Hidupku bahagia, meski harus tinggal di rumah sederhana. Apalagi ada dua anak kembar yang tampan mempesona, meski aku tak tahu siapa bapaknya. Aku hanya ingat ada tato kepala naga di tengkuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengawal Setia
"Kamu akan menyesalinya tuan Hayden," Clara pergi dengan kaki menghentak karena sebal.
Hayden membalas dengan senyum sinis.
Helena hendak mengikuti Clara, tapi tangan Hayden menahan.
"Kita pergi ke tempat Hanny," kata Hayden, dan tak ingin ada penolakan lagi dari Helena.
Cengkeraman erat Hayden membuat Helena susah melepasnya.
"Jangan membuat aku memaksamu Helen," seru Hayden.
Helena mencebikkan bibir dan memutar bola matanya malas.
Cup.
Bibir Hayden dengan seenaknya menempel di bibir Helena.
Helena reflek menutup mulut dengan telapak tangan.
"Jangan membuat aku **********," ancam Hayden.
Telapak tangan sebelah pun ikut digunakan untuk menutup mulut.
"Ha...ha... Jangan sok polos kamu!" ucap Hayden seraya terbahak.
Hayden masih ingat akan kejadian pembuatan twins malam itu.
"Dasar mesum. Sekali mesum ya tetap mesum," olok Helena membuat Hayden semakin terbahak.
"Akan kubuat menyesal karena kamu telah melahirkan twins Helena," bisik Hayden dengan senyum smirk.
Wanita di sampingnya ini telah berani merusak rencana masa depan Hayden.
Mau tak mau, Hayden harus melindungi dan mengamankan keturunannya dari musuh-musuh. Menikah dengan Helena adalah salah satunya agar Zayn dan Zayden berada dekat dengannya. Apalagi para rivalnya pasti akan menggunakan keduanya untuk menjatuhkannya.
Meski saat ini belum ada rasa suka dan cinta yang mendalam untuk Helena, tapi wanita inilah satu-satunya yang bisa menggetarkan hati Hayden.
Jangan tanya Helena, apakah dia suka Hayden atau tidak. Jawabannya pasti tidak.
Hayden mendorong Helena masuk mobil dengan memaksa.
"Kasar banget," gerutu Helena.
"Hmmmm," Hayden berbalik dengan wajah mendekat tepat di depan muka Helena.
Bahkan hembusan nafasnya saja berasa di pipi Helena.
"Anda mau apa?" Helena salah tingkah, membuat Hayden menyunggingkan senyum.
Hayden memasang self belt untuk Helena.
"Jangan bilang lagi kalau aku kasar," kata Hayden seraya berbalik badan dan mengitari mobil untuk duduk di belakang kemudi.
Helena menghembuskan nafas lega.
"Huh,"
Helena lebih banyak diam sampai di tempat Hanny.
"Hello, kalian apa kabar?" sapa Hanny.
"Biarkan dia mencoba baju yang aku pesan!" suruh Hayden dan dengan seenaknya menyelonjorkan kaki di sebuah sofa panjang yang ada di ruangan itu.
"Wah, makin seru nih. Jadi kapan kalian menikah?" tanya Hanny.
"Secepatnya. Aku tak mau dia melarikan diri lagi. Apalagi dengan membawa keturunanku," kata Hayden.
"Hei, mereka juga anakku tuan Hayden yang terhormat," Helena mengingatkan.
"Han, lekaslah! Aku tak mau buang-buang waktu lagi," Hayden tak menggubris apa yang dikatakan oleh Helena.
Hanny menggandeng Helena untuk masuk.
"Emang lo cocok jadi pawangnya Hayden," kata Hanny kepada Helena.
Helena menaikkan sebelah alisnya.
"Ingat, yang aku bisikin waktu itu?" tanya Hanny dan Helena pun mengangguk.
"Lo bisa percaya sama gue atau tidak, itu terserah lo. Hayden itu sangat kesepian," beritahu Hanny.
"Apa benar ini kali pertama, tuan Hayden bawa seorang wanita ke sini?" tanya polos Helena.
"Ha...ha... Jadi lo masih ragu akan itu? Gue jamin Helen. Meski seorang buaya, Hayden tak pernah pakai hatinya jika bersama wanita," Hanny terbahak.
"Hanya padamu lah dia berbeda," kata Hanny.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu?" lanjut Helena.
"Aku lama mengenal Hayden. Bahkan aku lebih tahu pribadi Hayden daripada adik kandungku," seru Hanny seraya menghela nafas panjang.
"Nih, cobalah!" suruh Hanny menyerahkan sebuah kebaya brokat warna putih.
"Cocok buat acara akad nikah," imbuhnya.
"Loh, kapan bikinnya?" Helena heran karena merasa tak diukur badannya.
