Gadis Tiga Karakter ini adalah novel kedua.
Perjalanan seorang gadis yang menagih janji orang yang membunuh orang tuanya.
Rani nama gadis itu.
Dalam usahanya dibantu Kakak dan Orang tua angkatnya.Yang mengharuskannya tidak menjadi dirinya sendiri.
Si Culun,gadis bertopeng dan si cantik
Itulah karakter yang harus dijalaninya.
Ada kisah cinta yang tak terbalas,cinta yang butuh kepastian dan ada misteri serta rahasia yang harus diungkapkan.
Full action dalam menghadapi lawannya.
Yuk ikuti ceritanya.,😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli kiranawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Pemancingan om Jordy
"Ma'af kak, dan ma'af semuanya." kata Rani yang tak enak hati.
"Hayo kenalan dulu sama Papa!" ajak nyonya Lani yang menarik lengan Rani untuk mendekat pada sesosok yang belum dikenal Rani.
Gadis itu pun melihat sesosok laki-laki setengah baya tapi masih terlihat aura ketampanannya yang bangkit dari duduknya.
Rani menghampiri laki-laki itu dan kemudian mencium punggung tangan laki-laki setengah baya itu.
"Apakah anda Papa Wibowo?" tanya Rani.
"Iya, Rani putriku." jawab laki-laki yang menjadi papa angkat Rani yang bernama Wibowo itu, yang kemudian memeluk Rani.
"Dia mirip Ayahnya." kata tuan Wibowo pada nyonya Lani.
"Iya Pa, mirip Satya dan Raditya wajahnya mirip Ibunya." kata nyonya Lani yang membenarkan dan tak terasa dia berlinang air mata.
Mereka pun saling berpelukan untuk menghalau rasa haru yang sekaran ini melanda keluarga itu.
"Cepat mandi dan dandan yang cantik. Kamu pake identitas Rana sekarang!" seru Raditya pada saat mereka telah melepaskan pelukan mereka.
"Siap bos!" balas Rani dengan tangan kanan di dahi seperti perwira yang sedang memberi hormat.
Raditya, nyonya Lani dan tuan Wibowo mengulas senyumnya, kemudian Rani melangkahkan kaki menuju ke kamarnya untuk membersihkan dirinya.
Setelah selesai mandi, Rani mulai berdandan sesuai apa yang diajarkan oleh Nyonya Lani. Kali ini dia memakai dress merah muda dengan bando berwarna merah muda juga. Dengan sepatu highheels yang sudah berada di tempat sepatunya, dan ternyata sepatu itu dibelikan oleh Nyonya Lani.
Setelah selesai dengan rangkaian itu, Rani keluar dari kamarnya dan melangkahkan kakinya menuju ke tangga. Saat menuruni tangga, semua mata menatap Rani.
"Wow! Bidadari Surgawi turun dari lantai dua kediaman Papa Wibowo!" seru Raditya menggelengkan kepala sambil tepuk tangan yang mengagumi dandanan adiknya, secara baru kemarin dia belajar dari nyonya Lani.
Demikian pula dengan tuan Wibowo yang memandang dengan haru dan juga nyonya Lani yang menangis karena terharu juga.
"Eh,, Apa ada yang salah denganku?" tanya Raniyang sudah turun dari tangga dan merasa kurang percaya diri, sambil melihat pakaiannya.
"Tidak sayang, kamu cantik sekali." kata nyonya Lani sambil memeluk Rani.
"Anak mama cantik sekali, seperti ibunya." bisik nyonya Lani.
"Eh, mama!" kata Rani yang ikut terharu.
"Sudah siap semua?" tanya tuan Wibowo.
"Iya pa." jawab Rani, nyonya Lani dan Raditya dengan serempak.
"Bibi, tolong jaga rumah ya! kami akan makan malam di luar rumah, jadi jangan masak buat kami." kata tuan Wibowo pada asisten rumah tangganya.
"Iya tuan." jawab Asisten rumah tangga itu dengan hormat.
Mereka melangkahkan kaki menuju keluar rumah dan mendekati mobil yang sudah disiapkan oleh Satpam mereka.
Mereka berempat segera naik ke mobil, dan Raditya memegang kemudi sementara tuan Wibowo disampingnya. Sedangkan Rani dan Mama Lani di kursi belakang.
Raditya melajukan mobilnya keluar halaman dengan pelan-pelan meninggalkan rumah.
"Kita kemana Pa?" tanya Raditya yang sembari mengemudi.
"Pemancingannya om Jordy, Dia sahabat sekaligus customer terbaik toko kita." jawab tuan Wibowo.
"Ok Pa!" jawab Raditya sambil terus mengemudi.
"Rani bagaiimana pengalamanmu hari ini ke sekolah dengan naik sepeda kayuh?" tanya Raditya.
