NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Yang Teraniaya

Pembalasan Istri Yang Teraniaya

Status: tamat
Genre:Janda / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Romansa / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: LaQuin

Selama ini aku percaya saja hubungan ini akan baik-baik saja walau di tempa jarak yang jauh. Tapi suatu hari, ucapan sahabatku membuatku sedikit resah hingga terbesit niat ku untuk memberi kejutan kepada suami di rumah dinasnya di kota lain.
Tetapi bukan hanya suamiku yang terkejut, aku pun terkejut mendapati ada wanita lain di rumah dinas suamiku. Apalagi aku memergoki mereka tengah berduaan di terik panas siang ini. Ternyata selama ini suamiku dijaga oleh wanita lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 Jatuhnya Talak

Bab 30

Jatuhnya Talak

"Hari ini mau ngapain ya?" Tanyaku pada angin dikamar kosan berukuran 3x3 meter.

Setelah bekerja dari hari senin sampai ke sabtu, tibalah waktunya libur di hari minggu. Timbul rencanaku untuk berbelanja mengingat baju-baju hanya itu-itu saja.

Bajuku yang bagus-bagus sudah di gondol si maling Wina. Dia begitu licik hanya memberikan pakaian yang nyaris tidak aku gunakan lagi.

Gajiku masih utuh ku terima kemarin. Mungkin sudah saatnya aku memanjakan diri setelah menghadapi kepenatan atas masalah yang ada.

"Tok..tok... tok...!"

Ku ketuk pintu kamar Jihan yang berada di sebelahku. Aku berniat mengajaknya jalan-jalan dan menemaniku belanja hari ini, jika anak itu tidak memiliki kegiatan.

"Ceklek!" Suara pintu di buka.

"Kak Indah! Masuk kak! Kamarnya berantakan..."

Aku tersenyum sambil melirik sekilas kamarnya yang ia katakan berantakan.

"Tidak usah. Kakak hanya ingin mengajakmu menemani Kakak hari ini kalau kamu mau dan tidak ada kegiatan."

"Mau Kak!"

Jihan langsung saja menerima ajakan ku tanpa jeda.

"Benar kamu tidak ada kegiatan?" Tanyaku lagi memastikan.

"Bener Kak. Itu tugas Jihan udah kerjain dari sehabis sholat subuh tadi buat besok. Sudah selesai, cuma belum di beresin aja bekas belajarnya." Tuturnya sambil menunjuk buku-buku yang berhamparan di lantai.

"Ya sudah, jam 10 nanti kita pergi ya. Pakai motor Kakak saja."

"Oke Kak." Ujar Jihan bersemangat sambil membentuk jari tanda oke kepadaku.

Aku pun kembali ke kamar untuk bersiap karena sejam lagi kami akan pergi.

***

Tiba di sebuah plaza yang cukup terkenal yang menyediakan barang-barang seperti tas, sepatu, baju dengan kualitas menengah ke bawah sesuai dengan harga yang di tawarkan.

Aku dan Jihan berkeliling melihat-lihat mana yang menarik di hati. Beberapa pakaian dalam sudah ku kantongi. Paper bag sepatu serta sandal untuk sehari-hari memenuhi ditangan kiri. Sedang tangan kananku di apit Jihan sambil berjalan.

"Ji, itu kayaknya bagus-bagus deh. Coba lihat yuk!"

Jihan mengangguk, dengan semangat ia mengikuti langkah ku masuk ke sebuah toko yang menjual baju atasan dan bawahan.

Jihan dan aku pun sibuk memilih.

"Kak ini bagus Kak, cocok buat kerja."

Jihan menunjukan sebuah kemeja ruffle berwarna peach yang sangat manis. Aku pun memegang kemeja itu lalu melihat ukurannya. Tepat sekali mata Jihan memilih ukuran untukku.

"Ini kebesaran deh."

"Masa sih Kak?! Keknya pas deh ke Kakak."

"Coba cari ukuran S ya." Kataku lagi.

"Itu kan kecil kak, yang pas ukuran Kakak M."

"Udah cari aja." Ujarku, dan Jihan pun menurut.

Beberapa potong kemeja dengan mode dan jenis bahan berbeda sudah aku pilih. Demikian juga bawahan rok pendek span, maupun celana kain juga sudah ada di tumpukan lenganku. Akupun menuju ke kasir untuk membayar pakaian-pakaian itu.

"Satu juta tiga ratus dua puluh lima ribu." Kata karyawan bagian kasir menyebutkan nominal yang harus aku bayar.

Aku pun mengeluarkan uang lebaran seratus ribu sebanyak 14 lembar, dan menerima kembaliannya.

"Kita makan yuk!" Ajakku kepada Jihan.

Kami pun mencari stand makanan yang menarik di area plaza itu.

"Wah... Wah... lihat! Ada yang memfoya-foyakan uang suaminya sebelum bercerai!"

