Hamil Di Luar Nikah

Daniel yang kesal karena keputusan sepihak dari sang mamah pun mengurung dirinya di kamar seharian. Bahkan Daniel tidak mau membuka pintu ataupun menjawab setiap mamah ataupun papahnya memanggil.

Yah, Daniel merasa keputusan sepihak itu tidak adil untuk nya. Mamahnya bukan hanya mengekang nya, tapi mengambil haknya.

Tok tok tok

Daniel melirik pintu kamarnya sekilas. Dia sedang menilik perkembangan perusahaan yang dua tahun ini dia pimpin. Dan yah, penasaran produk, bahkan kerja sama dengan client nya mengalami sedikit kendala. Dan itu pasti karena sikap keras kepala mamahnya.

“Nggak nggak, aku nggak bisa diam aja. Kalau terus terusan mamah yang handle bisa bisa perusahaan gulung tikar.” Gumam Daniel frustasi. Daniel ingin sekali melawan, tapi Daniel tidak ingin di katakan anak durhaka. Apa lagi mamahnya yang sangat sensitif.

Tok tok tok

Suara ketukan itu kembali terdengar.

“Tuan.. Ini bibi..”

Daniel mengernyitkan dahi mendengar suara pelan bibi. Cowok itu menyingkirkan laptop yang ada di pangkuan nya kemudian melangkah menuju pintu untuk membukanya.

Benar saja, di depan Daniel berdiri bibi yang membawa makanan beserta minuman diatas nampan.

“Tuan seharian ini nggak makan. Nanti tuan sakit...” Kata bibi dengan nada khawatir.

“Biarin aja bi. Biarin aku sakit. Mamah pasti seneng kalau aku sakit.” Sahut Daniel dengan wajah kesal.

Bibi tersenyum. Wanita tua itu memaklumi sikap Daniel. Apa lagi Daniel masih remaja.

“Nggak begitu tuan.. Nyonya melakukan itu untuk kebaikan tuan juga.”

Daniel berdecak.

“Nggak bi. Mamah itu egois. Mamah nggak mau dengerin penjelasan aku. Mamah lebih mentingin perasaan mamah sendiri.”

“Ekhem.”

Daniel dan bibi menoleh kompak mendengar suara Kenzo.

“Sini bi, biar saya saja yang meladeni bayi besar ini.” Canda Kenzo tersenyum geli.

“Baik tuan. Kalau begitu saya permisi.”

Setelah memberikan nampan tersebut pada Kenzo, bibi pun berlalu.

Kenzo menatap geli pada Daniel yang merajuk seharian ini. Bahkan dari pagi sampai sore ini Daniel baru mau membuka pintu kamarnya.

“Daniel nggak mau makan.” Kukuhnya.

Kenzo menggeleng. Dia masuk begitu saja ke dalam kamar Daniel yang kemudian segera di ikuti oleh Daniel.

Kenzo meletakan makanan itu diatas meja di depan sofa yang ada di seberang ranjang king size Daniel. Pria itu kemudian duduk dengan santai.

“Kamu nggak seharusnya ngambek seperti perempuan begini nak... Kamu itu laki laki. Harusnya kamu semakin menunjukkan sama mamah kalau kamu bisa di andalkan.”

“Semuanya nggak segampang yang papah bilang. Papah tau sendiri bagaimana mamah kan? Sekarang bahkan perusahaan mengalami kerugian pah. Itu karena sikap keras kepala mamah.”

Kenzo tertawa pelan. Istrinya memang sangat keras kepala. Bahkan nasehat Kenzo saja jarang di dengarkan.

“Makan dulu. Mikir juga kan butuh energi.” Kata Kenzo santai.

Daniel mendengus kesal. Bisa bisanya papahnya bersikap begitu santai. Bahkan papahnya sedikitpun tidak memihaknya.

Tidak mau menuruti perintah papahnya, Daniel pun menjauh. Dia melangkah menuju balkon kamarnya dan duduk di kursi panjang dengan wajah kesal.

Sementara Kenzo, pria itu tertawa lagi. Daniel dan Amara sama sama keras kepala. Hanya bedanya Daniel tidak sebatu Amara. Daniel masih bisa di kasih tau pelan pelan. Tidak seperti Amara yang selalu merasa benar sendiri dan baru akan merasa salah jika sudah terjadi sesuatu.

