TENTARA TAMPAN ITU SUAMIKU!

Arnold masuk ke dalam rumah dengan wajah yang masih kesal karena merasa di bohongi, Claudia yang melihat putra kesayangannya itu masuk rumah dengan wajah seperti itu merasa aneh karena Arnold tidak pernah berekspresi seperti itu.

“Abang, kamu kenapa nak?” tanya Claudia sambil berjalan menghampiri putranya itu.

Arnold yang masih kesal langsung memaksakan senyumnya saat melihat sang bunda yang menghampirinya.

“Bun, maaf ya abang ga liat bunda di sini.” Ucap Arnold.

“Ga apa-apa bang, kamu kenapa cemberut gitu? Bukannya tadi kamu bilang mau ketemu sama Arsena?” tanya Claudia.

Arnold menghela napas panjang yang membuat Claudia semakin merasa penasaran.

“Ada apa sih bang? Coba cerita sama bunda.”

“Cerita nya sambil duduk aja ya bun, panjang soalnya ceritanya.” Balas Arnold yang di balas anggukan oleh Claudia.

Keduanya pun duduk di sofa ruang tamu untuk membicarakan masalah hari itu.

“Jadi, ada apa bang?” tanya Claudia.

“Bun, Arsena itu anak temen bunda kan?” tanya Arnold.

“Iya, dia anak Ajeng temen bunda waktu kuliah di kedokteran.” Ucap Claudia.

“Bunda sama tante Ajeng deket banget?” tanya Arnold.

“Lumayan deket, tapi emang kita udah lama ga ketemu dan ga sengaja ketemu lagi waktu bunda ada reunian sebulan yang lalu.” Jelas Claudia.

“Bunda tau dia punya dua anak?” tanya Arnold.

“Dua anak? Ga tau deh, bunda cuma tau kalo dia punya anak cantik namanya Arsena, soalnya dia ikut waktu reunian.”

“Dia punya kembaran namanya Arumi, mereka berdua udah nipu Arnold bun! Arsena ga mau di jodohin jadi dia menyuruh kembaranmnya untuk berpura-pura jadi dia.” Ucap Arnold.

“Apa!? Gimana bisa mereka melakukan itu? Bunda telfon Ajeng sekarang juga!” ucap Claudia dengan kesal.

“Arnold juga ga suka di jodohin, tapi Arnold ga akan melakukan hal kekanakan seperti mereka, mereka ga ngehargain Arnold sama sekali bun.”

“Iya sayang iya bunda tau, nanti malam ikut bunda ketemu sama Ajeng ya bang.” Ucap Claudia yang di balas anggukan oleh Arnold.

***

Hari ini adalah hari pengumuman universitas, semua siswa kelas dua belas di liburkan dan di suruh mengecek pengumuman masing-masing.

Sejak tadi pagi Nurul memang sudah ada di rumah Anjali untuk melihat pengumuman bersama-sama.

“Eh Jel, gue kok deg-degan ya?” ucap Nurul sambil memegangi jantungnya yang sedang berdisko.

“Semua orang juga pasti deg-degan Nur, gue juga deg-degan ini.” Balas Anjali.

“Udah waktunya! Ayo nyalain laptop lu Jel!” ucap Nurul sambil mmembuka laptop miliknya.

Tok,, tok,, tok… tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamar Anjali membuat Nurul terlonjak kaget.

“Monyong lu! Kaget gue ya ampun!” ucap Nurul sambil mengelus-elus d4danya.

“Ya ampun Nur, lo heboh aja deh.” Balas Anjali sambil berjalan ke arah pintu kamarnya untuk membuka pintu.

“Bunda? Ada apa?” tanya Anjali saat melihat sang bunda ada di depan kamarnya.

“Ini bunda bawain camilan sama jus mangga buat kalian.” Ucap Claudia yang tersenyum manis sambil membawa nampan berisi camilan dan dua gelas jus.

“Makasih ya bun.” Ucap Anjali yang di balas anggukan oleh Claudia.

“Makasih ya tante bunda!” teriak Nurul dari dalam kamar yang membuat Claudia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

“Jangan tegang, kalian harus tenang pasti anak-anak bunda yang cantik-cantik ini masuk ke universitas yang kalian mau kok.” Ucap Claudia memberikan semangat.

