Jodoh Untuk Jenna

Keluarga besar Damash dan Farhan Hisbillah tetap mengadakan acara cukur rambut sekaligus aqiqah untuk Baby Efron. Walaupun dengan konsep yang sangat sederhana. Acara itu akan diadakan di rumah si kakek Buyut di Sentul. Namun hanya dihadiri oleh kerabat dan keluarga dekat saja.

Bayi laki-laki yang baru berusia dua minggu itu berkembang sangat pesat. Tubuhnya semakin membulat karena diurus dan dijaga oleh satu baby sister, si nenek muda yang sangat berbangga hati yaitu Tante Amanda dan si Nenek senior Oma Frida.

" Efron Pahlevi Hisbillah" Nama itu yang disematkan pada bingkisan untuk dibagikan kepada para tetangga di kompleks sebelah yang terdekat dari kediaman keluarga Damash. Dalam goodie bag itu selain berisi makanan juga ada cangkir cantik dengan tulisan nama bayi dan tanggal kelahirannya dari orang tua bernama Karolina Damash dan Farhan Hisbillah.

Tante Amanda hanya mengundang keluarga dan kerabat dari besannya dari Bogor untuk hadir di acara tersebut. Tidak terlalu banyak tamu yang datang. Hanya dua puluhan orang saja. Semua itu atas saran dari dokter Arunika Fitri, sang kakak ipar. Tante Amanda pun menyetujui demi kebaikan bersama.

Saat keluarga besar Hisbillah datang pun, hanya kedua orang tua Farhan dan dua orang kyai yang masih mempunyai hubungan kerabat saja. Mereka justru datang dengan tiga mobil, lengkap dengan masing-masing supir dan anak buah atau asisten yang sedia berjaga.

Lantunan doa- doa terdengar dari dalam rumah Tante Amanda. Acara itu dipimpin oleh seorang ulama besar yang cukup kondang di daerah ini. Pria yang bernama Ustadz Abdul Aziz itu juga berhubungan baik dengan Pak Adrian Damas.

Jenna sudah sibuk dengan Tante Lia, mengawasi segala persiapan untuk penyajian hidangan makan siang. Walaupun semua sudah ditangani para pegawai dari pihak katering, The Dahlia Tetap saja Tante dan keponakan itu bekerjasama untuk menyukseskan acara ini.

Rumah Tante Lia, ada disebelah dari Rumah Tante Amanda. Karena Om Danang masih aktif berdinas, waktu Tante Lia lebih banyak untuk kegiatan organisasi para istri anggota ketentaraan itu. Jadi dia jarang berada di rumah. Kecuali, anaknya bungsunya Mirza pulang, saat cuti kuliah dari Yogyakarta.

Pak Kyai Abid Mustofa Hisbillah diantar oleh Opa Damash lebih dulu ke ruang makan untuk mencicipi hidangan yang tersaji di meja besar yang ditata berbentuk leter L. Kedua pria itu mengamati ruangan itu yang tertata apik , bersih dan nyaman.

" Siapa ini?" Tanya Pak kyai. Karena sekilas dari jauh wajah Jenna dan Karolina agak mirip.

Pria itu bertanya kepada Pak Damas saat melihat Jenna menyambut para tamu. Gadis cantik itu hanya menyampirkan pashmina di kepalanya saja. Walaupun gaunnya cukup modis namun tertutup dan sopan.

" Ini cucu perempuan saya yang terakhir. Pak Kyai berminat mencarikan jodoh buat si cantik ini!" Candaan Pak Damash, membuat pria yang tampak santun dan berwibawa itu tertawa.

" Boleh, boleh! Saya punya dua anak laki- laki yang sudah siap menikah! Kalau kita berbesan, tentu bertambah dekat lagi hubungan kekeluargaan di antara kita, ya. Pak."

Kesal, tak sengaja Jenna memukul tangan si Opa dengan sendok sayur yang dipegangnya. Pak Kyai tambah tertawa saja. Karena melihat pukulan itu cukup kuat atau pria tua itu hanya berakting untuk menyenangkan hati sang cucu.

" Aduh Jenna, kamu pakai tenaga dalam pukul Opa, ya?" tanya pria itu konyol. Bukannya meringis kesakitan malah tertawan geli.

" Opa mau Jenna ambilkan! Sebab beberapa hidangan ini sangat tinggi kolestrol!" Ledek Jenna manis.

