Dokter Cantik milik tuan mafia...
Di tengah malam yang sunyi dan hujan yang tak henti mengguyur kota, Flo seorang dokter muda yang baru saja di pindah tugaskan dari rumah sakit besar ke klinik kecil pinggiran kota, tanpa sengaja menemukan seorang pria tergeletak di tepi jalan bersimbah darah namun masih bernapas.
Pria itu misterius tanpa identitas jelas, hanya mengenakan jaket kulit hitam yang robek di bagian bahu, dan luka tembak di sisi tubuhnya, masih berdarah. Dengan naluri seorang dokternya meronta, dan tak bisa tinggal diam.
Flo membawanya ke rumahnya karena saat itu klinik tempat ia bekerja sudah tutup.Flo pun menolongnya.
sepanjang malam, ia hanya bisa menahan napas di antara rasa takut dan tanggung jawab.
Namun, siapa sangka, pria itu bukan orang biasa. Namanya Gilhan Alfaro seorang mantan agen intel yang kini diburu oleh orang-orang dari masa lalunya.
Luka yang ia bawa bukan hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya yang penuh rahasia, dendam, dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29 chip rahasia
Malam itu Kota Selara berubah jadi medan amuk yang sunyi tapi penuh ketegangan.
Berbekal peta strategi yang dicuri Flo ,tim Gilhan bergerak seperti bayangan.
menyelinap ke jalur suplai, memotong komunikasi lawan, dan memancing pasukan Black Serpent ke dalam jebakan berlapis yang sudah disiapkan.
Langkah demi langkah, mereka merebut gudang amunisi, memutus jalur pelarian, dan menggulung kelompok-kelompok kecil musuh sebelum pasukan utama sempat berkumpul.
Flo,dari tengah barisan memberi instruksi medis dan intel realtime. Gilhan memimpin serangan langsung, presisi dan tanpa kompromi.
Saat fajar mulai pucat, kemenangan berpihak pada mereka.
Banyak anak buah Damar yang ditangkap hidup-hidup, beberapa lainnya melarikan diri terpencar. Di antara puing dan asap yang menipis, Gilhan dan Flo berdiri berhadap-hadapan, napas berat, tubuh penuh luka tetapi mata memancarkan ketegasan.
"Kita berhasil… untuk sekarang," ujar Flo, suaranya pecah tetapi tegas.
Gilhan hanya mengangguk.
"Ini bukan soal menang malam ini. Ini soal memastikan chip itu tidak lagi jadi kutukan."
Di dalam ruangan aman yang sudah lama disiapkan di bawah gudang, Reno membuka kotak logam kecil tempat ia menyimpan chip benda seukuran koin yang sudah menimbulkan begitu banyak darah.
Di tangan Flo, benda itu berkilau dingin seperti janji buruk.
Gilhan mengeluarkan benda itu dari sakunya sebuah kalung hitam pita kulit sederhana yang menggantungkan sebuah liontin perak kecil. Di sisi liontin, terukir kode samar: **RM 07**. Kalung itu bukan sekadar perhiasan,selama ini, benda itu adalah penanda kunci untuk menyerahkan chip kepada pihak yang dipercaya Gilhan sebagai "yang seharusnya".
"Kalung ini diberikan padaku dulu oleh seseorang dari Project Seraph," Reno menjelaskan. "Mereka bilang, kalau chip harus dipindahkan, simpan di liontin itu dan serahkan pada yang punya kode **RM 27**.
Bukan sembarang lembaga — seseorang yang berusaha menebus kesalahan proyek itu."
Flo menatap liontin itu, lalu menatap Gilhan, jujur ia tidak mengerti lambang dan kode yang tertulis di sana ia hanya mengangguk mencoba untuk percaya sepenuhnya kepada Gilhan
"Kamu yakin masih ada yang bisa dipercaya Han..?"
Gilhan menutup mata sejenak. "Aku tak yakin 100%. Tapi aku lebih takut kalau chip tetap berada di tangan kita, atau jatuh ke tangan Raze dan Damar.
Kalau ada celah untuk menempatkannya ke tangan yang benar, aku akan memilih nya..!!"
Mereka menaruh chip ke dalam rongga kecil liontin.
Suara klak kecil menutup logam itu seperti menutup bab gelap. Gilhan mengenakan kalung itu, kemudian menaruh pita hitamnya di lehernya sendiri, bukan untuk dipakai selamanya, tapi sebagai tanda bahwa misi berikutnya harus segera dilakukan menemukan pemilik kode **RM 27**
Kabar kemenangan cepat tersebar, tapi bukan tanpa dampak.
Dari reruntuhan serangan terdengar bisik Damar masih hidup, Raze marah, dan pasukan bayaran baru sedang digalang. Reno tahu,menyerahkan chip ke "yang seharusnya" berarti menempuh rute berbahaya mungkin sebuah pertemuan tertutup dengan pihak yang selama ini bekerja di balik layar, mungkin juga konfrontasi baru.
Sebelum mereka berangkat. Gilhan memandang Flo
"Kalau segala sesuatunya salah… kau tahu apa yang harus dilakukan, Flo....?"
Flo mengangkat bahu, matanya penuh kepastian.
"Aku sudah berjanji. Kalau chip itu akan menjadi akhir dari segalanya, aku yang akan pastikan ia hancur.
Tapi kalau masih ada kesempatan lain kita coba dulu." ucap Flo dengan tegas.
Mereka meninggalkan Kota Selara malam itu juga ,bergerak diam menuju titik pertemuan yang samar, membawa liontin RM 07 yang kini memegang masa depan bukan hanya hidup mereka, tapi nasib banyak orang.
Di belakang, bayang-bayang Damar merapuh menjadi ancaman yang mengumpulkan kekuatan baru.
Sementara di depan, jalan menuju kebebasan atau kehancuran masih tertutup kabut, samar dan belum pasti....
