Ralina Elizabeth duduk tertegun di atas ranjang mengenakan gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya statusnya kini telah menjadi istri Tristan Alfred, lelaki yang seharunya menjadi kakak iparnya.
Semua gara-gara Karina, sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Ralina terpaksa menggantikan posisi kakaknya.
"Kenapa kamu menghindar?"
Tristan mengulaskan senyuman seringai melihat Ralina yang beringsut mundur menjauhinya. Wanita muda yang seharusnya menjadi adik iparnya itu justru membuatnya bersemangat untuk menggoda. Ia merangkak maju mendekat sementara Ralina terus berusaha mundur.
"Berhenti, Kak! Aku takut ...."
Ralina merasa terpojok. Ia memasang wajah memelas agar lelaki di hadapannya berhenti mendekat.
Senyuman Tristan tampak semakin lebar. "Takut? Kenapa Takut? Aku kan sekarang suamimu," ucapnya lembut.
Ralina menggeleng. "Kak Tristan seharusnya menjadi suami Kak Karina, bukan aku!"
"Tapi mau bagaimana ... Kamu yang sudah aku nikahi, bukan kakakmu," kilah Tristan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Benih Kebencian
"Ma, aku minta maaf ... Sepertinya aku tidak bisa melakukannya."
Dengan segenap keberanian, Ralina mengungkapkan isi hatinya. Meski ia peduli dengan ayahnya, tapi ia sudah bertekad untuk pergi dari lelaki itu. Ia tidak mungkin mengemis bantuan kepadanya.
"Sayang, mama yakin kamu bisa membujuknya. Lakukan apa saja supaya Tristan mau membantu keluarga kita. Mama percaya kamu bisa melakukannya," bujuk Laurent.
Ia tahu hanya Ralina harapan satu-satunya. Seandainya Karina ada, ia juga tidak perlu memohon-mohon kepada anak sambungnya itu. Yang terpenting baginya bisa membebaskan sang suami secepatnya.
"Aku tidak bisa, Ma. Aku sudah kabur dari dia," ucap Ralina jujur.
"Apa?"
Laurent seketika menjadi geram. Anak yang diharapkan bisa membantu tapi malah justru membuat masalah baru.
"Apa tadi kamu bilang? Kamu kabur?" tanya Laurent memastikan.
Ralina mengangguk. Seketika satu tamparan keras mendarat di pipinya.
"Dasar anak bodoh! Bisa-bisanya kamu kabur dari Tristan!"
Laurent yang naik pitam mencengkeram kerah baju Ralina sembari mengarahkan tatapan tajam. Wajah malaikatnya seketika berubah menjadi siluman yang siap meluapkan murkanya.
"Aku tidak bisa pura-pura, Ma. Yang seharusnya menikah itu Kak Karina."
"Beraninya kamu mencari masalah dengan orang yang punya harta dan jabatan! Kamu mau menghancurkan keluarga kita? Kamu mau papamu dipenjara?"
Laurent marah-marah dengan nada berteriak. Tidak puas memarahi Ralina, ia kembali melayangkan tamparan dan pukulan berkali-kali. Beberapa pelayan yang tidak tega melihat, mereka berusaha menghentikannya.
"Nyonya, tolong hentikan," pinta Bibi.
"Lepaskan! Kalian jangan menghalangiku! Anak ini memang harus diberi pelajaran!"
Laurent berusaha memberontak melawan empat pelayan yang memeganginya.
Ralina hanya tertegun sembari memegang pipinya yang terasa panas. Sudah lama ibunya tak semurka ini. Kenangan saat ia kecil, mendapat pukulan yang menyakitkan kembali terlintas.
"Pergi kamu dari sini! Jangan pernah kembali sebelum kamu bisa membujuk Tristan membantu keluarga kita. Pergi sekarang juga! Pergi!"
Laurent berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Bibi memberi isyarat agar Ralina pergi dari sana.
***
"Saya ingin bertemu dengan Pak Tristan. Apa dia ada?"
Ralina mendatangi kantor Tristan. Setelah kejadian semalam, ia terpaksa kembali menginap di tempat Felicia lagi. Kali ini ia akan menemui lelaki yang ingin dihindarinya demi menyelesaikan masalah.
Binar mata yang selalu penuh kehangatan dan kepedulian kini dipenihi dengan kebencian. Tatapannya tajam seolah ingin membunuh seseorang. Raut wajahnya tak lagi tampak ramah dan penuh senyuman.
"Maaf, dengan Nona siapa?"
Resepsionis perusahaan menerima kehadiran Ralina dengan ramah. Ia tampak mengetikkan sesuatu di keyboard monitornya.
"Ralina Elizabeth Arthur." jawabnya dengan ekspresi datar.
"Apa sebelumnya sudah membuat janji dengan Pak Tristan?"
Resepsionis itu belum tahu siapa wanita yang ada di hadapannya.
"Belum."
"Maaf, Nona Ralina bisa meninggalkan pesan, nanti akan saya sampaikan kepada Pak Tristan."
