Novel keenam❤️
Tanpa kabar dan berpamitan, Lyra, tiba-tiba ditinggalkan kedua orang tua angkatnya yang membuatnya tak memiliki tempat tinggal dan sepeserpun uang untuk melanjutkan hidupnya di kota besar. Akibatnya ia juga terancam tak bisa melanjutkan kuliahnya yang tinggal beberapa bulan lagi.
Saat pikirannya buntu tak tahu harus bagaimana, sebuah solusi datang kepadanya. Karena tak punya pilihan lain, Lyra terpaksa mengambil jalan pintas itu. Jalan pintas yang mempertemukannya dengan seorang pria kaya raya bernama Zach.
Setelah menghabiskan satu malam yang panas bersama Lyra, Zach seakan tak bisa lepas dari pesona seorang Lyra. Sang konglomerat yang masih memiliki istri dan juga seorang anak perempuan itu pun menjadikan Lyra sebagai wanita rahasianya.
Bagaimana kisahnya? Apakah Zach hanya menjadikan Lyra gadis pemuas untuknya, ataukah pada akhirnya Lyra akan menjadi istri sah dari Zachery Khaled Ivander?
Unofficial Sound Track: Usher-Daddy's Home
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Romantisme Semu
Tok...tok...tok...
Terdengar pintu diketuk. "Masuk," sahut Zachery. Felix pun masuk ke ruangan Zachery dengan map di tangannya.
"Lyra sudah pulang?" tanya Zachery seraya menutup laptopnya. Tatapannya menangkap sosok Lyra yang baru saja pergi meninggalkan mejanya.
"Sudah, Pak. Baru saja ia pergi," sahut Felix. "Hari ini jadwalnya ia pergi ke spa."
"Baiklah," ujar Zachery semangat. Ia ingin menyusul Lyra ke spa itu. Diambilnya jas yang menggantung di sampingnya dan memakainya.
"Pak, saya membawa daftar calon sekretaris anda." Felix meletakkan satu map dengan logo Vander Enterprise. Lalu ia simpan satu map lagi. "Dan ini data wanita-wanita yang berhasil saya kumpulkan."
Kedua mata Zachery menatap Felix tajam. "Aku tidak memintanya," ujarnya dingin.
"Maafkan saya, Pak. Tapi kontrak Lyra beberapa hari lagi akan berakhir." Felix mengingatkan.
Tatapan Zachery tertuju pada dua map yang tergeletak di mejanya. Diraihnya kedua map itu dan ia lemparkan pada Felix. "Jangan melakukan sesuatu tanpa aku suruh!"
Felix hanya bisa menunduk melihat Zachery yang tersinggung karena inisiatif yang dilakukannya. "Maafkan saya, Pak."
Zachery menghela nafasnya untuk meredakan amarahnya. "Mulai hari ini kamu tak perlu melakukan semua itu lagi. Lyra akan tetap menjadi sekretarisku. Paham?"
"Baik, Pak," sahut Felix patuh.
"Juga kamu tak perlu mencarikanku wanita lagi. Aku tidak membutuhkan mereka," tegas Zachery.
"Apa saya perlu menyiapkan surat kontrak baru untuk Lyra?" tanya Felix.
Mendengar kata-kata itu, Zachery meradang. Ia menghampiri Felix dan mencengkram kerah jas yang digunakan sekretarisnya itu. Entah mengapa Zachery merasa sangat tersinggung mendengar Felix membicarakan mengenai tentang kontrak dan mengaitkannya dengan Lyra.
Beberapa minggu terakhir, Zachery memang sangat menikmati kesehariannya. Walaupun Zachery amat sangat sibuk setiap harinya, tapi ia merasa hidupnya berubah. Ia merasa seperti sedang mengalami masa-masa pengantin baru yang sebenarnya bersama Lyra.
Setiap hari, sejak ia bangun tidur, ada Lyra di sampingnya. Sarapan pun selalu ia lakukan bersama Lyra. Kemudian mereka akan pergi bersama ke kantor, kemudian bekerja hingga tidur lagi di malam hari mereka selalu bersama-sama. Maka dari itu mendengar Felix mengatakan itu, membuat Zachery tak terima. Walaupun tak ada yang salah dari apa yang Felix katakan, tapi Zachery merasa kata-kata itu begitu memperjelas dan menyadarkannya bahwa hubungan Lyra dan dirinya memang bukan hubungan sakral seperti orang lain, malah sangat jauh dari kata sakral.