"Luaaar biaaasaa!" jawab Rani. sambil mengulas senyumnya.
"Senang sekali rupanya? jadi penasaran, ceritakan dong!" pinta Raditya.
"Iya, Mama juga penasaran." timpal nyonya Lani.
"Baik-baiklah, Rani mau cerita! Waktu berangkat sekolah, nggak sengaja Rani melihat Dio dipukuli geng Srigala. Awalnya sih Rani cuekin, eh Rani lihat Sersan Saga di sebuah toko yang baru kerampokan.Trus sebagian gerombolan itu dilumpuhkan oleh Sersan Saga" cerita Rani.
"Dan sebagian lagi dilumpuhkan Ran si gadis bertopeng. Benar kan?" dugaan Raditya.
"He..he..seratus buat kak Radit!" seru Rani sambil tersenyum.
"Dio dibawa kerumah sakit, dan Rani ke sekolah diantarkan oleh Sersan Saga. Pulangnya juga di jemput Sersan Saga, lalu Rani diantarkan menjenguk Dio dan ditraktir makan Bakso sama Sersan Saga." lanjut cerita Rani sambil tersenyum.
"Widih! borongan, ha...ha...ha...!" goda Raditya yang sesekali melirik ke arah belakang.
"Biarin asal sama Sersan Saga nggak apa-apalah! he...he..he...!" kata Rani sambil tersenyum dan memerahlah kedua pipinya.
"Kayaknya seru sekali cerita kita kalah ya Pa sama cerita anak-anak sekarang." kata mama Lani yang menepuk bahu suaminya.
"Iya, tapi kewajibanmu jangan lupa lho Ran!" seru tuan Wibowo yang mengingatkan.
"Iya Pa." jawab Rani.
Dalam perjalanan mereka penuh dengan sendau gurau dan juga cerita pengalaman tuan Wibowo di luar kota.
Tanpa terasa mereka telah sampai di Pemancingan milik Tuan Jordy. Setelah memarkirkan mobil, mereka bergegas masuk ke pemancingan.
"Papa Mama, Radit mau memancing dulu ya!" ijin Raditya.
"Ajak adikmu Dit, Papa Mama mau pacaran dulu. He...he...he...!" seru nyonya Wibowo.
"Papa....!" panggil nyonya Lani sambil memukul pelan lengan tuan Wibowo dengan rona pipinya yang memerah.
"Baik pa!" jawab Raditya.
"Ayo Ran, kita pinjam alat pancing dulu." ajak Raditya.
"Iya kak!" balas Rani dan keduanya melangkahkan kaki menuju ke tempat peminjaman alat memancing.
Dan setelah urusan alat pancing dan umpan selesai, Mereka membeli makanan ringan dan minuman untuk bekal memancing. Kemudian segera mencari tempat yang nyaman buat memancing.
"Kak ramai juga ya tempat ini." kata Rani seraya menebarkan pandangannya ke sekitar tempat itu dan memang suasana sedang ramai.
"Iya." jawab Raditya yang sudah menemukan tempat yang nyaman buat memancing, lantas dia memasang umpan pancing dan kemudian melemparkan ke kolam.
"Oya, nanti kirimi aku nomor ponselnya Sersan Saga. Kan kalau sama adikku harus ijin Kakaknya dulu dong!" canda Raditya.
"Kak Radit bercanda saja nih! Rani kan belum ada hubungan spesial sama sersan Saga." kata Rani yang mengerucutkan mulutnya.
"Ha...ha...ha...!"
Radit pun tertawa senang karena berhasil membuat adiknya kesal. Tiba-tiba saja kailnya bergerak-gerak.
"Kak! dapat itu, cepat ditarik!" seru Rani, dan Raditya pun segera menariknya.
"Ah, dapaaat!" seru Raditya yang sudah mampir menarik kailnya dan Rani ikut bersorak gembira.
"Wah, asyik! Semoga kita dapat lagi!" seru Rani dengan kedua mata yang berbinar-binar.
"Akhirnya satu ekor patin masuk ke dalam ember!" seru Raditya yang kemudian memasang umpan lagi dan melemparkannya ke dalam kolam.
"Kak!" panggil Rani
"Hm...!" jawaban Raditya yang hanya berdehem, karena sedang berkonsentrasi pada alat pancingnya..
"Sersan Saga minta ketemuan sama Ran. Katanya ada misi khusus, menurut kak Radit bagaimana sebaiknya?" tanya Rani yang penasaran.
"Misi khusus? apa ya kira-kira? aku jadi penasaran ya?" tanya Raditya yang juga tak kalah penasaran.
"Entahlah kak!" kata Rani yang bimbang.
"Terima aja Ran, Kapan-kapan buat janjian sama Sersan Saga." saran Raditya.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Gadis Tiga Karakter ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana Wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...