Pernikahan Rahasia

Nia terus saja tersenyum sepanjang jalan menuju ruang kerjanya. "Nia" panggilan Adam membuat Nia menghentikan tangannya untuk membuka pintu.

"Eh, iya pa." Nia terkejut melihat papanya entah sejak kapan sudah berdiri di sana. Nia begitu larut dengan pikirannya sehingga tidak menyadari jika papanya mungkin sejak tadi memperhatikannya. Membuat Nia jadi tersipu sendiri.

"Dari mana ? Sudah makan siang ?" tanya Adam pada putrinya. Matanya melihat ke arah boneka yang di peluk oleh Nia.

"Sudah, pa. Baru saja." jawab Nia.

"Baiklah. Papa pergi dulu."

"Ya, pa. Hati-hati." balas Nia.

Adam berjalan menuju lift dengan tersenyum mengingat putrinya. Katanya tidak ada hubungan apa-apa. Tapi sekarang malah tersenyum hanya dengan melihat sebuah boneka. Adam meyakini jika itu merupakan pemberian Marcelino dan juga pasti mereka pergi makan siang bersama. Pasalnya ia dan Hendrawan tadi sempat melihat Marcelino masuk ke ruangan Nia setelah selesai rapat.

Sejak hari itu hubungan Abizar dan Nia menjadi semakin dekat. Hampir setiap malam Abizar akan menghubungi Nia atau hanya berkirim pesan. Seperti malam ini, Abizar tengah asik berbalas pesan dengan Nia, sedangkan teman-teman lainnya sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing di ruangan yang dihiasi gemerlap lampu yang berputar mengikuti alunan musik.

"Hei" seorang teman Abizar yang bernama Tomi menepuk pundaknya membuat Abizar mengalihkan perhatian dari ponselnya. "Sejak tadi kau sibuk dengan hp mu. Kau lihat itu." Tomi menunjuk seorang wanita yang berpakaian seksi yang duduk tak jauh dari mereka. "Dia terus saja memperhatikan mu. Kau tinggal memberinya kode dia akan datang pada mu." ucap Tomi sambil merangkul pundak Abizar.

"Hai. Sorry aku telat." sapa seorang pria. Awan yang baru saja sampai di sana ikut duduk bergabung bersama mereka. Awan merupakan teman dari salah satu temannya Tomi. Sedangkan Abizar datang bersama dengan Tomi. Mereka sudah janji bertemu dan berkumpul malam ini.

Awan yang melihat ada Abizar di sana mengambil tempat duduk di sebelahnya. Karena mereka memiliki persamaan yang sama yaitu tidak minum alkohol. Berbeda dengan teman-temannya yang lain yang akan memesan minuman laknat itu jika mereka sedang berkumpul di bar.

"Bagai mana ? Aku punya pengaman jika kau mau mencobanya." ucap Tomi kepada Abizar. Tomi tau jika Abizar adalah pria baik-baik. Abizar selalu menolak setiap kali Tomi menawarkan seorang wanita.

"Aku tidak tertarik." jawab Abizar.

"Aku penasaran seperti apa seleramu. Jika yang perfek begini kau tidak tertarik." Tomi menelan habis minuman di gelas.

"Hei, apa kau mau ?" Tomi beralih bertanya kepada Awan yang duduk di sebelah Abizar.

"Tidak, terima kasih." jawab Awan menolak.

"Kalau kalian tidak mau, untuk aku saja." dengan semangat Tomi berjalan menuju wanita yang sejak tadi melihat kearah mereka. Abizar dan Awan hanya memperhatikan gelagat temannya itu.

"Apa kau tidak tertarik dengan wanita itu atau dengan semua wanita ?" tanya Awan kepada Abizar yang kini tinggal duduk berdua.

"Setiap laki-laki normal pasti tertarik dengan wanita seksi."

"Jadi kau tidak normal ?" Awan memotong perkataan Abizar membuat laki-laki itu tertawa karena di katakan tidak normal.

"Aku sangat normal. Bahkan aku sudah memiliki istri. Aku mencintainya dan akan setia dengannya." jawab Abizar sambil menuangkan softdrink ke gelasnya.

"Bagaimana dengan mu ?" Abizar balik bertanya kepada Awan.

"Aku sudah memiliki kekasih dan beberapa hari lagi kami akan bertunangan." jawab Awan.

"Aku mengundang mu dan yang lainnya. Datanglah." Awan menyebutkan alamat dan waktu acara pertunangannya yang akan diadakan beberapa hari lagi.

Perhatian Awan kini beralih kearah tiga orang pria yang duduk agak jauh dari mereka. Dua orang pria duduk bersama dengan wanitanya. Sedangkan seorang pria duduk sendiri sambil menikmati minumannya.

Abizar mengikuti arah pandang Awan. "Apa kau mengenalnya ?" tanya Abizar

"Ya. Dia calon tunangan adikku." jawab Awan tanpa mengalihkan pandangannya.