"Lebih baik sekarang kamu segera selesaikan pemberitaan media. Aku sudah lelah dengan drama yang Rosalie mainkan," keluh Zachery seraya melepaskan cengkramannya.
"Tim pengacara anda masih terus mengusahakannya, Pak," sahut Felix merapikan kembali jasnya.
"Aku tidak mengerti. Tim pengacaraku adalah pengacara-pengacara terbaik. Tapi sudah hampir dua bulan gosip tentang perselingkuhanku belum juga mereda. Rosalie benar-benar membuatku pusing," geram Zachery.
"Apa kita buka saja 'kartu AS' Nyonya Rosalie, Pak?"
"Kamu benar," ujar Zachery setuju. Namun sepersekian detik kemudian ia kembali menemui jalan buntu. "Tapi itu sangat beresiko. Wishnu tidak akan membiarkan nama Rosalie menjadi buruk."
"Anda tidak perlu membukanya ke publik, Pak. Anda bisa memakainya sebagai ancaman saja."
Zachery mengangguk-angguk setuju. Kadang ia merasa Felix jauh lebih cerdik darinya. "Baiklah. Siapkan semuanya."
Felix mengangguk. "Baik, Pak. Saya akan mengurus semuanya."
"Bagus." Lalu Zachery teringat pada sang putri sambung yang selama beberapa minggu ini tak pernah muncul di hadapannya. "Rachel sudah menyelesaikan skripsinya?"
"Sudah sampai di bab lima, Pak. Kemungkinan akhir bulan ini Nona Rachel bisa mengikuti sidang."
"Aku tidak menyangka dia akan benar-benar menyelesaikannya." Ada sedikit rasa sesal di dalam hati Zachery.
"Bagaimana dengan hadiah yang anda janjikan itu, Pak?"
"Janji tetaplah janji. Aku akan mengabulkannya."
Felix yang biasanya bermuka tanpa ekspresi, kini sedikit tercengang. "Anda yakin, Pak?"
"Iya," ujar Zachery yakin. "Aku akan pulang sekarang," pamitnya pada Felix.
Di sisi lain, setelah dari spa Lyra berjalan memasuki lobi dikawal oleh dua orang pengawal di kanan kirinya. Tak sengaja Lyra kembali berpapasan dengan Jihan di lobi itu. Namun Jihan tak bisa mendekat pada Lyra sama sekali. Begitu juga orang lain, tak ada yang berani mendekat atau berbicara hal buruk tentang Lyra, setidaknya di depan Lyra. Semua karena dua orang tinggi besar memakai setelan jas hitam yang selalu berada di kanan kiri Lyra ke mana pun ia pergi.
Saat tiba di lift Lyra pun pamit pada kedua orang itu. "Terima kasih Seno, Paul," pamit Lyra pada kedua pria itu. Keduanya pun menyahut seraya membungkuk hormat saat pintu lift mulai tertutup.
Saat pintu lift terbuka, ia melihat Zachery menghampirinya
"Baby, tadinya aku akan menyusulmu ke spa, tapi ada sesuatu yang mendesak. Jadi aku menunggumu di rumah." Diciumnya bibir Lyra, namun Lyra tak membalasnya dan nampak lesu. "Kau baik-baik saja?" tanya Zachery sedikit kecewa karena Lyra tak menyambut ciumannya.
"Saya merasa kurang enak badan," sahut Lyra dengan suara lemah.
"Kamu sakit?" tanya Zacherynya seraya memegang pipi dan kening Lyra.
Lyra menggeleng pelan. "Tidak, Daddy. Hanya merasa lemas saja."
Zachery pun memeluk tubuh Lyra. "Maafkan aku karena terlalu memforsirmu untuk bekerja lebih keras selama beberapa minggu ini."
Lyra pun menyambut pelukan itu. "Tidak, Daddy. Setelah spa saya merasa jauh lebih baik. Lagi pula itu sudah tugas saya. Saya berterima kasih karena Daddy membiarkan saya bekerja secara profesional."
Zachery melepas pelukannya dan menatap wajah Lyra yang memang sedikit agak pucat. "Kamu tidak membuka sosial media lagi 'kan?"
Lyra terdiam dan menatap Zachery penuh arti.
"Baby, sudah ku bilang. Jangan membuka sosial media untuk sementara waktu. Aku akan segera menyelesaikannya. Aku tidak bermaksud membiarkan masalah ini berlarut-larut. Tapi..."
