Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membujuk Lila
Sepuluh menit kemudian Niko yang mengendarai mobil membawa keluarga Husien sudah memasuki halaman parkir kantor. Niko mematikan mobil kemudian turun membuka pintu untuk Husien dan nyonya Farah, kemudian disusul oleh Marisa dan Yura.
Sementara Lila yang kebetulan juga baru sampai melihat Husien dan keluarganya baru keluar dari mobil. Yucan sengaja memarkir mobilnya bersebelahan dengan mobil yang dibawa Niko.
"Biarkan mereka masuk dulu." ujar Yucan mencegah Lila saat mau membuka pintu mobil.
Begitu Husien, Farah, Marisa dan Yura memasuki pintu utama kantor, Yucan memasang kacamata dan masker dia tidak ingin satu orang pun mengenalinya, setelah memastikan penyamarannya sudah sempurna, Yucan turun dari mobil kemudian membuka pintu untuk Lila.
"Kamu hati-hati! Saya menunggu di mobil." pesan Yucan.
Lila keluar dari mobil setelah mengucapkan terima kasih kepada Yucan, dia melangkah pasti menuju pintu utama kantor. Yucan menatap kepergian Lila hingga punggungnya menghilang di balik pintu.
"Wisnu tolong awasi Lila." perintah Yucan kepada asisten pribadi Mario yang ternyata sudah lebih awal datang dengan penyamaran dan berpura- pura menjadi tamu yang ingin membeli properti industri.
"Baik Tuan." ujar Wisnu kemudian mengikuti langkah Lila dari belakang
"Selamat siang Nona Lila!" sapa security yang sedang berdiri di samping pintu masuk.
"Siang pak!" balas Lila.
"Baru kelihatan non? dari mana saja?" tanya security lagi seraya menilik Lila dari ujung kaki ke ujung rambut.
"Ada apa pak?" tanya Lila, melihat security menatapnya tak berkedip.
"Penampilanmu beda! makin cantik." puji security itu. Lila hanya tersenyum menanggapi ocehan security itu, dia pun permisi melangkah masuk.
"Tuan! mau menemui siapa?" tanya security itu saat melihat pria asing yang tak lain adalah Wisnu melangkah di belakang Lila.
"Direksi pemasaran pak." jawab Wisnu asal.
"Oh.. naik saja ke lantai delapan pak!" Ujar security itu lagi. Wisnu mengucapkan terima kasih kemudian dengan langkah cepat berjalan di belakang Lila.
Saat Lila masuk ke pintu utama kantor beberapa karyawan yang berpapasan dengannya berdecak kagum dengan penampilan baru Lila.
"Non Lila! makin cakep aja pakai hijab." ujar salah satu resepsionis seraya mengacungkan jempol.
"Ke mana saja beberapa hari tidak muncul." tanya salah satu karyawan yang kebetulan berpapasan dengannya.
"Empat hari nggak ngantor penampilannya langsung berubah." ujar yang lain lagi.
Lila hanya tersenyum dan melambaikan tangan menanggapi sapaan dari teman-temannya. Wajar banyak karyawan yang tidak tahu tentang kejadian yang menimpa Lila, karena tidak semua karyawan diizinkan hadir pada waktu itu.
Lila terus melangkah menuju pintu lift, dia berdiri sejenak menunggu pintu lift terbuka. Sementara Wisnu sedang berdiri di sampingnya dengan aktivitas yang sama.
Begitu pintu lift terbuka Lila dan Wisnu secara beriringan melangkahkan, dengan gerakan tangannya Lila mempersilahkan Wisnu masuk terlebih dahulu.
"Mau ke lantai berapa. Non?" tanya Wisnu saat sudah berada di dalam lift dan akan menekan tombol lantai.
"Delapan." jawab Lila. Wisnu menekan angka delapan.
"Tuan mau ke lantai delapan juga?" tanya Lila saat melihat Wisnu tidak menekan angka yang lain. Wisnu menganggukkan kepalanya.
"Non! karyawan sini atau ingin menemui seseorang?" tanya Wisnu lagi berbasa-basi.
Lila menoleh ke arah Wisnu yang sedang berdiri di sudut samping kiri. Belum sempat dia menjawab pertanyaan Wisnu, tiba-tiba pintu lift sudah terbuka.
