🌹Alan Praja Diwangsa & Inanti Faradiya🌹
Ini hanya sepenggal cerita tentang gadis miskin yang diperkosa seorang pengusaha kaya, menjadi istrinya namun tidak dianggap. Bahkan, anaknya yang ada dalam kandungannya tidak diinginkan.
Inanti tersiksa dengan sikap Alan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setitik Cahaya
🌹VOTE🌹
Inanti tengah menjemur pakaian di samping rumah. Keningnya berkerut saat melihat mobil mendekat tidak asing. Sadar itu adalah kendaraan milik Judi, Inanti bergegas masuk sambil membawa ember dengan cucian yang belum dia jemur.
Dia menutup pintu dan menguncinya dari dalam saat mendengar mesin mobil berhenti di depan rumah.
"Assalamualaikum? Nan? Jangan mulai deh main petak umpet lagi," ucap Judi yang ada di luar sana.
"Nan? Jawab kek."
"Waalaikumsalam," ucap Inanti tanpa suara.
"Nan ih, tuman tamu ditolak. Gue bawa makanan nih, soto semalem dimakan?"
Inanti tetap diam.
"Nan? Uy?"
Inanti tetap berada di belakang pintu, dia lupa menutup gorden sampai Judi berinisiatif mengintip dari jendela di samping. Dan saat dia melihat Inanti di balik pintu, Judi berucap. "Baaa."
Mata Inanti membulat seketika, tentu saja dia kesal.
"Buka, Nan. Atau gue intip di sini sampe malam?"
Inanti dengan malasnya membuka pintu, dia keluar dan belum membiarkan Judi masuk.
Inanti melanjutkan menjemur pakaian.
"Assalamualaikum calon bidadari."
"Waalaikumsalam."
"Ih cantik banget sih, belum mandi ya? Masih ada upil itu di mata."
Inanti seketika mengucek matanya.
"Tapi boong." Judi cengengesan sambil duduk di pinggir teras, memandang Inanti yang menjemur.
"Sotonya enak semalem?"
"Kurang banyak," ucap Inanti tanpa segan.
"Nah kan… makannya keluar, digedor gedor gak keluar keluar, masa iya harus di bom."
"Mau ngapain sih ke sini?"
Judi terkekeh. "Mau sarapan, Nan. Laper. Masak gak?"
"Kamu pikir di sini warteg?"
"Muka lu kayak mbak mbak warteg."
"Apa?!"
"Bercanda ih, judes amat. Lagian kan sekarang lgi viral mbak mbak warteg yang cantik, lu gak mau jadi salah satunya?"
"Pulang sana," ucap Inanti dengan wajah ketusnya.
Entah mengapa, kini dirinya merasa malas bertemu dengan orang orang yang pernah ada di kehidupan sebelum dirinya melahirkan. Meskipun Judi tidak bersalah apa pun, tapi itu mengingatkan Inanti untuk lebih kuat.
"Galak banget calon bini."
"Bilang apa?!"
"Aduh, judesnya itu dapet loh. Pedes kayak aida di tukang cimol."
"Mau ngapain sih ke sini?"
Judi terkekeh, sebenarnya dia tahu semua yang terjadi dari Andria. Tentang kematian salah satu anak Inanti, tentang kepergiannya yang membuat Alan stres.
"Mau liat baby cantik punya lu lah."
Inanti yang selesai berjemur berbalik menatap Judi yang tersenyum lebar di depannya.
"Diem di luar, jangan masuk."
"Siap, Bu Haji."
Inanti masuk, menatap Nadia yang memejamkan matanya sambil tersinari cahaya matahari. Jantung Inanti kembali berdetak kencang melihat kemiripannya dengan Alan.
"Nan? Gue mulai akaran ini. Atau lagi pura pura tidur lagi? Jangan mulai deh, Nan."
Inanti berdecak, dia menggendong Nadia untuk diperlihatkan pada Judi.
Dan seketika Judi berkata, "Subhanallah, apa dia tetesan meteor?"
"Apa?"
"Maksud gue dewi meteor."
"Mana ada dewi meteor."
"Ada," ucap Judi sambil mengambil alih Nadia. "Itu si Sanchai, dewinya meteor garden kan?"
🌹🌹🌹
"Al, hari ini lu ngampus?"
Alan merokok tanpa menghiraukan ucapan Andria.
"Al?"
"Nyerahin tesis doang."
"Gue denger lu mau ambil S3 lagi?"
"Iya."
"Lu gelar udah banyak, Al. Sarjana Administrasi Publik udah nyampe S2, Sarjana Ekonomi sekarang udah nyampe S2 juga, yang S3 mau yang mana?"
"Ekonomi," ucap Alan yang sedang memilah milah buku sambil merokok.
"Gak mau ambil jurusan baru lagi? Buat nemenin Inanti?"
Alan terdiam seketika, dirinya sadar dialah yang menghancurkan masa depan Inanti. Beasiswanya di cabut, kuliah pun tidak memiliki teman.
Beberapa kali Alan mendapati Inanti sendirian di tangga sambil makan bekal setelah insiden di hotel tapi belum dia nikahi. Dan setelah berita menyebar, Alan juga sadar bahwa Inanti yang kena lemparan batu cacian. Tapi dia berusaha menutup mata dan telinga, dirinya menyalahkan Inanti atas kepergian Vanesa dari hidupnya.
Dan semua perasaan itu kini seolah mati, Vanesa dipenjarakan tanpa berpikir panjang. Alan benar benar ingin memulai semuanya dari awal lagi.
"Eh, bini lu jurusan apa?"
Alan diam, dia bahkan lupa.
"Al, kalau dia mau kuliah lagi izinin aja, duit lu kan banyak. Atau kalo bisa temenin, kasian dia tar sendirian lagi, mana cantik lagi. Lu ngerti lah, cewe cantik menggoda, lu aja kegoda kan sama doi."
"Bisa diem gak sih lu?"
"Astaga," guman Andria membiarkan Alan masuk ke salah satu kamar.
Di sana Alan diam, di sana banyak mainan, keperluan bayi yang disiapkan Alan untuk Nadia. Bahkan ada tulisan nama khusus untuk putrinya.
Sampai sebuah telpon menyadarkan. Itu dari Rizki.
"Hallo, Al?"
"Ada apa?"
"Bini lu ketemu."
🌹🌹🌹
TBC