"Saya tahu Daddy sangat sibuk. Tidak apa-apa, Daddy. Saya baik-baik saja." Lyra meyakinkan. "Lagipula..."
"Lagipula apa?" tanya Zachery penasaran karena Lyra tiba-tiba menghentikan ucapannya.
"Beberapa hari lagi kontrak itu habis," lirih Lyra, entah mengapa ada rasa sedih menelusup dalam hatinya.
Zachery tertegun. Ia pun merasakan hal yang sama. "Sudah tiga bulankah kita bersama?"
Lyra mengangguk seraya tersenyum lirih.
Zachery pun tersenyum dan kembali merengkuh tubuh Lyra. "Kalau begitu, kita harus menikmati hari-hari terakhir kita."
Sontak Lyra merasa hatinya terasa semakin sedih. Kata-kata dan sikap Zachery yang seakan tak masalah jika ia harus melepaskan Lyra, terasa menyakitkan bagi Lyra. Lyra merasa kata-kata Zachery itu tak sejalan dengan sikap Zachery selama ini. Perhatian, kelembutan, dan romantisme yang pria itu lakukan selama ini, apa tak ada maksud apapun dibaliknya? Apa Zachery selalu seperti ini kepada semua sugar baby yang pernah ia pelihara?
Namun Lyra segera mengembalikan akal sehatnya dan mengabaikan hatinya yang merajuk itu. Bagaimana pun jalinan antara dirinya dan Zachery selama ini tetaplah hubungan yang tak seharusnya terjalin. Hubungan ini kotor. Hubungan ini tak seharusnya berubah menjadi sebuah perasaan yang murni.
Bahkan Lyra merasa pantas saat orang-orang kini menyebutnya sebagai pelakor, perempuan yang dengan tidak tahu malu, tidak tahu dirinya merusak rumah tangga Zachery dan Rosalie yang selalu terlihat harmonis. Karena memang itulah dirinya kini, wanita simpanan.
"Kamu ingin pergi ke suatu tempat, Baby?" tanya Zachery seraya melepaskan pelukannya. "Bagaimana kalau kita pergi ke Eropa? Aku butuh rehat sejenak setelah bekerja tak henti selama berminggu-minggu. Kita rayakan perpisahan kita."
"Perpisahan?" ulang Lyra.
"Atau kamu ingin pergi ke tempat lain? Katakan saja. Anggap saja sebagai hadiah perpisahan dariku."
"Tidak perlu," sahut Lyra tanpa pikir panjang. "Saya tidak ingin ke mana pun."
Rasa sedih yang Lyra rasakan berubah menjadi amarah. Jadi sikap manis Zachery selama ini hanyalah bagian dari afeksi dan romantisme yang memang tertuang dalam salah satu poin perjanjian? Bahkan pria itu merasa sama sekali tak merasa sedih hubungan mereka berakhir, malah dengan santainya pria itu mengajak Lyra berlibur sebagai salam perpisahan.
Lyra mengutuk dirinya sendiri yang sempat berpikir ada maksud lain dari semua sikap Zachery selama ini.
Dengan derap langkah yang marah, Lyra pun masuk ke dalam kamar, meninggalkan Zachery yang kebingungan. Ia pun mengekor Lyra hingga Lyra membaringkan dirinya di tempat tidur. "Baby, kamu marah?"
"Tidak, Daddy. Saya hanya kelelahan," sahut Lyra dengan mata tertutup.
"Aku tahu kamu sedang marah." Zachery begitu yakin. "Ada apa, Baby? Katakan."
Lyra tak menyahut dan masih menutup matanya.
Melihat Lyra tak meresponnya, Zachery mulai menggunakan cara terakhir. Cara di mana Lyra tak akan bisa mengabaikannya lagi.
Perlahan tangan Zachery menelusup ke dalam rok yang Lyra kenakan. Seketika tangan Lyra menahan tangan Zachery.
Ditatapnya Zachery dan dengan tegas Lyra berkata. "Saya. Sedang. Tidak mau."
terima kasih thor..
sadar ga lu hanna..lu cuma wanita panggilan yg celap celup dgn bnyk pria...mau minta tanggung jwb dgn satu pria pilihanmu demi apa?? kamu mau jason jadi tumbalmu...
klo sdh jalang...tetap jalang...hanna..