"Maaf tuan! pintunya sudah terbuka. Saya duluan." ujar Lila seraya menundukkan sedikit kepalanya, lalu melangkahkan kaki keluar lift, kemudian berjalan tanpa menoleh sedikitpun.
Sesaat Wisnu membiarkan Lila keluar, setelah Lila berjalan beberapa langkah. Wisnu pun keluar dari pintu lift kemudian mengikuti Lila dari jarak sepuluh meter.
Lila menyusuri koridor kantor beberapa orang karyawan yang ditemuinya, menyapa dan menanyakan tentang ketidakhadirannya selama beberapa hari ini, Lila menjawab pertanyaan teman-temannya sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
"Selamat siang Hans." sapa Lila pada pria yang duduk di samping mejanya.
"Siang juga." jawab has sambil menatapnya dari ujung kepala ke ujung kaki.
"Ada apa?" tanya Lila.
"Hari ini kamu terlihat lebih cantik dari biasanya." ujar Hans, lalu berdiri memegang kedua bahu Lila dan memutar tubuhnya.
"Apa-apa sich?" tanya Lila tertawa.
"Cuman memastikan kalau ini benaran kamu." jawab Hans.
"Apa kamu sudah sehat?" tanya hans sambil berbisik.
"Aku dengar kabar, kau ditindas oleh Nyonya Farah dan si culas itu." bisik Hans lagi.
"Dasar Mak Lampir! ibu sama anak sama saja, kamu harus hati-hati sama mereka." ujar Hans masih dengan berbisik persis ibu-ibu yang sedang menggosip.
"Isttt... Ntar di dengar sama dinding." Lila ikut berbisik. Kemudian menarik kursinya dan mendudukkan bokongnya.
Lila merapikan barang-barangnya dia sudah merencanakan sesuatu jika Farah dan Yura tidak meminta maaf padanya. Maka dia resign dari group Harahap, dan akan mengatur rencana baru untuk menyelesaikan dendamnya pada Husien.
"Hay Lila! kamu sudah sehat?" tanya Mia menilik penampilan Lila, seraya membawa alat pel.
Hari ini semua orang yang melihat penampilan Lila pasti menatap Lila dengan penuh kekaguman karena dengan gaun yang dipakainya, dia terlihat lebih cantik dan anggun dari biasanya.
"Alhamdulillah sudah." sahut Lila.
"Kamu kenapa menatapku seperti itu?" tanya Lila saat Mia menatapnya dari kepala sampai ujung kaki.
"Apa kamu sudah memutuskan untuk berhijab?" Mia balik bertanya. karena dia juga kepikiran untuk berhijab tapi karena belum ada teman yang memulai, makanya dia sedikit ragu.
"Doakan saja semoga aku Istiqomah." jawab Lila.
"Apa kamu tahu selama kamu tidak ngantor, kantor ini menjadi suram." bisik Mia
"Kok bisa begitu?" tanya Lila
"Karena ada mak lampir datang, semua karyawan di sini jadi ketakutan." bisik Mia lagi sambil tertawa.
"Kamu ada-ada saja!"ujar Lila sambil tertawa dia tahu ke mana arah pembicaraan Mia.
Sedang asyik Lila berbicara dengan Mia tiba-tiba sekretaris Nora mendekatinya.
"Lila! ditunggu tuan Husien di ruangannya." ujar Nora.
"Baik!" ujar Lila seraya merapikan pakaiannya.
"Hati-hati ya! ku lihat tadi ada Mak lampir dan anak buahnya." bisik Mia, kemudian meneruskan mengepel lantai, Lila hanya tersenyum menanggapi ocehan Mia, dia pun beranjak dari kursi dan melangkahkan kaki menuju ruang CEO.
Tok tok tok. Lila mengetuk pintu ruang kerja Husein
"Bolehkah saya masuk?" terdengar suara Lila bertanya.
"Masuk! kami sudah menunggumu." ujar Husien.
Perlahan Lila mendorong dinding pembatas kaca di pintu ruang kerja Husien, kemudian melangkahkan kakinya masuk dan berhenti lima meter dari meja kerja Husien. Lila berdiri menghadap ke meja kerja Husien, sementara Farah duduk di samping Husien, Yura, Marisa dan Vito duduk di sofa.
