Di Asing Kan Dengan Bola

Untuk pertama kali di dalam hidupnya nenek Gu merasa begitu bersedih. Dulu dia tidak berpikir tentang bagaimana dirinya bias terhadap anggota keluarganya.

Ini mungkin karena identitas mereka berbeda.

Tapi sekarang dia sudah merasa apa yang sudah dia lakukan dulu benar-benar salah. Saat ini di dalam kondisi yang begitu terpuruk, dia mulai mengenal siapa yang dengan tulus menghormatinya sebagai tetua .Atau siapa yang hanya berbicara di mulut saja.

Sebagai perbandingan cucu tersayangnya tidak pernah memikirkan bagaimana kondisi sang nenek saat ini. Apakah dia lelah ,apakah dia capek atau apa penyakit lamanya kambuh.

Gu furong cucu yang paling dimanjakan dan paling dia prioritaskan dalam kehidupan ini. Tapi nyatanya cucu ini tidak pernah bertanya tentang kondisinya. Tapi malah meminta dia menyerahkan makanan penyambung nyawa untuk diri sendiri.

Gu lenglei pula, cucu dari seorang selir yang sejak lahir sudah dia pandang sebelah mata. Tapi di saat kritis hanya dialah yang berpikir untuk memikulnya di pundak.

Terlepas dari apa yang dia pikirkan nyatanya cucu ini masih berbakti.

Dan sekarang, ketika dia mendengar jika cucu perempuan tertua pula masih berbicara tentang pemisahan keluarga. Hanya demi untuk memisahkan diri dari keluarga mereka ,dia rela berlutut dan menggambarkan dirinya tentang seorang janda.

Sebuah gelar yang paling ingin dihindari oleh wanita manapun di dinasti ini.

Hati nuraninya mulai terketuk, pada saat inilah. Dia mulai menyadari betapa biasnya dia dulu.

Nenek Gu yang sudah tua ini , menutup matanya sementara dia menetralkan detak jantungnya yang tidak lagi bisa berdetak secara normal.

"Win er, apa ..apakah kau sudah memikirkannya baik-baik resiko apa yang akan kau tanggung dengan gelar semacam itu?"tanya nya dengan raut wajah lelah.

Gu winjia memandang nenek tua itu dan melihat bagaimana wajah dan bibir bibirnya semakin memucat dari hari ke hari.

Tiba-tiba saja dia mendapatkan firasat yang buruk tentang perubahan wajah nenek tua ini.Tapi ini adalah saat-saat penting ,saat yang paling menentukan bagaimana cara dia hidup di masa depan.

Dia tidak bisa mengendur.

"Nenek ketika kita dalam kondisi yang paling baik aku diintimidasi di rumah dan direndahkan sampai menjadi seperti sekarang. Apakah Nenek pernah berpikir apa yang akan aku alami setelah kondisi kita jatuh saat ini? jika menjadi janda adalah jalan satu-satunya, aku masih rela melakukan itu. Harap nenek memikirkan dan mengerti"

Nenek menarik nafas lagi panjang lagi. Pada saat ini dia merasakan sudah gagal menjadi seorang penetua yang seharusnya berada di posisi netral.

Dia adalah orang yang harus merekatkan dan menguatkan lagi hubungan kekeluargaan dalam keluarga ini tapi nyatanya dia sudah gagal melakukan itu.

Bukannya menyatukan semua orang dalam kebahagiaan .Tapi dirinya justru melakukan tindakan sebaliknya. Ada begitu banyak ketimpangan dan ketidakadilan di dalam pola asuh nya .

Yah ini semuanya salahnya karena tidak pernah berpikir panjang hanya memprioritaskan keluarga inti saja tanpa mempedulikan keluarga lain.

Padahal jika dipikir lagi walaupun anak-anak ini lahir dari perut seorang selir, mereka itu masih keturunannya juga bukan.

"Jia er, niatmu sangat berbaya dan pasti tidak bisa di padam kan lagi setelah di jalan kan.Nenek...nenek sangat kecewa"bisik nya

Gu winjia merasa da sesuatu yang menikam ulu hati nya tapi dia tidak tahu kenapa.Mungkim karena terlalu bersemangat jadi tanpa dasar,dia mengacuhkan hal sepele ini.

Wajah nenek tua ini semakin pucat dan keringat nya begitu banyak sampai membuat pakaian nya basah .

Gu winjia melihat kekecewaan ini tapi dia tidak perduli.

Dia hanya ingin putus dengan keluarga toxsid.

Di sisi lain pula Murong bai melihat nenek sedang berpikir panjang untuk menerima permintaan ini.

"Apa yang terjadi, apakah ibu setuju? tidak ibu tidak bisa terjadi, tidak bisa"pikir nya dengan ling lung.

Yang paling dia khawatirkan bukanlah perpisahan tapi uang. Kalian harus tahu setiap terjadi perpisahan akan ada pembagian harta dan uang. Tapi saat ini semua harta mereka sudah disita oleh negara dan sekarang hanya ada beberapa perak dan emas saja di tangannya.

Dia berencana menghemat segala sesuatunya dan hanya akan menggunakannya ketika mereka tiba di lokasi. Tapi sekarang uang yang tidak banyak ini sedang terancam.

Karena itu sedapat mungkin dia harus mencegah perpisahan ini. Dan hal yang paling baik adalah membiarkan gadis yang tidak tahu malu itu, mati di jalan. Sehingga uang ini masih akan jatuh ke dalam kantongnya sendiri.