"Waktu itu, aku sengaja mengulur waktu. Enak aja, pesan beginian semalam musti jadi. Robot aja bisa lelah apalagi gue," celetuk Hanny.
"Sampai kapan kalian akan ngobrol? Ngabisin waktu aja," teriak Hayden dari ruangan sebelah.
"Oppppssss, lekaslah Helen! Bisa-bisa gue nggak dibayar nih sama dia," suruh Hanny.
Hanny keluar untuk menyilahkan Helena memakai dengan dibantu beberapa asisten.
"Anda cantik sekali Nona," pujian mereka membuat Helena tersipu.
Helena keluar dengan memakai kebaya yang pas sekali dengan badannya.
Hayden yang sibuk dengan ponsel belum juga melihatnya.
"Tuh lihat! Ada yang kurang nggak?" Hanny merebut apa yang dipegang Hayden.
Hayden mendongak, dan pandangannya langsung tertuju ke area belahan dada yang terlalu rendah.
Apalagi kepunyaan Helena menjadi ukuran favorit Hayden.
Hanny kesal karena tak ada komen dari seorang Hayden.
"Kok bengong sih? Gimana? Ada yang perlu dibenahin nggak?" tanya Hanny kesal.
Hayden beranjak dan mendekat ke Helena, "Nih betulin. Aku nggak mau bagian ini terekspos berlebihan," kata Hayden seraya menunjuk area dada.
"Trennya sekarang begitu. Lo ini ketinggalan banget sih," gerutu Hanny.
"Dirubah atau tak gue bayar nih," ucap Hayden.
"Sialan lo," umpat Hanny.
.
Keesokan hari, saat bangun tidur Helena dikagetkan oleh kehadiran pria cantik waktu itu.
Helena terlonjak, saat ada yang menyentuh bahunya.
"Kadal, kucing, buaya,...." latah Helena keluar dengan sendirinya.
"Gue manusia nyonya. Catat!" katanya dengan gemulai.
"Ngagetin aja sih," balas Helena.
"Eh nyonya. Asal anda tahu, pagi ini aku disuruh tuan Hayden untuk menyiapkan semua. Jam delapan tepat anda harus bersiap," beritahunya.
"Apalagi sih?" tukas Helena ketus.
Bukannya menjawab, pria cantik itu malah menyuruh Helena untuk segera masuk.
Tak pakai drama seperti sebelumnya, Helena pun menurut saja. Apalagi ada dua pengawal yang dulu setia kepadanya kini malah berpihak pada Hayden mengawasinya dengan mata elang.
Siapa lagi mereka kalau bukan Zayn dan Zayden.
Mereka berdua tak sedetikpun membiarkan Helena bergeser, sebelum semua siap. Memastikan sang mama tak berbuat macam-macam.
"Sepuluh menit lagi Dad," kata Zayden memberi tahu lewat handy talky.
Helena melotot ke arah kedua putranya.
Sejak kapan mereka bisa pakai alat itu? Tanyanya dalam hati.
"Biasa aja Mah," kata Zayn.
"It's perfecto. You're beautiful. Tak salah tuan Hayden tergila-gila pada anda," puji pria tulen tapi cantik itu.
Helena mencebikkan bibirnya.
Pria ini terlalu hiperbola. Pikir Helena.
.
Helena digandeng oleh kedua putranya memasuki sebuah ruangan yang telah didekorasi demikian indah.
"Apa ini bukan mimpi?" Helena mencubit lengannya.
Helena teringat akan momen pesta pernikahan yang akan digelar waktu itu, tapi batal karena sosok calon mempelai prianya kabur entah kemana.
"Jangan menangis Mah," Zayn menyerahkan selembar tisu untuk sang mama.
"Makasih sayang,"
Hayden sudah berdiri tegap menunggu Helena.
Mereka berdua kini duduk di depan penghulu.
"Kamu siap?" Helena pun mengangguk pelan.
'Smoga ini keputusan yang tepat Tuhan,' doa Helena dalam hati.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Hari Sabtu tanggal dua puluh satu, dua puluh dua hari Minggu #Akhirnya Author bisa up terbaru, semoga kalian tak bosan menunggu
Buah anggur buah pepaya, buah semangka manis rasanya #Semoga saja kalian tak kecewa, karena sering terlambat up nya
🙏🤗🤗🤗
lanjut thor...
jngn berharap terlalu tinggi bu..klo jatuh nti sakitnya ga ada obat..hahaha
ingin bls pantun tapi ga bisa thor.../Grin/
bisa nya kasih semangat untuk mu thor...
lanjuuut...
hhaaissh...thor..jngn di bikin keterlaluanlah mempermankan wanita...krna wanita jugapuny hak untuk menolak,dgn cara apapun...