Langkahku mendadak terhenti mendengar suara yang tidak asing bagiku. Aku pun menoleh kepada pemilik suara dan Jihan pun ikut menoleh karena penasaran.

Dari jalur sebelah kiri rupanya ada Ibu mertua, Ratih, Wina serta Mas Heru yang sepertinya baru saja tiba di plaza ini.

"Ehem, Bu..."

Mas Heru seperti mencoba menahan Ibunya untuk tidak mencari ribut denganku di sini.

"Diam kamu Heru! Kamu lihat kelakuan istri pertamamu di belakangmu. Pantas saja uang yang kamu berikan buat Ibu sudah tidak sebanyak dulu lagi. Rupanya dia habiskan untuk dirinya sendiri!" Sarkas Ibu mertua memandang sinis ke arahku.

Lagi-lagi aku sepertinya harus dibuat ekstra sabar menahan malu dan amarah untuk menghadapi Mas Heru dan keluarganya.

"Maaf ya Bu? Maksud Ibu apa? Aku belanja dengan uang ku sendiri kok." Bantahku.

Aku memandang Mas Heru kesal. Karena sudah pasti selama ini keluarga Mas Heru tidak tahu bagaimana sebenarnya kehidupan kami.

"Wah, lihat Heru! Cara bicara istri yang masih ingin kamu pertahankan seperti ini modelnya. Sudah tidak ada tata krama kepada orang tua!"

Aku semakin kesal menghadapi Ibu Mas Heru yang masih berstatus mertuaku ini. Selalu saja aku salah di matanya. Padahal aku belanja dengan uang gajiku sendiri. Bahkan bisa dihitung seberapa banyak aku menikmati gaji Mas Heru semasa berumah tangga. Hanya membayarkan makanan ku yang tidak lebih dari 50 ribu, dan itu pun terjadi sebulan sekali atau bahkan dua sampai tiga bulan sekali.

"Maaf kalau aku menjadi menantu yang tidak di harapkan oleh Ibu. Sebaliknya aku pun sudah tidak ingin lagi menjadi menantu di keluarga Ibu." Kataku memandang tajam Ibu mertua.

Perceraian sudah di depan mata, keharmonisan sudah tidak ada lagi yang tersisa. Aku bukan manusia yang memiliki kesabaran seluas samudera. Aku punya keterbatasan sebagaimana aku yang hanya seorang manusia yang tidak sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya. Sudah cukup sabarku ku berikan untuk Mas Heru dan keluarganya selama ini.

"Kamu!!"

Ibu mertuaku menunjuk geram ke arah ku. Napasnya naik turun mungkin karena menahan emosinya. Mungkin kata-kata ku terlalu kejam menghadapi orang tua, tapi aku pun tidak ingin selamanya hanya menjadi orang yang disalahkan disini.

"Sudah Bu, malu di lihat orang-orang." Ujar Mas Heru mengingatkan.

Kulihat sekeliling kami memang ada beberapa orang yang mengamati. Ratih tampak acuh, tak acuh. Sedangkan Wina tampak tersenyum merasa senang dengan apa yang terjadi.

"Satu hal yang perlu Ibu tahu, Mas Heru selama ini tidak pernah memberikan nafkah lahir yang sebenarnya. Aku hidup dengan uang gajiku, bahkan barang-barang di rumah itu adalah hasil keringatku."

Ibu mertuaku terdiam. Mas Heru mengalihkan pandangannya mungkin malu karena rahasia keuangannya aku buka disini. Sedangkan Wina tampak jengah mendengar kata-kata ku.

Kesal bukan main menghadapi orang-orang yang mungkin tidak punya lagi urat malu di tubuhnya.

"Kenapa tidak tanyakan saja kepada menantu Ibu yang baru?! Sudah berapa banyak dia menghabiskan uang Mas Heru!" Kataku lagi dan berhasil membuat mereka terdiam dan salah tingkah.

Mendadak wajah Wina berubah pucat, dan Mas Heru pun tampak menegang. Sudah terlihat disini, siapa yang harusnya dipersalahkan. Tapi kebencian yang membutakan mata dan hati tidak akan memandang kebaikan dan kebenaran sekalipun sudah berada di depan mata.

"Aduh... Mas perutku mendadak sakit..."

Wina tiba-tiba mengeluh, meringis kesakitan. Aku yakin itu hanyalah drama karena takut di marahi Ibu mertuanya.

Aku tersenyum seringai, jijik melihat akal licik si rubah untuk mendapatkan perhatian keluarga itu.

"Bu, sudah Bu... hentikan! Lihat, malu semakin banyak orang yang mendengar dan melihat kita disini. Dan lihat Wina, ia sudah kesakitan karena terlalu lama berdiri. Ibu tidak mau kan, calon cucu Ibu kenapa-kenapa."

Aku memutar bola mata jengah melihat drama keluarga ini.