Berpikir seperti itu, Murong bai tiba-tiba berteriak dengan keras seolah-olah tidak ingin suaranya tidak didengar oleh orang lain.

"Ibu tidak bisa, ibu ini tidak bisa terjadi. perjalanan masih jauh dan belum ada setengahnya. kita sebagai satu keluarga harus saling tolong-menolong dan bahu-membahu bukan berpisah dalam kondisi yang sulit.Ibu...ini tidak bisa!!" katanya dengan nada seorang ibu yang sedang khawatir.

"Ibu mertua, biasa saja jika satu keluarga bertengkar tapi ini tidak berarti kita berpisah.Lagi pula saat saat seperti ini lah seharusnya kita sebagai sebuah keluarga bsoa bersatu, bukannya malah berpecah ibu mertua!"tambah nya lagi.

Nenek tua itu memandang menantu perempuannya dan sekarang mulai terinspirasi. Jangan-jangan apa yang diminta oleh gu winjia sudah mengetuk pintu hati menantu perempuannya ini.

Apa mungkin, Murong Bai jadi sadar secara tiba-tiba.

"Menantu perempuan apakah kau juga menolak untuk perpisahan semacam ini?"tanyanya dengan semangat.

Meskipun karakternya buruk tapi posisinya masihlah sebagai istri sah di mana hanya dia yang berhak dipanggil seorang ibu dalam keluarga ini. Jika hatinya benar-benar mulai terbuka, alangkah bagusnya keluarga ini bersatu lagi dan memulai segala sesuatunya dari awal kan.

"ibu mertua, saat ini kita dalam keadaan yang paling krusial sekali, di mana semua kesetiaan sedang diuji. ini bukan waktu yang tepat untuk perpisahan. lagi pula apa jadinya jika tuan mengetahui kejadian ini. Dia pasti tidak akan menyukai ini ibu mertua"

"Ya kau benar sekali menantu perempuan"Ujar nenek tua itu yang memandang Gu winjia.Seolah olah dia meminta mengerti dengan aka yang di ucapkan oleh murong Bai.

Mata Gu winjia yang tadinya bersemangat tiba-tiba redup lagi. Awalnya dia berpikir mudah untuk membujuk nenek .Apalagi saat ini ada secercah harapan dari gerakan yang ditampilkan oleh nenek itu . Tapi mendengar sanggahan dari murung bai, hatinya benar-benar tidak melihat kemajuan apapun.

Siapapun menyadari jika di dalam keluarga gu ,anak yang paling di sayang oleh sang mentri adalah dirinya sendiri .Karena dia terlahir dari seorang wanita yang dia cintai. Nenek pasti akan memikirkan hati putranya. Terlebih lagi saat ini kondisi Putra itu juga tidak tau apakah dia masih hidup atau mati.

Paling tidak nenek harus mempertahankan kehidupan Gu winjia, sampai kabar mengenai hukuman itu didengar olehnya.

Seperti yang dipikirkan oleh Gu winjia sebelumnya, nenek benar-benar berubah pikirannya. Dia menatap Gu winjia dengan penuh kasih sayang dan berkata, "nenek tahu segala sesuatu di keluarga ini membuat mu menderita tapi yakinlah jika semuanya akan berubah mulai saat ini .Nenek tidak akan melakukan sesuatu yang mengecewakan cucu nenek lagi terutama dengan kau.Win er, nenek akan menganggap apa yang kau sebutkan tadi adalah sebuah candaan oke"

"Tidak nenek aku tidak pernah bercanda ,aku serius aku..

"Sudahlah nenek tidak ingin mendengarkan apapun lagi pergilah beristirahat karena waktu istirahat kita tidak lama.Dan menantu perempuan mulai saat ini tidak ada seorangpun yang akan menyerahkan apapun pada furong er."

"Furong er, adalah salah nenek sudah memanjakan kamu. Tapi hari ini nenek ingin mengingatkan kamu. Jika sekarang posisi kita tidak lagi sebagai orang terpandang dan kau bukan lagi tuan muda. Kita adalah pendosa yang diusir dari ibukota kau ingat itu"

Nenek masih merasa kesakitan tapi ada sesuatu yang membuat hatinya nyaman dalam. Dari itu dia mulai berbicara tentang banyak hal bagaimana murong bai sebagai menantu perempuan seharusnya lebih bijaksana dan mengelola keluarga.

Nenek tua Gu yang merasa kesakitan tiba tiba saja menjadi sehat.Seolah olah dia tidak pernah sakit.

Sekarang dia pikir akan harapan selama semua orang bisa bersatu dan bertahan.

Murong bai pula menundukkan kepala dengan garam .Apalagi setiap kali nenek itu menyebut tentang uang yang dipegangnya saat ini.

Uang ini hanya bisa digunakan dalam kondisi darurat .Setelahnya uang ini juga akan menutupi kehidupan hidup semua orang termasuk dengan cucu-cucu yang terlahir dari selir.

Murong bai tidak menyukai pidato semacam ini.Tapi sekarang dia senang karena perpisahan itu tidak terjadi dan uang masih utuh di dalam genggamannya.

Sementara itu Gu winjia dia sendiri tidak senang dengan hasil hari ini. Dia tidak mendapat apa yang dia inginkan dari pembicaraan ini.

Gu winjia yang sedang kesal sebenarnya tidak menyadari jika ada sesuatu yang terjadi di ibukota.