NovelToon NovelToon
Jalan Yang Terkurung

Jalan Yang Terkurung

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tulisan_nic

"semua orang memiliki hak untuk memiliki cita-cita,semua orang berhak memiliki mimpi, dan semua orang berhak untuk berusaha menggapainnya."

Arina, memiliki cita-cita dan mimpi tapi tidak untuk usaha menggapainya.
Tidak ada dukungan,tidak ada kepedulian,terlebih tidak ada kepercayaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Suara Gitar Bapak

Malam ini hujan gerimis,udara lembab menguap ke udara. Jaket atau selimut sepertinya akan menjadi teman yang paling di butuhkan.

Arina meringkuk malas di kamarnya,"Dingin banget,sudah paling nyaman di kamar saja selimutan".Jaket berbahan parasut berwarna pink lembut yang tidak terlalu tebal ia rapatkan resletingnya sampai menutupi dagu."Kalau lagi rebahan gini paling nyaman sambil scroll medsos atau dengar playlist musik.Huh,tapi sekarang aku nggak punya ponsel.Menyedihkan sekali hidupku yang sekarang".Jeritan hati Arina tentang ponsel lebih sering muncul.Benda itu hampir memenuhi sebagian ruang di hatinya.

Nada-nada gitar terdengar pelan, mengalun seperti bisikan angin yang menyentuh hati.Bukan melodi yang rumit, hanya petikan sederhana tapi tiap dentingnya jatuh dengan ritme yang pas.Seolah tahu cara menenangkan luka tanpa harus bicara.

Udara malam membawa suara itu menembus ke dalam dada, lembut dan dalam.Arina terdiam,memasang telinganya lebih fokus.Petikan gitar itu membuat pikirannya perlahan tenang, seperti riak air yang berhenti bergelombang.Namun sekaligus membuatnya penasaran."Siapa yang main gitar sebagus itu? nggak mungkin Mas Raka.Dia kan kalo main gitar kebanyakan lagu-lagu yang lagi hits sekarang.Tapi ini beda, siapa ya?"

Nada-nadanya bukan hanya terdengar,tapi bisa dirasakan. Menembus di antara ruang napasnya yang pelan.Setiap senar bergetar membawa aroma hujan, kenangan, dan perasaan yang belum sempat ia urai.

Rasa penasaran obat mujarab untuk menambah energi Arina untuk bangkit dari kasur dan selimut yang nyaman.Kakinya melangkah keluar mengikuti sumber suara yang menenangkan .

Dari ambang pintu kamar, Arina berhenti melangkah.Di bale-bale dekat Tv, Bapak duduk bersila.Jemarinya menari di atas senar, memainkan nada yang ia hafal di luar kepala.

Di sebelahnya, Mamak bersandar ringan di kursi rotan.

Wajahnya tak lagi kaku,dan muram seperti biasanya.Ada sesuatu yang meluruh dari garis matanya.Senyum kecil terlukis indah,menggambarkan hatinya yang di penuhi rasa damai dan tenang.Rambut Mamak yang sedikit berantakan, dan Arina bisa melihat, untuk pertama kalinya dalam waktu lama,tatapan itu lembut…"Mamak,bahagia di samping Bapak".

Petikan gitar Bapak terus mengalun, menyatu dengan desiran angin dan aroma tanah basah.Arina tak ingin memecahkan suasana itu. Ia hanya berdiri di sana, diam, membiarkan kebahagiaan kedua orang tuanya."Bapak bisa membawa kebahagian untuk Mamak, meski kebahagiaan itu memang sesederhana dua orang yang akhirnya bisa duduk berdampingan tanpa saling menyalahkan".

***

Suasana Rumah Sakit,

Udara di ruang itu terlalu dingin, bahkan aroma antiseptik terasa menusuk hingga ke tenggorokan.Langit-langit putih memantulkan cahaya lampu yang tak pernah padam,menyorot tubuh Tuan Harsono yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.Mesin pemantau detak jantung berdetak ritmis.Pelan, tapi setiap bunyinya seolah menegur mereka yang menunggu di sana.

Dirga berdiri di sisi ranjang, jasnya masih terlihat rapi, tapi matanya kosong menatap wajah kakek yang pucat.Sesekali jemarinya mengepal tanpa sadar, seakan menahan sesuatu yang tak bisa diucapkan.