Kenzo menyusul Daniel ke balkon. Pria itu mencoba memberitahu pelan pelan. Kenzo juga mengajarkan bagaimana cara untuk meluluhkan hati Amara.

*****

Pagi ini Joana merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Pinggangnya terasa pegal, ngilu, bahkan perut nya juga mules hebat. Karena hal itu Joana pun tidak keluar kamar. Joana terus berbaring miring karena tidak kuasa untuk turun dari tempat tidur.

Thomas yang penasaran mengapa putrinya tidak juga keluar dari kamarnya pun mencoba untuk menengoknya. Dia tersenyum saat mendapati Joana yang Masih bersembunyi di balik selimut tebal nya.

“Kok belum bangun Hem?” Tanya Thomas mendekat pada Joana.

Joana menoleh. Cewek itu tersenyum lemah. Rasa tidak enak pada tubuhnya mulai dia rasakan dini hari. Awalnya tidak intens namun lama lama begitu intens dia rasakan.

“Pinggang aku ngilu terus pegal pah.. Sedikit panas juga. Perut aku juga mules banget dari semalam.” Ujar Joana dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

Senyuman Thomas memudar mendengar nya. Setahu Thomas keluhan Joana adalah keluhan wanita hamil yang akan segera melahirkan.

Thomas yang memang pernah mendengar keluhan yang sama dari mendiang istrinya saat akan melahirkan dulu, segera memanggil si mbok. Thomas menyuruh agar si mbok menyiapkan segala hal yang nanti akan di butuhkan di proses persalinan Joana.

“Loh pah.. Kita mau kemana?” Joana menatap bingung pada Thomas yang kembali masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menghampirinya dan menggendongnya dengan hati hati.

“Kita ke rumah sakit sekarang sayang.. Kandungan kamu mungkin perlu di cek.” Kata Thomas menjawab.

Joana yang memang tidak tau apapun hanya menurut saja. Di dalam mobil saat dalam perjalanan menuju rumah sakit Joana merasakan mulesnya semakin hebat.

Joana merintih sambil memegangi perut buncitnya. Keringat bercucuran di keningnya. Joana benar benar merasa tidak berdaya sekarang. Sakit itu bahkan mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Pah.. Sakit...” Adu Joana merintih lirih.

Thomas menelan ludah. mendadak ingatannya saat mendiang istri tercintanya akan melahirkan kembali menghampiri nya. Thomas bahkan mengingat setiap detik proses persalinan itu. Dan sekarang perasaan nya kembali sama seperti dulu. Khawatir juga takut bercampur menjadi satu.

Meski perasaan itu sedang menguasainya, namun Thomas tetap mencoba untuk tenang. Thomas sudah pernah melaluinya. Dan kali ini Thomas yakin bahkan sangat dirinya bisa melaluinya lagi Thomas. Joana dan anaknya akan baik baik saja.

“Sabar ya sayang... Papah yakin kamu bisa. Kamu hebat. Kamu anak yang kuat..” Bisik Thomas mendekap Joana yang berada di pangkuan nya.

“Tolong tambah kecepatan lagi.” Ujar Thomas pada supir kantor yang memang sengaja dia panggil pagi ini.

“Baik tuan.” Angguk sang supir menurut saja.

Tidak lama mereka pun sampai di rumah sakit. Joana langsung mendapat penanganan yang kemudian juga langsung di bawa masuk ke ruang bersalin. Cewek itu menangis merintih kesakitan. Tangannya terus menggenggam tangan Thomas yang selalu berdiri disampingnya.

Sementara itu si mbok yang berada di luar ruang bersalin segera menghubungi Daniel. Kebetulan si mbok juga memiliki nomor telepon bibi karena Daniel pernah menelepon padanya dengan nomor tersebut. Awalnya si mbok mencoba menghubungi nomor Daniel. Karena tidak aktif akhirnya si mbok mencoba menghubungi nomor bibi, asisten rumah tangga yang bekerja pada Daniel.

Daniel yang mendengar Joana akan segera melahirkan pun buru buru ke rumah sakit. Cowok itu bahkan mengurungkan niat pergi ke sekolah dan lebih memilih untuk menemani Joana yang akan berjuang melahirkan putrinya.

TBC