NovelToon NovelToon
Cegil Kesayangan Drexler

Cegil Kesayangan Drexler

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Diam-Diam Cinta / Murid Genius / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Enemy to Lovers
Popularitas:19.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

0o0__0o0

Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.

Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.

***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.

0o0__0o0

Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.

Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.

***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."

Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.

"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.

Cup..!

Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.

"DREXLER, FIRST KISS GUE"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Hukuman psikologis yang terus berjalan

...0o0__0o0...

...Pada jam kelima, pintu akhirnya berbunyi....

...Klik....

...Kraaak…...

...Cahaya dari luar masuk perlahan, menyingkap sosok Regina yang sudah hampir kehilangan setengah kewarasan-nya....

...Namun Guntur tidak langsung masuk. Hanya berdiri di ambang pintu, bayangan-nya memanjang....

...“Apakah kau sudah mengerti, Regina ?”...

...Regina menengadah dengan sisa tenaga yang ia punya. Matanya merah, pandangan-nya kosong namun takut. Ia mengangguk, cepat—terlalu cepat—seperti seseorang yang baru saja di selamatkan dari neraka....

...“Aku… mengerti… Mas…”...

...Guntur menatap-nya diam-diam. Datarnya tetap sama, tapi kini ada sesuatu yang baru:...

...Kepastian bahwa Regina tidak akan pernah berani membiarkan Sinta mengusik Lyra lagi....

...“Bagus,” ucap Guntur akhirnya. “Pelajaran mu selesai.”...

...Bodyguard masuk untuk mengangkat Regina yang sudah hampir pingsan....

...Saat ia dibawa keluar, Regina hanya mampu berbisik, suaranya sangat pelan. “Maafkan saya… Nona Lyra… maaf… maaf…”...

...0o0__0o0...

...Di Luar Ruangan disiplin itu tidak berubah—lampu kuning redup, dingin, dan hening seperti perut monster yang menelan apa pun yang masuk....

...Tapi suasana-nya berbeda. Ada tekanan tak terlihat yang membuat paru-paru terasa sempit....

...Guntur berdiri memunggungi mereka berdua, seolah sengaja membiarkan waktu berjalan lambat untuk menyiksa mental mereka....

...Regina sudah menunduk dalam ketakutan....

...Tapi Sinta… Sinta hanya bisa menatap lantai, menunggu apa yang akan terjadi, meski jantung-nya menghantam rusuk seperti mencoba kabur....

...Guntur akhirnya berbalik....

...Pergerakan sederhana itu saja sudah membuat mereka sama-sama menegang....

...“Manusia selalu takut pada dua hal,” ucapnya tenang. “Sakit dan kehilangan.” ...

...Guntur berjalan mengitari Sinta perlahan, seolah sedang menilai barang yang akan diputuskan nasibnya....

...“Sakit… bisa di sembuhkan.” Ia berhenti tepat di samping Sinta. “Tapi Kehilangan… menghantui selama-nya.”...

...Sinta menelan ludah pelan....

...Ucapan itu seperti ancaman halus, tapi maknanya sangat jelas....

...Guntur menurunkan suaranya hingga terdengar seperti bisikan yang menyusup ke dalam kepala. “Kau pikir aku tidak tahu, Sinta… bahwa kau yang memicu masalah ?”...

...Sinta membatu. Dadanya terasa sesak....

...“Cara bicara mu… pilihan kata-katamu… nada kecil yang kau tanamkan di kepalanya.” Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Sinta. “Itu bukan ketidak sengajaan. Itu niat.”...

...Sinta meremas ujung bajunya sendiri, tangan gemetaran....

...Guntur tidak menyentuh apa pun....

...Tidak membentak....

...Tidak mengancam secara langsung....

...Itulah yang membuat semuanya lebih mengerikan....

...Guntur kembali berjalan perlahan, kini beralih ke Regina....

...“Kalian berdua berharap Lyra jatuh,” ucapnya sambil memiringkan kepala. “Dan kalian bersekongkol tanpa berani mengakui-nya.”...

...Regina menggeleng cepat, “T-tidak, Mas… aku—”...

...“Diam.”...

...Nada itu datar, tapi cukup membuat Regina tercekik dalam isak kecil yang tertahan....

...Lalu terjadi sesuatu yang jauh lebih menakutkan, ...

...Guntur tersenyum. Senyum yang datar, tipis… dan tidak memiliki sedikit pun kehangatan manusia....

...“Kau tahu, Regina… Hukuman fisik tidak perlu. Yang kau takutkan bukan rasa sakit.” Ia mencondongkan tubuh, menatap mata istrinya itu. “Yang kau takutkan adalah kehilangan posisi sebagai nyonya keluarga ini.”...