Rina duduk di kursi samping, kaki disilangkan rapi, tapi sorot matanya letih.Make-up yang biasanya sempurna tampak pudar,menyisakan wajah wanita yang sudah berjam-jam berjuang menjaga ketegaran.Tangannya menggenggam tas kecil di pangkuan, kuat sekali, seperti satu-satunya hal yang masih bisa ia kendalikan.

Evan berdiri di dekat jendela besar. Tirai putih bergoyang pelan tertiup angin dari pendingin ruangan.Dia menatap keluar, pada langit kota.

Tak ada yang bicara.Yang terdengar hanya desiran oksigen, detak mesin, dan jarum jam yang terus berjalan.

Masing-masing terjebak dalam pikirannya sendiri.

Dirga menatap Evan sebentar.Anak laki-laki yang postur tubuhnya sudah hampir menyamainya.Hanya saja kulit Evan lebih terang,mewarisi jenis kulit Ibunya."Evan,istirahatlah nak.Kamu sepertinya lelah".

Di tanya begitu,Evan tidak langsung menjawab.Wajahnya tanpa ekspresi,matanya masih melihat ke luar jendela.Lalu anggukan kecil dan singkat seperti jawaban yang ia pilih untuk pertanyaan Papanya.

Dirga tersenyum getir,melihat reaksi Evan yang selalu dingin kepadanya."Maafkan Papa nak,sebegitu kecewanya kamu dengan ku".

Rina memperhatikan adegan itu,ia menghela nafas.

"Evan kamu istirahat saja di rumah,di antar supir ya".

"Aku sendiri saja? Mama tidak pulang juga?".

"Mama di sini dulu,menemani Papamu menunggui Kakek".

"Apa itu berarti buat Papa?".Suara Evan meluncur begitu saja.Ringan tanpa penyesalan.Namun bagi Dirga seperti pertanyaan khusus untuk menusuk jantungnya.Membuat Dirga membuang muka,menghela nafas dengan kasar.

Evan hendak melangkah keluar,jemarinya ia masukkan ke dalam saku celana.Namun langkahnya berhenti ketika mendengar suara alat monitor jantung yang tidak biasa.

Suara detak monitor jantung yang semula teratur mendadak patah-patah.“Beep… beep…” Lalu jeda panjang, disusul nada panjang yang menusuk telinga.

Semua kepala serentak menoleh.Evan membeku di tempat, tubuhnya kaku. Rina berdiri refleks, kursi bergeser menimbulkan bunyi gesekan tajam di lantai marmer.

Wajah Dirga langsung memucat dan panik.

“Kakek…” suaranya serak, nyaris tak terdengar.Tangannya gemetar menekan tombol merah di dinding, keras, berkali-kali, hingga bunyi alarm kecil terdengar dari luar ruangan.

Pintu terbuka tergesa.Beberapa dokter dan perawat masuk, langkah mereka cepat, wajah serius, suara instruksi saling tumpang tindih.Monitor diganti, selang diperiksa, satu di antaranya menepuk bahu Dirga, meminta jarak.

Dirga mundur, tapi matanya tak lepas dari tubuh rapuh kakeknya di ranjang.Suasana kamar yang tadinya tenang kini berubah mencekam.Bunyi alat, napas tergesa, dan detak jantung yang berjuang keras di antara hidup dan pergi.

Evan menunduk dalam diam, sementara Rina menutup mulutnya dengan tangan, menahan isak yang hampir pecah.

Waktu seolah berhenti, hanya bunyi mesin yang memaksa semua orang menghadapi kenyataan bahwa detik-detik bisa menjadi akhir.

Bunyi beep panjang menggema, menusuk telinga.Semua gerakan seketika membeku.

Dokter yang tadi sibuk memberi perintah kini diam beberapa detik sebelum akhirnya menatap monitor, lalu menunduk pelan.“Tekanan darahnya turun… cepat!” salah satu perawat mencoba memberi oksigen, tapi tangan dokter lain menahan lembut.

Detik berikutnya, suara mesin benar-benar datar.Nada panjang itu memantul di dinding putih, seakan menggores udara.

