NovelToon NovelToon
Balas Dendam Si Pecundang

Balas Dendam Si Pecundang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tama dibenci

Tama membawa Zelena ke rumah sakit. Tidak ada seorang pun dari keluarga Zelena yang tahu. Tama hanya menelepon Amira dan memintanya untuk datang ke rumah sakit sekarang. Sementara Amira? Dia memberitahu semuanya kepada Kenzo, termasuk bukti foto-foto yang sempat ia ambil tadi.

Kenzo segera menuju rumah sakit setelah menerima pesan dari Amira, dan ia juga menelepon Leon. Menjaga Zelena adalah tugas Leon, namun sejak kemarin dia tidak ada kabar. Untungnya, malam ini Leon bisa dihubungi.

Di rumah sakit,

Tama tidak diberi izin masuk ke dalam ruangan tempat Zelena dirawat, sepertinya kondisi Zelena memang cukup buruk.

"Sampai di sini saja, ya. Dan tolong segera hubungi orang tua teman kamu ini, karena tindak lanjut dari pihak rumah sakit memerlukan persetujuan orang tua," ucap suster yang menahan Tama agar tidak masuk.

Tama duduk di kursi tunggu. Ia mengusap wajahnya kasar dengan kedua telapak tangannya, tidak tahu harus berbuat apa.

“Apa yang harus aku lakukan? Harusnya aku tetap bersama Zelena tadi,” ucap Tama pelan.

Tama duduk sendirian di sana selama kurang lebih dua puluh menit. Karena lalu lintas kota yang macet, Amira dan Kenzo datang terlambat.

Seorang dokter keluar tergesa dari ruangan Zelena dan menatap Tama, karena hanya dia yang ada di sana.

“Di mana pendamping kalian? Saya perlu bertanya seputar obat Zelena,” tanya dokter kepada Tama.

Tama tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya diam, tatapan matanya bingung.

Hingga…

“Saya adalah walinya. Dokter bisa mengatakan semuanya pada saya,” ucap Leon dengan suara terbata-bata dan napas tersengal-sengal.

Dokter menatap Leon. “Zelena sudah dua hari tidak minum obatnya. Dan dia tadi berada di tempat ramai, itu membuat dia kelelahan. Energinya terkuras habis,” jelas dokter.

Leon terkejut. “Dua hari dia tidak minum obat?” tatapnya ke arah dokter yang berdiri di hadapannya.

Saat Leon dan dokter sedang berbicara, Amira datang. Ia heran karena yang datang adalah Leon, bukan Kenzo.

Amira langsung berdiri di samping Tama dan menggandeng tangan Tama. “Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja,” ucapnya berusaha menenangkan Tama.

“Sebainya Zelena tetap berada di lingkungan yang aman. Untuk hari ini dan beberapa hari ke depan, lebih baik Zelena tetap dirawat di rumah sakit,” saran dari dokter yang terdengar jelas oleh semua orang di sana.

Leon menghela napas lega karena sekarang Zelena hanya butuh istirahat.

“Baik, Dokter. Terima kasih atas saran dan kerja kerasnya,” ucap Leon.

Setelah dokter pergi, Kenzo sampai di rumah sakit dan langsung melihat Tama. Saat ini matanya hanya tertuju pada Tama.

“Apa yang kau lakukan pada Zelena? Kau adalah temannya, tapi kau pacaran dengannya?” teriak Kenzo, lalu menarik kerah baju Tama yang saat itu sedang bersama Amira.

Tama diam saja, sama sekali tidak menjawab.

“Katakan! Kenapa kau pacaran dengannya?” Kenzo berteriak lagi.

Leon menatap Kenzo. “Kenzo, tenangkan dirimu. Kita sedang berada di rumah sakit. Dan… apa maksudmu pacaran?” Leon melirik tajam ke arah Tama yang tidak bisa berkata apa-apa.

Kenzo melepaskan kerah baju Tama. “Dia berduaan dengan Zelena di luar gedung acara mereka malam ini. Itu membuat Zelena tidak nyaman sampai akhirnya jadi begini! Dan dia pacaran dengan Zelena sahabatnya sendiri!” ujar Kenzo penuh emosi.

Leon mengepalkan kedua tangannya, namun menahannya karena hubungan dirinya dan Zelena tidak boleh diketahui orang lain.

“Baiklah, kita masuk ke dalam dulu. Tenangkan dirimu,” ucap Leon sambil membawa Kenzo masuk ke ruang rawat Zelena yang kini sudah bisa dijenguk.

“Aku akan kembali, aku ke toilet dulu,” ucap Tama pada Amira, karena hanya mereka berdua yang masih di luar ruangan.

Amira hanya diam, menatap Tama yang sudah menjauh di lorong rumah sakit.

Di dalam ruang rawat Zelena,

Kenzo duduk dan menatap tajam ke arah adiknya yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit.

“Aku tidak akan bertanya kenapa kau bisa seperti ini. Tapi aku ingin tahu, apa hubunganmu dengan Tama?” ucap Kenzo, menatap serius.