...Regina langsung pucat. Ketakutan itu nyata. Lebih dari rasa sakit apa pun....

...“Mulai malam ini,” lanjut Guntur lembut, “kau tidak lagi memegang hak apa pun dalam rumah ini kecuali jika kau bisa membuktikan dirimu layak.”...

...Regina membeku seperti terdorong ke jurang....

...Dan Guntur belum selesai. Sekarang ia menatap Sinta. “Kau juga.”...

...Sinta membesarkan mata. “Pa—Papa… saya—”...

...“Sshh…” Guntur mengangkat jari telunjuk, menyuruh-nya diam....

...“Aku akan memberi hukuman selanjutnya, yang sesuai dengan dosamu.” Nada suaranya menekan, tapi dingin seperti salju....

...“Mulai malam ini…” Guntur mendekat perlahan, membuat Sinta mundur tanpa sadar. “…kau akan menjadi orang yang harus melaporkan seluruh gerak-gerik Regina dan Lyra kepada aku.”...

...Sinta tertegun. “Apa…?”...

...“Itu hukuman mu,” ucap Guntur tenang. “Kau akan hidup dengan rasa takut setiap menit. Takut membuat ku kecewa. Takut ketahuan Lyra. Takut Regina membalas.”...

...Sinta merasakan lututnya melemas....

...“Dan jika kau tidak becus menjalankan tugasmu…” Ia menatap langsung ke dalam mata Sinta. “…aku biarkan ruang disiplin memutuskan nasib mu.” Bisik guntur pelan....

...Sekujur tubuh Sinta merinding....

...Regina menutup mulut, tidak percaya....

...Itu bukan hukuman....

...Itu jebakan hidup....

...Hukuman yang membuat seseorang perlahan hancur dari dalam....

...Guntur berdiri di tengah ruangan, menatap keduanya bersamaan. “Sekarang kalian mengerti,” katanya pelan....

...“Kadang, rasa takut yang paling efektif bukan dari apa yang di lakukan…” Ia memutar tubuh, menuju pintu. “…tapi dari apa yang kalian bayangkan.”...

...Pintu tertutup....

...Dan sunyi yang tersisa lebih menyakitkan daripada apa pun yang bisa dilakukan Guntur....

...0o0__0o0...

...Pintu ruang disiplin menutup dengan bunyi klik yang terlalu pelan untuk ukuran teror yang ditinggalkan-nya....

...Beberapa detik pertama hanya berisi hening—hening pekat yang membuat napas terasa seperti meminum pasir....

...Sinta yang pertama kehilangan kekuatan di kakinya....

...Gemetar menyergap seluruh tubuh, dan ia jatuh berlutut, memegangi lengan kursi terdekat agar tidak tersungkur seluruhnya....

...“Ma… Mamah…” suaranya pecah, parau, seperti anak kecil yang kehilangan arah....

...Regina tidak menjawab....

...Wanita itu berdiri terpaku, tatapan-nya kosong seperti seseorang yang baru saja di tarik dari mimpi buruk—tapi sadar bahwa mimpi buruk itu kenyataan....

...“Ma…” Sinta mencoba lagi sambil tersedak napas, wajahnya basah oleh ketakutan, “kita harus apa ? Lyra… kalau dia tahu—kalau dia tahu aku di paksa awasi dia…”...

...Suara Sinta terputus seperti kabel listrik yang dipotong....

...Regina perlahan menoleh. Tatapan yang seharusnya menjadi perlindungan seorang ibu… kini justru menjadi ancaman....

...Mata Wanita paruh baya itu di penuhi dua hal: ketakutan… dan kebencian....

...“Sinta…” bisik regina pelan, napasnya bergetar. “Kau sadar apa yang sudah kau perbuat ?”...

...Sinta membeku, menahan isak....

...Regina mendekat, wajahnya pucat menegang....

...Nada suaranya pelan, tapi penuh tekanan seolah setiap kata adalah tamparan psikologis....

...“Aku… di permalukan… di hancurkan… dan hampir kehilangan tempatku di keluarga ini… karena mulut mu.”...

...“M-ma… aku cuma—”...

...“DIAM.” Kata itu meluncur seperti cambuk....

...Sinta langsung terisak tanpa suara, bahunya naik turun cepat....

...Regina menekan pelipisnya, mencoba bernapas, tapi tubuhnya tetap bergetar....

...Aku hampir kehilangan semuanya. Hanya karena… anakku sendiri yang bertindak bodoh....

...Perlahan, Regina duduk di kursi jauh di sudut ruangan dan menunduk, menutupi wajahnya dengan kedua tangan....