Rina terisak pelan, menutup mulutnya agar suaranya tak terdengar, tapi bahunya bergetar hebat.Evan menatap datar ke arah tubuh kakek buyutnya yang kini begitu tenang, napasnya tercekat di dada.Dirga masih berdiri di sisi ranjang, kedua tangannya mengepal begitu kuat sampai buku jarinya memutih.

“Waktu menunjukkan pukul 09.17…” suara dokter terdengar pelan, formal, tapi mengguncang seluruh ruangan.Dia menatap Dirga sebentar sebelum memberi isyarat pada perawat untuk menutup tubuh Tuan Harsono dengan selimut putih.

Dirga masih tak bergeming.Matanya basah, tapi tak ada air mata yang jatuh.Hanya tatapan kosong ke arah sosok yang dulu menegur, membimbing, dan membentuknya jadi seperti sekarang.

Ruangan itu kembali hening, hanya suara AC yang samar dan helaan napas panjang dari semua yang ditinggalkan.

*

*

*

~Salam Hangat Dari Penulis🤍

1
checangel_
Banyak yang impossible menjadi possible, begitulah skenario realita kita 😄
Tulisan_nic: hidup penuh kejutan ya 🤭
total 1 replies
checangel_
Mati rasa itu terkadang melelahkan, tetapi ada kalanya butuh didengarkan 😄
checangel_
Real ✅, terkadang mental health atau trauma bisa bersarang dari akar yang tidak hanya dari orang luar, tapi bisa dari orang dalam juga termasuk 'keluarga atau orang tua itu sendiri'
Tulisan_nic: Terimakasih sudah memahami🤍🫶
total 3 replies
miu@
aku juga capek
checangel_
Seberapa akurat keyakinan itu /Shy/
checangel_
الجمعه،
Tak ada kata lagi terucap👍🙏
checangel_: /Smile//Pray/
total 2 replies
checangel_
Seberat itu ya janji 🤧
checangel_: Dua kata berbeda, tapi sama dalam tindakan 🤧
total 2 replies
checangel_
Memaafkan memang selega itu, apalagi kata maaf itu diterima dengan lapang, rasanya seketika sedang berada di pantai yang tenang 😄
Tulisan_nic: memaafkan sedamai itu memang🫶
total 1 replies
checangel_
Diam saja deh, lebih baik gitukan😂😂
checangel_
Apalagi kalau orangnya nggak enakan, kata tolak jarang terucap tuh/Facepalm/
checangel_
Pasti luka batinnya dalam banget nggak sih itu /Sob/
checangel_: Sabar, luka batin itu bisa sembuh kok perlahan /Smile/
total 2 replies
checangel_
Tim pembaca aja 😂
checangel_
Begitulah kalau sedang kasmaran, bahkan luka dalam perban pun langsung membaik nggak tuh😂😂
checangel_: 😂😂🤧saking realnya, semua luka terobati dengan sendirinya, ono-ono wae/Facepalm/
total 2 replies
checangel_
Siapa nih yang dulu seperti Arina?😂
Tulisan_nic: aku,aku/Scream/
total 1 replies
checangel_
IPA adalah mapel yang menyimpan banyak cerita, dari mulai impian, rasa pantang menyerah, dan menjadi pelajaran terpaporit dari yang lain, but that is the past again 😅😂
checangel_
Author /Sob/, ceritamu teralu real ndak sih 🤧, pengin nangis aku😭
Tulisan_nic: kamu benar banget/Whimper/
total 7 replies
checangel_
Vivian kamu butuh tempat curhat lagi nggak? Sepertinya luka batinmu sudah sangat dalam, sabar-sabar ya Vivian, pasti berat itu dan memang berat banget sih 🤧
checangel_
Allah, author, dan pembaca ini juga mengakui ketulusanmu, Arina😄
Tulisan_nic: Tenang aja Arina,kami tahu gitu kan ya😄
total 1 replies
checangel_
Gimana tuh rasanya jadi tempt curhat, Arina? 😅
Tulisan_nic: iya,pasti Arina denger curhatan nya ambil kedap kedip🤭
total 1 replies
checangel_
Kamu menulis apa Mba Arina, secepat itukah tulisanmu?😭
checangel_: Tapi emang gitu, aku juga pernah nulis cepat saking disuruh cepatnya😂
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!