Husein beranjak dari kursinya dan pindah ke samping Vito, kemudian menyuruh Lila duduk di samping kursinya yang masih kosong.
"Berhenti." ujar Farah saat melihat Lila bergerak ingin melangkah.
"Kau lebih pantas berdiri saja! Sadar dirilah! Kau hanya bawaan dan orang miskin." maki Farah seraya beranjak dari kursinya dan duduk di samping Husien.
"Mama! jangan bicara seperti itu!" ucap Vito protes.
"Diam kau! orang miskin tak berhak bersuara di sini." bentak Farah seketika melotot ke arah Vito.
Mendengar ucapan Farah, Vito mengepal tinjunya, entah sudah yang keberapa kali Farah menghinanys begitu. Namun, Vito tetap juga bersabar karena dia masih menghormati Husien yang selalu baik padanya.
"Farah! kamu bisa diam!" Bentak Husien dengan suara tinggi beberapa oktaf memperingati Farah.
Mendengar suara Husien yang menggelegar, ruangan seketika menjadi sunyi.
"Lila! Sebagai atasan, saya minta maaf karena tidak tahu kalau kamu sedang sakit." ujar Husien membuka suara setelah beberapa saat hening.
"Buat apa, Husien minta maaf sama wanita sampah ini." batin Farah geram, tapi dia tak berani bersuara.
"Saya paham tuan! saya hanyalah bawahan dan bukan siapa-siapa bagi tuan." jawab Lila tenang, dia sudah menerima dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
"Baguslah kalau kau nyadar." batin Farah lagi.
"Aku mendengar kabar bahwa kamu ditindas oleh Farah, Yura dan Marisa di gedung pertemuan pada saat penyambutan kedatangan CEO grup Alexsa saat itu. Apa itu benar?" tanya Husien seraya menatap lurus ke arah Lila.
"Apakah Tuan tidak mempercayai informasi yang tuan dapatkan, hingga tuan harus bertanya lagi dengan saya?" jawab Lila dengan diiringi sebuah pertanyaan.
"Aku ingin mendengar kebenarannya dari mulut mu." ujar Husien lagi menegaskan.
"Semua itu tidak benar! semua itu fitnah! Kamu hanya wanita sampah! Buat apa aku, Yura dan Marisa menindas mu? tidak ada untungnya?" ujar Farah kembali berkoar-koar dengan dalih yang tak masuk akal.
"Terserah Nyonya mau bicara apa, karena saya sudah tidak peduli lagi, tuan Husain mau percaya atau tidak." sahut Lila tenang sedikit pun dia tak terusik dengan Bualan Farah.
"Papa dengar sendiri! itu buktinya kalau kami tidak pernah menindas wanita ini." ujar Yura ikut menyela.
"Iya Om! Lila sendiri saja tidak mengakui kalau dia ditindas oleh kami." Marisa ikut buka bicara.
"Tuan! jika saya dipanggil ke sini hanya untuk mendengar ocehan mereka, lebih baik saya keluar, karena saya juga berniat resign." ujar Lila kemudian membalikkan tubuhnya.
"Tunggu! kau mau resign? hahah." ucap Farah seraya tertawa. Entah apa yang membuatnya merasa lucu saat mendengar Lila mau resign.
"Apa kau punya uang untuk membayar denda, jika kau keluar dari perusahaan ini sebelum kontrak kerja mu selesai." ujar Farah bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan Lila agar Lila menghadap ke arahnya.
"Saya akan membayar sesuai denda yang tertera di dalam kontrak perjanjian kerja itu. Nyonya tidak perlu khawatir." ujar Lila sambil tersenyum dia mengulurkan tangan kanan menepuk pelan pipi Farah, tentu saja Farah kaget dengan keberanian Lila.
"Kau!..." Farah menggerakkan tangannya hingga melayang di udara.
*********
Apa yang akan dilakukan Farah
Baca kelanjutannya di part 31
Terima kasih sudah mampir dan membaca Novelku
Jangan lupa tinggalkan jejak like komentar dan hadiahnya
Love you ♥️ ♥️ ♥️
emak anak sm" iblis ja***ng