...Untuk pertama kalinya… bukan Sinta yang terlihat seperti anak kecil yang ketakutan....

...Regina-lah yang terlihat rapuh, remuk, kehilangan arah—seakan bertahun-tahun ketakutan hidup di bawah Guntur akhirnya pecah....

...Sinta merangkak pelan ke arah ibunya. “Ma… aku takut…” Suaranya kecil seperti bisikan bocah....

...Regina tidak menatapnya. Justru ia menjauhkan diri sedikit....

...“Kau harus takut,” ucapnya pelan, hampir seperti gumaman. “Takut pada Lyra… takut pada ayah tirimu… takut pada setiap langkah yang kau ambil.”...

...Sinta terdiam....

...Itu bukan nasihat seorang ibu. Itu peringatan seorang wanita putus asa....

...Regina mengangkat wajahnya perlahan, mata berkaca-kaca tapi dingin. “Mulai sekarang… kau harus patuh pada Papa tiri mu.” Ia menelan ludah, suaranya pecah namun tegas. “Apa pun yang dia suruh… kau lakukan.”...

...Sinta menggeleng cepat. “Tapi Ma… kalau Lyra tahu aku mengawasi dia—”...

...“Lebih baik kau takut pada Lyra… daripada mengecewakan mas Guntur.” Nada Regina berubah pahit. “Kau tidak tahu apa yang dia mampu lakukan.”...

...Sinta menggigit bibir hingga darah terasa samar di lidah. Tangisnya pecah, tapi ia menutup mulut agar suara tidak keluar....

...Ruangan itu terlalu kecil, terlalu dingin untuk menampung dua orang yang sama-sama tersesat....

...“Aku beneran takut, Ma…” bisik Sinta....

...Regina akhirnya menatap putrinya. Bukan dengan kelembutan seorang ibu… tapi dengan kesadaran baru yang menakutkan....

...“Kalau kau ingin tetap hidup…” ucap Regina pelan, “…kau harus lebih takut pada ayah tirimu dari pada pada Lyra.”...

...Sinta terisak makin keras. ...

...Dan untuk pertama kalinya, Regina merasakan dirinya bukan lagi ibunya. Ia hanya seseorang yang mencoba bertahan hidup… meski itu berarti membiarkan anaknya terperosok ke jurang yang sama....

...Ruangan itu kembali sunyi....

...Hanya suara napas mereka berdua yang pecah-pecah....

...Dan di balik dinding tebal, rumah besar itu terasa lebih menyeramkan dari sebelumnya—karena kini mereka sama-sama tahu:...

...Tidak ada tempat aman....

...Tidak ada yang bisa di percaya....

...Bahkan diri sendiri pun tidak....

...0o0__0o0...

1
Sunarmi Yati
Aku udah kebal sama ke uwuhan kalian yang bikin aku ikut klepek-klepek 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Bias-nya cegil memang tidak kaleng-kaleng. BTS Woy...😍😍😍😍 gue juga penggemar BTS.🤭🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
OMG hukuman guntur memang the best 👍👍👍👍 lanjutkan tua Bangka sialan 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
gue setuju sama kata-kata tua Bangka guntur 👍👍🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
duuuuh anying lah kau Drexler. 🤣🤣🤣 bikin aku jadi salting brutal😍😍😍😍
Sunarmi Yati
kali ini gue setuju sama tindakan tua Bangka guntur 👍👍🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
bapak macam apa kau guntur ? mau kau bagaimana Hem ? gue rasanya pengen jedotin pala Lo ke batu🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Oh mantap Lyra. kamu benar-benar anak yang kuat. pemberani.👍👍👍 teruskan aku mendukungmu. libas aja tua Bangka sama jalangnya itu🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Gue tunggu sambutan dari Lo 🤣🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Drexler Lo emang gokil abis 👍👍👍😍😍😍
Sunarmi Yati
Giva I like you 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Bebek bener sih tua Bangka, 🤣🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
duuuu pengen gulung bumi gue rasanya..🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Bisa juga ngegombal Lo cegil, 🤭🤭🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
Astaga Lyra, tangan Lo benar-benar menggatal 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
OMG...Lyra Lo emang gak ada takutnya... untung Xler sayang tulus.. jika tidak, habis Lo di gen...🤣
Sunarmi Yati
So sweet banget Drexler 😍😍😍😍
Ita rahmawati
lyra udh dititik paling benci sm regina 🤣🤣
_bunda@dlan_
I'm like for you Lyra,, 😍😘😘😘
Kenick Cafe
Wow banget Lyra 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!