Jelita Sasongko putri satu satunya keluarga Dery Sasongko dipaksa menikah dengan Evan Nugraha pengawal pribadi ayahnya. Jelita harus menikahi Evan selama dua tahun atau seluruh harta ayahnya beralih ke panti asuhan. Demi ketidak relaan meninggalkan kehidupan mewah yang selama ini dia jalani dia setuju menikahi pengawal pribadi ayahnya. Ayahnya berharap selama kurun waktu dua tahun, putrinya akan mencintai Evan.
Akankah keinginan Dery Sasongko terwujud, bagaimana dengan cinta mati Jelita pada sosok Boy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Tubuh Jelita terasa remuk redam. Berbaring diatas dipan tanpa kasur dengan tubuh terikat tali yang melilit sekujur tubuhnya.
sementara mulutnya juga mereka tutup dengan lapban berwarna hitam. Haus dan lapar terasa mendera Jelita, tapi tak ada seorangpun diruangan itu yang bisa dimintai tolong, walau hanya sekedar untuk memberinya segelas air.
Cukup lama Jelita menunggu. Baru tersdengar langkah seorang yang masuk keruangan itu. Lalu terasa oleh Jelita kalau seseorang Membuka ikatan ditubuhnya juga lapban di mulutnya.
Dihadapannya berdiri wanita bertampang tegas. Dengan berani Jelita menatap wanita itu. Sejak peristiwa penusukan Evan dia sedikit terbiasa dengan adegan berbahaya yang melibatkan dirinya secara langsung.
Wanita muda dengan wajah tegas dan garang itu menatap Jelita tajam. "Makanlah." titahnya. Sembari meletakkan nampan berisi nasi dan lauk.
Jelita yang sudah lapar dan haus tak menunggu perintah dua kali langsung melahap makanan yang tersaji didepannya.
Baru setengah nasi dari piringnya yang masuk keperut Jelita. Pintu tuangan itu kembali terbuka, tampak sosok lelaki paruh baya dan wanita muda masuk ke tuangan ini.
"Kau!" seru Jelita dengan mulut penuh berisi nasi. Jemarinya menunjuk lurus kearah wanita muda itu.
Wanita itu tampak mengerutkan keningnya heran. Sebab dia merasa tak pernah bertemu dengan Jelita sebelumnya.
"Kau mengenaliku?" tanya wanita itu pada jelita dengan mimik heran.
"Tentu, kau adalah tunangan masa kecil suamiku bukan?" sahut Jelita datar.
"Ooh jadi Jason sudah memberitahumu tentang aku."
"Siapa Jason?" tanya Jelita dia merasa tak mengenali Jason.
"Jason nama asli suamimu, dan sebentar lagi akan menjadi suamiku. Aku harap kau siapkan mentalmu dari sekarang. Karena tak lama lagi kau akan bergelar janda." ujar wanita itu. Seringai licik mengembang sempurna dibibir indahnya.
Jelita meletakkan piring di tangannya dengan gerakan kasar. Ucapan wanita ini menyulut Emosinya.
Jelita membulatkan matanya, menatap wanita yang menjadi tunangan masa kecil suaminya itu. Hanya demi mewujudkan keinginannya dia sanggup melakukan hal kriminal yang melanggar hukum. Apa lelaki hanya Evan di pulau D?
"Kenapa kamu menatapku begitu, kaget?"
Jelita mencibir, tentu saja kaget. Wanita se-elegan Kalista memiliki pemikiran begitu picik.
"Kaget karena tak menyangka rivalku berpikiran sempit," ejek Jelita.
Sementara lelaki paruh baya yang sedari tadi cuma diam kini mulai angkat bicara. "Cepat hubungi putraku, jangan buang waktu dengan obrolan yang tidak penting." ujar lelaki itu denganekspresi datar dan dingin.
Mendengar kata putaku seketika manik hitam Jelita menatap lelaki paruh baya itu lekat. Sementara salah satu dari mereka melakukan panggilan Video pada Evan.
Tak butuh waktu lama, Evan langsung merespon panggilan yang masuk.
"Ayah." terdengar suara berat Evan diujung telpon. Hati Jelita bergetar seketika, ada rasa rindu menyeruak di dalam hatinya.
"Maaf mengganggu istrahatmu sebentar." ujar pria itu basa basi.
"Tidak apa. Ada masalah apa ayah menghubungiku tengah malam begini?" tanya Evan dengan ekspresi dingin.
"Kenapa bersikap begitu dingin dengan ayahmu. Aku menelponmu hanya ingin memberimu hadiah. Aku yakin kau pasti menyukainya. Lela, seret wanita itu kemari!" titahnya pada wanita yang membawakan nasi untuk Jelita tadi.
Dibantu oleh seorang lagi, wanita yang di panggil Lela mencekal lengan Jelita membawanya mendekat ke Frans.
"Sakit! Kalian bisa pelan dikit gak?!"seru Jelita sembari berusaha melepas tubuhnya dari cekalan si Lela.
"Kau bisa lihat hadiahmu Jason. Untuk sementara dia akan tetap bersamaku. Dia akan pulang bila kau bisa aku ajak bekerja sama. Tapi bila tidak, aku tidak jamin dia bisa pulang." ujarnya dengan seringai licik.
"Baiklah, katakan kerjasama apa yang ayah inginkan?" tanya Evan dengan sangat tenang.
