Anna bukan janda, aku tahu semuanya
tapi aku tak bisa mengatakan itu padanya
aku takut dia justru akan pergi dari ku setelah tahu semuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Tentu saja Anna punya moment moment yang membuatnya mungkin jatuh hati pada Abel.
Seperti saat dia sakit demam, Abel merawatnya dengan lembut. Bahkan tidak berani berteriak-teriak untuk beberapa hari.
Anna menatap Abel yang masih mendongak padanya.
"Tidak... " jawab Anna tanpa berkedip.
Abel menaruh semua kembali ke kotak P3K, dia juga menaruhnya kembali ke kamar mandi. Kemudian langsung pergi keluar dari kamar Anna.
Anna sendiri menganga.
"Semudah itu? " gumamnya.
Merasa Abel tak berusaha memintanya untuk berpikir lagi.
"Tidak Anna, ini lebih bagus. Akan ada banyak alasan untuk resign. Perasaan pribadi mulai bercampur dengan hubungan profesional, alasan yang bagus" ucap Anna pada dirinya sendiri.
Sementara itu Abel di kamarnya, mondar mandir tak tentu arah. Berpikir bagaimana cara untuk meyakinkan Anna agar bisa menyukai nya.
**
Kembali dari Surabaya, Anna sudah siap dengan surat pengunduran diri di tangannya.
Viona datang untuk meyakinkannya untuk berpikir lagi.
"Kau benar-benar lupa dengan si kembar? Bagaimana kau akan mengurus biaya masuk sekolah sampai perguruan tinggi nanti Na! " Viona menggenggam tangannya.
"Aku sudah memikirkannya, aku lupa, aku sudah 10 tahun bekerja, aku banyak tabungan, anak-anak juga sudah ku buatkan tabungan" ucap Anna seraya menepuk dadanya sendiri.
"Hmmm, aku benar-benar tidak yakin dengan keputusan yang kamu ambil ini" ucap Viona.
"Sudahlah, Pak Zidan nanti nyari kamu, sana pergi! " Anna mengibaskan tangannya menyuruh Viona pergi.
Akhirnya Viona menyerah, dia kembali ke mejanya di dekat ruang kerja Zidan.
Anna menatap pintu ruang kerja Abel, kemudian berdiri.
Tok.. tok... tok...
Kali ini suara ketukannya sedikit kuat.
"Masuklah! " seru Abel.
Anna masuk dan mendekati meja Abel.
"Letakkan suratnya di sini, aku menyetujui pengunduran diri kamu, tapi kamu harus bantu seleksi orang baru dan mengajarkannya sampai benar-benar bisa menghandle seperti yang kamu lakukan" ucap Abel setelah melihat surat di tangan Anna.
"Tapi Pak, sampai berapa lama? saya takut akan butuh waktu lama untuk itu" ucap Anna tidak yakin karena memang apa yang dia handle seharunya mungkin dikerjakan 2 sampai 3 orang.
"Makanya seleksi, kamu pilih mana yang cocok untuk jadi asisten sekaligus sekretaris ku" ucap Abel seraya menggosok kedua tangannya di depan wajahnya.
Anna terdiam.
'menyesal gue pikir dia baik mau menerima resign nya gue, ehhh malah minta seleksi seleksi segala' gumam hati Anna.
"Kenapa mendelik? Tidak mau? Ya jangan resign! " ucap Abel.
"Ya Pak, saya mau" jawab Anna jelas terpaksa.
Anna berbalik.
"Mau kemana? " tanya Abel.
"Buat iklan untuk seleksi calon sekretaris yang baru" jawab Anna tanpa menoleh.
Abel menghela.
"Mudah sekali kamu setuju hanya agar bisa pergi dari ku secepatnya" gumam Abel.
**
Berita tentang seleksi calon sekretaris presdir yang baru menyebar dengan cepat. Otomatis semua membicarakan Anna yang akhirnya menyerah terus mengabdi pada Abel.
Beberapa dari mereka kecewa dengan pengunduran dirinya, yang mereka anggap kesetiaannya berakhir tragis. Mengundurkan diri, bukan pensiun.
Adapun yang menyeringai, memang merasa bahwa Anna mendapatkan posisi itu hanya karena paras cantiknya saja. Dan selalu menyimpulkan bahwa Anna hanya mengikat Abel dalam pekerjaan.
Anna berjalan cepat setelah memberitahu HRD tentang lowongan untuk posisinya itu.
"Anna! " seru Stevan dari arah lift.
