi apa yang dia berikan padaku? Dia menjadi orang yang lupa asal-usul. Aku sebagai ibunya tidak puas sama sekali!" ujarnya lantang, pura-pura tersedu di depan orang banyak.
Arnold ikut menambahkan racun dengan suara dingin. "Dulu dia pacaran dengan Jacky Zhao, dan kemudian dia menggoda pamannya. Dan kini dia akan menikah dengan pamannya. Adikku ini selama ini pura-pura suci. Rela meninggalkan pacarnya demi mendekati pamannya yang lebih kaya."
Ucapan itu seperti pisau yang menusuk dada Valentine. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetar menahan tekanan yang semakin menyesakkan. Orang-orang mulai melontarkan cemoohan tanpa ampun.
"Tidak tahu malu sekali, di dunia ini ada anak seperti ini," ujar seseorang dengan nada jijik.
"Iya, andaikan kalau anakku seperti ini, pasti sudah aku usir," timpal yang lain.
"Tidak sadar diri," gumam seorang ibu-ibu sambil menggelengkan kepala.
Valentine mencoba berdiri meski kakinya sakit. Nafasnya tersengal, namun matanya menatap lurus keluarganya. "Kalian semua diam! Mereka hanya menuduhku sembarangan. Aku dan mantan pacarku sudah putus. Aku juga tidak menggoda pamannya!" katanya dengan penuh usaha mempertahankan harga diri.
Sandra malah menyeringai sinis. "Valentine, keluarga Zhao memang kaya, tapi kau harus sadar diri. Kau hanya gadis miskin dan tidak layak bersama Tuan Zhao. Jangan menggodanya lagi!"
Ucapan itu membuat Valentine merasa kepalanya berdenyut. Tekanan dari semua sisi membuatnya limbung. Sedikit demi sedikit, bayangan masa lalunya muncul—pelukan mesra Jacky, tawa dan candaan mereka di masa lalu. Semuanya begitu jelas. Namun tak ada satupun kenangan bersama Vincent yang muncul dalam benaknya.
"Kau dan Jacky akan menikah. Tapi kau malah kecelakaan, dan setelah sadar kau malah menggoda pamannya. Padahal Jacky begitu mencintaimu," ujar Katty dengan suara tajam, sengaja menekan luka Valentine lebih dalam.
Valentine memegangi kepalanya, matanya terpejam, tubuhnya bergetar hebat. "Hentikan!" pintanya dengan suara hampir berbisik namun penuh rasa sakit.
Sandra melangkah maju, pura-pura memainkan peran ibu yang terluka. "Jangan berpura-pura lagi. Di sini begitu banyak orang, bagaimana kau bisa mengelak? Ikut kami pulang dan berhenti menggoda pria kaya. Aku adalah ibumu, walau kau memutuskan hubungan kita, aku tetap menerimamu."
Orang-orang yang menonton mulai bersorak dengan cemoohan yang semakin tajam.
"Wanita penggoda, tidak pantas menikah dengan pria kaya," ucap salah satu pejalan kaki.
"Benar! Dia pantas ditinggalkan," sahut yang lain.
"Tidak punya harga diri," tambah suara lain yang membuat Valentine semakin hancur.
"Apakah ingatanku pulih secara perlahan? Kenapa sepertinya begitu banyak kenanganku bersama Jacky. Sementara dengan Vincent, hampir tidak ada… Bukankah kami pacaran? Ada apa denganku?" batin Valentine, matanya bergetar menahan kebingungan.
Arnold maju dengan wajah muram, tangannya terulur hendak meraih lengan Valentine.
“Bawa dia pulang, dan beri dia pelajaran lagi! Agar tidak keluar mengoda sembarang pria!” bentaknya kasar.
Namun sebelum jarinya sempat menyentuh, sebuah suara menggelegar memecah kerumunan.
“Berani menyentuhnya, kau akan kehilangan tanganmu!”
Semua kepala serentak menoleh. Dari celah kerumunan, Vincent muncul dengan langkah tegas. Sorot matanya tajam penuh amarah. Di belakangnya, beberapa polisi dan anak buahnya ikut masuk, mengepung keluarga Valentine.
Valentine tertegun. “Vincent…” bisiknya lirih.
Arnold terhenti, wajahnya pucat ketika salah satu polisi menahan lengannya.
“Apa maksudmu ini, Vincent?” seru salah satu keluarga Valentine panik.
Vincent menatap mereka dingin, senyum sinis menghiasi wajahnya. “Maksudku jelas—hari ini aku akan mengambil tindakan. Polisi datang untuk menjemput kalian semua… atas laporan pencemaran nama baik istriku."