Wajah Opa jadi tidak cerah bila dia diingatkan dengan berbagai pantangan dalam makanan. Sebab usianya semakin tua, semakin sering berbagai penyakit mampir sesukanya. Kalau tidak berhati-hati memilih jenis makanan yang harus dikonsumsinya setiap hari. Cukup mengganggu aktivitas kegiatan pria tua itu sehari-hari.

Sebuah tradisi untuk merayakan acara Aqiqah seorang bayi, pasti pihak tuan rumah menyediakan beberapa hidangan dari olahan daging kambing, untuk menjamu para tamu. Mulai dari sate kambing, gule kambing sampai tongseng!

Apalagi untuk aqiqah bayi laki- laki. Karolina dan Kak Farhan harus memotong dua ekor kambing yang cukup besar. Sementara tamu- tamu mulai menikmati hidangan. Para ajudan, supir dan pekerja di rumah ini berkeliling menyerahkan bingkisan itu dari satu rumah ke rumah yang lain. Pokoknya tetangga di satu kompleks perumahan yang terdekat dari rumah Tante Amanda.

" Mama sudah makan?" tanya Jenna.

Mamanya sedang mengendong Baby Efron yang mulai agak rewel. Karena di dalam rumah penuh orang dan agak ramai. Dia membantu mengipasi tubuh si bayi agar lebih tenang dan sejuk.

Papanya tadi hanya datang menengok bayi itu sebentar, karena dia harus berangkat ke Bandung. Ada banyak permasalahannya yang harus diselesaikan di kota itu, dengan penutupan pabrik makanan yang baru berjalan dalam satu tahun ini.

" Panggil Baby susternya saja, Jenna!" Titah sang Mama yang mulai tidak sabar.

Jenna segera masuk ke ruang dalam, di rumah orang tua karolina ini. Setelah dicari- cari Mbak Sita malah sibuk menyiapkan makanan untuk Si Kanjeng ratu alias Karolina. Ibunya si bayi.

" Sus, Efron rewel itu, sedang digendong mama di teras samping!"

Mata Jenna melotot melihat, dua piring bekas makan Karolina yang sudah ditumpuk. Wajah Karolina menyiratkan rasa bersalah.

" Kata dokter Arunika, aku boleh makan apa saja, Kok! Nggak ada pantangan. Asal nggak menyebabkan alergi atau gatal- gatal di bekas operasinya!"

" Siapa yang melarang kamu makan Karol? Ini pesta bayimu, biaya dari uang suamimu. Sensitif amat jadi ibu muda!" ucap Jenna bingung.

" Memang Efron rewel?"

" Sedikit, Mama sama aku mau pamit, nggak bisa terlalu lama. Nih, baju untuk ibu menyusui, rancangan Fathia Nadine!"

Karolina memeluk kado itu. Fathia adalah penjahit baju kesayangannya. Wanita muda itu dulu yang selalu merombak berbagai baju hadiah dari sponsor dan pemegang merk fashion import untuknya. Fathia adalah sahabat Jenna yang mempunyai butik kecil di Pasar Minggu.

Jenna sempat mengecup dahi Efron yang agak berkeringat karena menangis. Bayi itu mulai tenang kembali.

"'Sehat- sehat, Baby. Nanti Tante datang lagi. Ya!"

Jenna dan ibunya diantar Tante Amanda ke tempat parkir keluarga. Kamis sore ini Dokter Arunika ada praktek di sebuah Klinik di daerah Kebayoran Baru.

Jangan bayangkan jauh dan lelahnya Jenna menempuh jarak itu nanti pulang- pergi. Sebab pak sopir keluarga diajak Pak Feri ke Bandung dan akan menginap di kota itu selama tiga hari dua malam.

Halaman klinik masih sepi dari kedatangan pasien untuk dokter Arunika yang ruang prakteknya terletak di sebelah loby gedung berlantai dua itu. Jenna masih asyik duduk di ruang kerja si Mama.

Ruang kerja yang rapi dengan deretan bindek yang merupakan laporan dari berbagai pasien kecilnya. Jenna melihat ibunya itu berdandan dengan cermat dan merapikan tatanan rambutnya dengan membuat konde sederhana.

Wanita itu mulai mengenakan jaket kebesarannya yang berwarna putih bersih itu.

"Tunggu, Mama di sini! Jangan ganggu dokter yang lain. Oke?"

Mata Jenna memperlihatkan saat wanita itu menuju ruang prakteknya. Ruang lobi klinik mulai ramai dari kedatangan para pasien yang mulai duduk di ruang tunggu.