"Jatuhkan talakmu sekarang juga! Jangan lagi kamu mempertahankan wanita seperti dia! Ibu tidak sudi nerima dia kembali menjadi menantu! Ceraikan dia sekarang juga Heru! Atau kamu tidak akan melihat Ibumu lagi!"

"Bu!!"

Jedar!!

Jantungku berdegub kencang mendengar permintaan Ibu mertua yang memaksa Mas Heru untuk menjatuhkan talak kepadaku.

Benar, aku yang menginginkan perceraian ini setelah muncul masalah dalam rumah tanggaku. Tapi tidak pernah terbayangkan oleh ku sebelumnya, bahwa pernikahanku akan berbuntut perceraian. Tentu saja ucapan Ibu Mas Heru sedikit banyak membuatku menegang untuk mendengar kalimat itu di sebut.

Mas Heru menegang dan mulai memucat. Matanya menatapku sendu seolah-olah ingin mengatakan dia tidak mau. Tapi aku tidak ingin memberinya harapan, karena aku tidak ingin lebih lama tersiksa dalam hubungan yang menyakitkan seperti ini.

Aku mengalihkan pandanganku dari tatapan Mas Heru, agar dia tahu aku tidak mengharapkan dirinya lagi.

"Kamu mau jadi anak durhaka?! Apalagi yang kamu harapkan dari dia! Bahkan dia saja menggugat cerai yang berarti tidak mau menjadi istrimu. Cepat talak dia!"

"Mas..., sakiiiit..."

Rengek Wina sambil memegang perutnya meringis kesakitan. Sungguh pandai wanita itu memanfaatkan keadaan.

Mas Heru terlihat kebingungan dan kalut. Dia seperti tikus yang sedang terpojokan.

"Aku talak dirimu Indah. Aku talak dirimu Indah. Aku talak dirimu Indah."

Tidak hanya sekali tapi Mas Heru langsung menjatuhkan talak 3 kepadaku.

Dadaku bergemuruh, ada sesak dan pilu ketika talak itu terdengar. Bahkan mataku mulai mengembun tanpa diminta.

"Ayo kita pergi Jihan!" Aku meraih tangan Jihan dan menggenggamnya untuk melangkah pergi meninggalkan keluarga itu.

Baru ku sadari tangan gadis itu sangat dingin di telapak tanganku. Mungkin karena tegang atau ketakutan dengan apa yang terjadi. Tetapi tangan dingin itu aku butuhkan saat ini, untuk menguatkan kaki ini agar terus melangkah meninggalkan seseorang yang kucintai dan baru saja akan kujadikan kenangan yang pahit dalam hidupku.

Bersambung...

*Baca juga novel ku yang berjudul LYSAA, GADIS PENAKLUK bagi yang suka kisah gadis kuat yang tangguh dengan romansa percintaan yang mengundang gelak dan tawa. **

Atau CINTA AKU SEIKHLASMU bagi yang menyukai kisah penuh haru biru. Terima Kasih 🙏

Note : jangan lupa untuk selalu like dan komen setiap bab ya, karena jejak kalian sangat berharga bagi Author. Terima kasih 🙏😊

1
Rizky Sandy
laporin saja kasus kdrt,,,,
ferdi ferdi
jangan bodoh kamu indah dan jangan mau di injak2
ferdi ferdi
siiiiip keren indah
Akbar Razaq
harusnya fandi lebih intens ngawasi siska coba aja dia suruh orang pasti akan bs melihat fakta yg luar biasa.
Akbar Razaq
Yah....setelah di tampar baru kau mau beryindak tegas.karena kelemahanmu lah mereka seenaknya indah.lihat sudah di zalimi sedemikian skrg kau di tampar bak sampah.
Arbaati
Luar biasa
Nur Lela
luar biasa
Ifa Tul Jannah
maaf Yee awak sya trgelak rsanx lain pulak dngn bhsa mlyu ape2 pun sya suka BCA novel Wak ni Slam from mlysia ☺️☺️
Ran Tea
Luar biasa
N Wage
itu si siska sbg anak angkàt gak tau diuntung sekali ya.
gak sadar apa ya kalau gak dipungut kel.fandi entah gimana nasibnya.dicampakan orangtuanya di pinggir jalan.
N Wage
astaga!!!! otakmu taruh mana Ru?
N Wage
Luar biasa
N Wage
heru...heru...hanya orangtua bodoh yg mau mendukung kemauanmu.
kalea rizuky
najis indah dpet bekass jalang
kalea rizuky
pernikahan bkn permainan bodoh
kalea rizuky
indah jangan mau bekas mira mending cari perjaka qm bkn baby sitter
juwita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
juwita
suka cerita nya
juwita
mmaf Thor knpa pake bahasa daerah kita yg g ngerti jd aq bacanya di loncat2
N Wage: tp maaf kk...bahasa daerahnya mudah dimengerti kok.makanya othornya gak pake traslet.😁
total 1 replies
Nouva Quinny
didunia nyata adakah yg seperti siska....rasa²nya mo getok aja klo yg kayak siska
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!