“Siap!” seru Anjali dan Nurul secara bersamaan.

Setelah memberikan camilan dan memberi semangat, Claudia segera meninggalkan kamar putrinya dan Anjali kembali menutup pintu kamarnya lagi.

“Ayo minum dulu biar seger otak lu Nur!” ucap Anjali.

Nurul mengangguk dan langsung mengambil satu gelas jus mangga dari tangan Anjali dan meminumnya sampai setengah gelas.

“Gue suruh minum bukan jadi ember bocor Nur.” Ucap Anjali yang tidak percaya dengan cara minum sahabatnya ini.

“Hahaha haus gue Jel! Udah ayo lu masuk dulu ke halaman web nya.” Ucap Nurul.

Hampir setengah jam mereka menunggu akhirnya pengumuman pun di tampilkan di layar laptop mereka dan keduanya ternyata di terima di universitas yang mereka inginkan.

“Aaaaa!!!” teriak keduanya sangat menggelegar sampai bisa terdengar dari bawah.

“Ya ampun bun, mereka kenapa sih teriak-teriak gitu?” tanya Arnold yang baru saja ingin berpamitan kepada bundanya.

“Kalo udah denger mereka teriak berarti mereka udah lihat pengumuman di terima bang.” Balas Claudia.

“Wih, hebat juga mereka bisa sama-sama di terima di univ I.” ucap Arnold yang di balas anggukan oleh Claudia.

“Oh iya bun, berarti setelah ini Jeli bakal pindah ke kota B dong.” Ucap Arnold.

“Yah mau gimana lagi bang, Jeli udah bulet banget mau kuliah di sana, jadi biarkan saja lah, ayah juga udah nitip ke pakde kalian di sana kok.” Jelas Claudia.

“Yah, sepi dong rumah ini kalo Jeli udah kuliah bun.” Ucap Arnold dengan nada sedih dan beberapa kali menghela napas panjang.

“Jangan di beratin bang, biarin adek kamu ngejar impiannya.” Balas Claudia yang di balas anggukan oleh Arnold.

Tanpa mereka tahu, Anjali sudah berada di tangga dan mendengar semua pembicaraan antara bunda dan abangnya, dia awalnya ingin memberitahu kalau dia di terima di universitas I, tapi dia baru sadar kalau hal itu berarti dia harus berjauhan dengan keluarganya.

Setelah mendengar pembicaraan bunda dan abangnya, Anjali memutuskan untuk tidak memberitahu tentang hal ini lebih dulu dan memilih untuk kembali ke kamarnya.

Nurul yang melihat sahabatnya kembali dengan wajah yang sedih langsung mengerutkan keningnya.

“Kok bentar banget Jel?” tanya Nurul, namun tidak ada balasan dari Anjali.

“Jel? Lo kenapa jadi sedih sih? Jangan bikin orang penasaran deh!” lanjut Nurul.

“Haah, gue ga jadi ke bawah Nur.” Ucap Anjali dengan lemas.

“Kenapa ga jadi? Ada masalah?” tanya Nurul penasaran.

“Gue baru nyadar, kalo gue di terima di univ I berarti gue bakalan jauh dari keluarga gue ya.” Ucap Anjali sambil menundukkan kepalanya.

“Yah mau gimana lagi Jel, kita juga harus kejar cita-cita kita dan buat keluarga kita bangga kan?” ucap Nurul namun tidak ada jawaban dari Anjali.

Nurul berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri sahabatnya itu, dia memeluk Anjali sambil mengelus punggungnya dengan lembut.

“Hey, jangan sedih, lo tenang aja gue bakal temenin lo sering-sering pulang ke sini kok, kota C ke kota B cuma dua jam setengah kok Jel deket deket.” Ucap Nurul mencoba untuk menghibur Anjali.

“Iya lo bener Nur, deket kok jadi gue bisa bolak-balik juga kalo kangen berat.” Ucap Anjali yang mulai merasa lebih baik karena Nurul.

“Good girl! Ayo semangat, kita harus buat keluarga kita bangga!” seru Nurul memberi semangat pada sahabatnya dan diri sendiri.

Anjali hanya mengangguk yakin sambil tersenyum penuh dengan semangat.