Zelena terdiam. Sesekali ia menatap Leon yang juga berada di ruangan.

“Jawab, Zelena. Jika kau tidak menjawab, maka akan aku katakan pada Ayah bahwa kau tidak minum obat dan pacaran dengan sahabatmu sendiri!” nada bicara Kenzo mulai meninggi.

Zelena menatap kakaknya. “Kakak, jangan membuat semuanya menjadi rumit. Aku tahu minum obat adalah kewajibanku. Aku siap dihukum asalkan kakak tidak bilang apa-apa pada Ayah,” jelas Zelena.

Kenzo mendekat. “Ya, kau hanya menjawab satu dari dua pertanyaanku. Sekarang jawab pertanyaan pertama: apa hubunganmu dengan Tama?” tatapnya tajam.

Zelena tidak bisa menghindar. Ia tahu, mungkin akan mendapat amarah lebih besar setelah ini.

“Ya, aku pacaran dengan dia. Itu karena…” Zelena tak melanjutkan ucapannya karena Kenzo memotong.

“Haha, keji sekali kau, Zelena. Dia sahabatmu, dan aku percaya kalian hanya teman. Aku percaya dia bisa menjaga dirimu. Sial…” geram Kenzo, marah pada dirinya sendiri.

Zelena menatap Leon. “Aku tidak bermaksud, Kak. Aku hanya…”

“Putuskan dia! Pernikahanmu dan Leon sudah ditetapkan. Karena kau sudah tamat, kau tidak bisa menjalani hubungan dengan dua pria sekaligus,” ucap Kenzo tegas.

Ternyata, saat itu Amira masih berdiri di depan pintu dan hendak masuk. Ia mendengar semuanya. Mendengar dengan jelas.

“Menikah?” bisik Amira dari luar ruangan.

“Malam ini Leon akan menjagamu. Aku akan pergi menyusul Ayah. Dan karena kau sudah jujur, aku tidak akan mengatakan apa pun pada Ayah,” sambung Kenzo.

Zelena menatap Leon. Ia sama sekali tidak bisa berkutik.

Kenzo keluar dari ruangan rawat karena merasa sudah aman meninggalkan Zelena bersama Leon.

Saat membuka pintu, Kenzo melihat Amira yang masih berdiri di depan ruangan.

“Masuklah, Amira. Kenapa kau diam saja di luar?” tanya Kenzo.

Amira menatap Kenzo. “Iya, Kak. Aku lagi nunggu Tama,” jawabnya.

“Jangan pernah bawa Tama masuk ke dalam. Jangan sampai aku melihat mereka bersama lagi,” jelas Kenzo lantang.

Sementara di dalam ruang rawat Zelena,

Leon sedang menyiapkan tempat tidurnya dan menyusun makanan yang dibawa Kenzo. Suasana hening. Zelena merasa canggung ingin berbicara.

Leon bersiap tidur dan mematikan lampu ruangan.

“Kak?” panggil Zelena saat lampu sudah padam.

“Hmm?” jawab Leon singkat, khawatir Zelena membutuhkan sesuatu.

Zelena duduk dan menatap Leon yang masih berbaring di sofa. “Aku dan Tama sebenarnya…”

“Tidak perlu menjelaskan semuanya jika kau belum siap. Masih ada waktu untuk membatalkan pernikahan ini,” ucap Leon pelan. Entah apa yang ia pikirkan saat ini. Apakah dia cemburu? Atau ada rencana lain?

Zelena langsung menukas, “Tidak, Kak. Aku mau jelaskan semuanya. Aku sudah siap. Hanya saja… ruangannya gelap.”

Leon menyalakan lampu dan mendekati Zelena. Ia duduk tepat di hadapannya.

“Ya, katakan sekarang. Jelaskan apa yang perlu kau jelaskan,” ucap Leon dengan sabar.

Zelena menatap wajah Leon. Ada memar di sana.

“Aku dan Tama memang pacaran. Aku menerimanya karena dia menyatakan perasaannya di depan semua orang. Aku tidak mau sahabatku merasa malu karena aku menolaknya,” ucap Zelena, lalu diam.

Leon hanya mengangguk, seolah tak percaya.

“Kau tidak percaya?” tanya Zelena.

“Apakah ada bukti kalau kau tidak menerimanya karena benar-benar tidak suka?” tanya Leon lagi.

“Aku menyukai orang lain,” ucap Zelena, ragu tapi yakin.

“Hmm. Siapa orang lain itu?” Leon menatap wajahnya, seperti sedang menggoda.

Zelena menatap bibir Leon. Ia menarik kerah baju Leon dan mengecup bibirnya pelan.

“Kau,” ucapnya setelah kecupan itu.

Hai teman-teman, selamat membaca karya aku ya, semoga kalian suka dan enjoy, jangan lupa like kalau kalian suka sama cerita nya, share juga ke teman-teman kalian yang suka membaca novel, dan nantikan setiap bab yang bakal terus update,

salam hangat author, Untuk lebih lanjut lagi, kalian bisa ke Ig viola.13.22.26

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!