"Katakan saja ada yang menunggunya di bawah, namanya Ralina. Dia akan tahu."
"Itu sudah prosedur di perusahaan kami, tidak bisa menemui atasan sebelum membuat Janji. Mohon maaf sekali." Resepsionis tersebut menangkupkan tangannya.
"Teleponkan sebentar, beri tahu aku ada di sini!" Ralina sedikit memaksa. Ia buru-buru ingin bertemu dengan lelaki itu.
"Sekali lagi maaf, tidak bisa."
"Hanya menelepon sebentar saja. Tolong lakukan, aku tidak punya banyak waktu," pinta Ralina.
Resepsionis itu menggelengkan kepala. Permintaan Ralina tetap tidak bisa dilakukan.
"Ini penting ...."
"Siapa ini yang tiba-tiba mampir ke kantorku?"
Ralina tertegun mendengar suara Tristan dari arah belakangnya. Ia berbalik, benar saja lelaki itu sudah berdiri tepat di hadapannya. Mengenakan setelan pakaian kerja dengan jas hitam yang membuatnya tampak gagah dan terkesan punya kekuasaan. Di sampingnya juga ada sang asisten yang setia mendampingi.
Tristan mengulaskan senyum. Hatinya terasa berbunga-bunga. Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Sang istri sendiri yang akhirnya datang menemuinya tanpa harus susah payah ia jemput. Meskipun wajah istrinya terlihat kesal menatapnya.
Awalnya ia sedang sibuk menyelesaikan dokumen-dokumen yang menumpuk di atas meja kerjanya. Tiba-tiba Regis datang memberitahu jika di lobi ada istrinya. Sontak ia langsung meninggalkan pekerjaannya dan turun ke bawah. Ternyata benar, istrinya datang untuk menemui dirinya ke kantor.
"Rose," panggilnya.
"Iya, Pak?" Resepsionis itu menyahut.
"Lain kali kalau wanita cantik ini datang ke kantor, persilakan dia langsung masuk ke ruanganku. Dia ini istriku," kata Tristan.
Rose langsung terkejut, begitu pula dengan seorang rekan kerjanya. Mereka saling berpandangan. Mereka benar-benar tidak tahu jika wanita itu istri atasannya.
"Maafkan saya, Pak! Maafkan saya! Saya benar-benar tidak tahu kalau Nona ini istri Anda!" Rose meminta maaf dengan penuh perasaan cemas. Ia takut akan dipecat.
"Tidak apa-apa, Rose. Aku memang belum mengenalkannya ke semua karyawan."
Rose merasa lega.
"Sayang, kita bicara di ruanganku saja," ajak Tristan.
Ia hendak menggandeng tangan Ralina, namun wanita itu menepis tangannya dan berjalan lebih dulu ke arah lift.
Ia cukup terkejut dengan sikap sang istri yang tiba-tiba menjadi galak. Ia menoleh ke arah Regis yang menahan tawa melihatnya. Tristan menatap tajam hingga Regis tak berani lagi tertawa.
"Maaf," ucap Regis lirih.
Keduanya lantas berjalan menyusul Ralina yang sudah lebih dulu menunggu di depan lift.
"Pakai lift yang ini, Sayang," tegur Tristan sembari menunjukkan lift di sampingnya. Itu adalah lift khusus untuk langsung naik ke ruangannya.
Ralina sangat terganggu dengan panggilan sok mesra yang diucapkan lelaki itu. Ia bahkan merasa ngeri karena seharusnya Tristan murka melihat keberadaannya di sana.
Ia terpaksa ikut masuk ke dalam lift, bergabung dengan Tristan dan Regis yang lebih dulu masuk. Pintu lift segera tertutup ketika Ralina masuk. Beberapa detik kemudian, pintu lift kembali terbuka dan mereka telah sampai.
"Regis, tunggu di luar! Aku ingin bicara berdua dengan istriku," ucap Tristan ketika sampai di ruangannya.
"Baik, Pak!"
Tristan mengajak Ralina masuk ke dalam dan menutup rapat pintu ruangannya. Ia mempersilahkan sang istri duduk di sofa ruangannya. Sementara, ia berdiri sembari memperhatikan wanita itu sambil tersenyum.
Seharusnya ia marah, tapi entah mengapa ia sangat senang, kesabarannya akhirnya membawa wanita itu kembali pulang. Kekesalan yang dirasakan beberapa hari ini lansung hilang hanya dengan melihat wajah Ralina.
kira" kemana raliba apa diculik jg sama bobby bisa sj kn raliba dpt info dr seseorang beritahu kbradaan karina yg trnyata dibohongi jg sma orang itu krn oerginya ralina g ada yg tau knp hamin g ngejar waktu itu
tristan pdkt sama ralina ny jngan kasar"
klo g kabur masa iya tristan rela jd suami karina yg urak an demi mnjaga ralina udah dikuras uagnya msih korban raga pdhl udah menyadari klo suka sama ralina... buang " ttenagadan harta tristan
ralina kabur kemana nih
iklaskn ralina yg sudah di incar trintan dr kecil