Mata Anna terpejam dan wajah merengut, kenal dengan suara itu dan merasa sedang diteror.
"Kenapa dia kemari? " gumam Anna kesal.
"Hei... aku panggil kamu ko ga noleh! " keluh Stevan.
"Hmmm... ada apa? " tanya Anna sambil terus berjalan.
"Ayo candlelight dinner malam ini" ajak Stevan.
Beberapa karyawan yang mendengar langsung tercengang dan menggosipkan mereka.
"Kenapa malam ini? Tidak bisa... " tolak Anna.
"Kenapa tidak bisa, bukankah ku sudah janji! " Stevan meraih lengan Anna.
Anna menatapnya.
"Aku sudah serahkan pengunduran diri, tidak candlelight dinner segala.. " keluh Anna tetap tak mau.
"Ok, ini hanya untuk merayakan bahwa klinik baru itu akan benar-benar dibangun" ucap Stevan.
Anna menutup mulutnya sehingga dia mendekat. Dia mendorong Stevan ke tangga darurat.
Stevan merasa tindakan Anna sangat romantis, dia meraih pinggang Anna untuk memanfaatkan situasi.
"Apa sih! " Anna menampar tangan Stevan.
"Bukannya kamu dorong aku biar kita bisa ciuman di sini? " Stevan melihat ke sekitar.
"Enak aja! " Anna mencubit lengannya.
"Sakiit! " keluh Stevan.
"Jangan bicarakan itu sama Pak Abel, dia sudah sangat sedang baik karena menerima pengunduran diri gue, jangan sampai dia ngamuk karena tahu gue mau buka klinik" Anna bicara dengan berbisik.
"Kenapa dia harus marah? Kamu punya hak untuk melakukan apapun setelah resign" ucap Stevan.
Anna tertegun, merasa ucapan Stevan ada benarnya. Tapi dia bertanya-tanya dalam hati, mengapa selalu takut Abel kecewa padanya.
"Hei...! " Stevan menjentikkan jarinya di depan Anna.
Anna membulatkan matanya.
"Ini nih yang paling aku tidak suka, kamu sering tertegun, apa sih yang dipikirkan? " Stevan menancapkan kedua tangannya di pinggang.
"Ngga ada, mau ngapain sih kesini? Ga mungkin kan cuma mau ngajak makan malem" ucap Anna seraya membuka pintu.
"Mau ketemu sama Abel, papa minta dia ke rumah" jawab Stevan seraya berjalan beriringan dengannya.
"Dokter Frans? " Anna berhenti melangkah.
"Iya sayangku... ! " Stevan mengusap kepala Anna.
Abel yang sedang mencari Anna, melihat tindakan Stevan. Tangannya mengepal seolah akan langsung ditinjukan ke wajahnya.
"Hai bro! " sapa Stevan.
"Hmm" jawab Abel singkat sembari menunjukkan berkas ke arah Anna.
"Ini periksa lagi, bilang ke orang lapangan untuk telpon sekarang.... "
Abel menatap Stevan.
".. ngga deh, abis dia pergi aja" lanjut Abel melirik ke arah Stevan.
"Baik Pak! " jawab Anna lalu mengambil berkasnya.
"Sayang, aku masuk dulu ya! " ucap Stevan pada Anna.
Anna hanya tersenyum.
Stevan masuk, di susul Abel yang memperhatikan raut wajah Anna yang biasa saja dirayu Stevan.
Stevan duduk bertumpang kaki.
"Ada apa? " tanya Abel sambil berdiri.
"Papa sakit, tapi sakit biasa, di rumah" ucap Stevan.
"Kenapa? " Abel khawatir.
"Sakit biasa, tapi dia pengen ketemu katanya" ucap Stevan.
"Ok, malam ini aku ke rumah" Abel langsung berjalan ke mejanya mengambil telpon.
"Anna, batalkan pertemuan malam ini, kita ke rumah Dokter Frans" ucap Abel.
Stevan mengangkat kedua alisnya, merasa respon Abel yang sangat cemas terhadap pesan yang dia sampaikan.
"Ok, sudah. Nanti malam aku dengan Anna ke rumah mu" ucap Abel.
"Thanks bro, aku suka respon mu ke papa, great! " Stevan mengacungkan dua jempolnya.
"Tidak masalah selama itu papa mu" jawab Abel.
Stevan tersenyum.
Mereka sebenarnya tidak terlalu akrab, tapi karena Anna tinggal bersama dengannya, Stevan jadi selalu mau menjadi perantara untuk papanya.
\=\=\=\=\=\=\=>>>