"Nikahi Kalista, jadikan dia istrimu. Umumkan pernikahan kalian di media. Dan pulanglah ke pulau D, setelah menceraikan istrimu tentunya." Jelas Frans.
Evan tampak berpikir sejenak sebelum menyetujui permintaan ayahnya. "Apa dia tidak laku di pulau D. Sampai papa harus memaksaku begini. Ck gadis bodoh begini ayah suruh aku menikahinya, membayangkannya saja sudah membuatku mual." cibir Evan, membuat wajah Kalista bersemu merah. Menahan malu dan marah.
"Jaga bicaramu Jason! Kau lupa istrimu ada padaku?!" bentak Frans. Manik hitamnya memberi kode pada Lela agar memberi sedikit siksaan pada Jelita.
Dengan gerakan kasar Lela menarik rambut panjang jelita kebelakang. Teriakan kesakitan seketika terdengar keluar dari bibir Jelita.
"Auuu sakit!"
"Hentikan ayah! Jangan berani menyentuhnya. Kalau kau berani melukai dia sedikit saja. Tidak akan ada inginmu yang terkabulkan!" Ancam Evan geram. Raungan kesakitan dari jelita membakar hatinya. Berani sekali mereka menyakiti wanita kesayanggannya. Lihat saja nanti apa yang akan dia lakukan pada dua orang tak tau diri itu!
"Kau boleh atur pernikahanku dengan Kalista. Tapi ingat, pulangkan Jelita dengan selamat, tampa tergores sedikit pun!" ujar Evan.
"Evan! aku tidak sudi kau menikahi dia!" Pekik Jelita berang.
Tapi Evan seakan tak mendengar teriakan Jelita, membuat Jelita semakin histeris. Kalau tidak diancam oleh Evan Frans pasti sudah menyumpal mulut lebar Jelita.
"Baiklah Jason, aku akan hubungi kamu lagi nanti."
"Tunggu ayah. Aku mau malam ini tempatkan Jelita di tempat terbaik. Bukan ditempat seperti ini!"
"Baiklah, aku pastikan Jelita dapat layanan terbaik malam ini. Jason aku sudahi dulu, aku masih banyak pekerjaan." ujar Frans sembari memutus panggilan.
"Tuan yakin pada ucapan Jason?" tanya Kalista pada Frans. Dia seakan ragu pada keputusan Evan yang terdengar begitu mudah menyetujui persyaratan Frans.
"Jangan hawatir, aku sudah menempatkan orangku disisi Jason." sahut Frans. Kalista menarik napas lega. Sementara Jelita mengepal geram. Awas saja kalau sampai Evan berani menikahi Kalista!
***
Markas terlihat hiruk pikuk. Beberapa orang sibuk didepan monitor besar yang ada didepan mereka. Mereka sedang mencari keberadaan Jelita melalui alat pelacak yang terpasang di liontin yang dipakai oleh Jelita.
Sementara Evan duduk di sofa sembari menatap layar ponselnya dengan mata berkaca. Tak sampai hati rasanya dia mendengar teriakan kesakitan Jelita tadi. Hatinya sakit dan marah saat ini, mereka terlalu bodoh berani menyentuh Jelita demi keinginan gila mereka.
Tapi kemudian senyum tipis terukir dibibir merahnya. Teringat olehnya segala sumpah serapah yang di teriakan Jelita tadi. Saat dia setuju dengan sarat Frans.
"Gadis bodoh! kau percaya aku akan menikahi Kalista? keterlaluan." gumam Evan sembari menyentuh layar ponselnya dengan jari.
Ayah Evan memang ingin menjadikan Evan sebagai ahli waris sebagian asetnya. Sebab sebagian aset itu adalah milik almarhum ibunya Evan. Ayah Evan pernah mengutarakan niatnya dulu. Tapi Evan menolak mentah-mentah keinginan ayahnya.
"Sudah ketemu tuan!" Seru anak buah Evan di ujung ruangan. Membuyarkan lamunan Evan seketika.
"Bagus! Kirim pasukan bayangan kesana. Pantau dari dekat, tapi jangan lakukan apapun sebelum ada perintah dariku."
"Kenapa harus memakai mereka tuan. Pasukan kita disini masih mamapu menangani musuh."
Evan menatap bola mata anak buahnya dengan tatapan menghunus tajam. "Membawanya pulang tanpa tergores sedikitpun. Itu misi mereka. Sementara kita disini mengalikan perhatian mereka. Frans sudah menempatkan beberapa orangnya disekitar kita. Sedikit gerakan saja bisa berbahaya bagi istriku. Dan aku tak mau ambil resiko itu."
"Maaf tuan."
"Tidak apa. Pantau terus pergerakan mereka. Jangan sampai ada yang terlewat."
"Baik tuan."
Evan menarik napas dalam. Ada sedikit kelegaan saat tau Jelita jaruh ketangan Frans. Setidaknya kemungkinannya Jelita terluka sangat kecil. Dan lagi Evan mengetahui titik-titik kekuatan Frans terletak dimana saja. Sebab beberapa tahun ini dia memantau segala pergerakan Frans dan dua putranya. Sangat mudah baginya melumpuhkan basis kekuatan Frans saat ini. Tapi bukan itu yang jadi tujuan Evan. Dia hanya ingin memberi kedua orang itu pelajaran berharga samapai mereka Jera.
To be continuous