Mantan pembunuh bayaran jadi pengasuh 4 anak mafia?
Selena Dakota, mantan pembunuh bayaran, mencoba mengubur masa lalunya dengan bekerja sebagai babysitter. Tapi pekerjaan barunya justru membawanya ke mansion Charlie Bellucci — mafia bengis yang disegani, sekaligus ayah angkat dari empat anak dengan luka masa lalu yang kelam.
Di balik peran barunya sebagai pengasuh, Selena harus berjuang menyembunyikan identitasnya. Namun semakin lama ia tinggal, semakin kuat tarikan gelap yang menyeretnya: intrik mafia, rahasia berdarah, hingga hubungan berbahaya dengan Charlie sendiri. Selena terjebak dalam dunia di mana cinta bisa sama mematikannya dengan peluru.
Bisakah Selena melindungi anak-anak itu tanpa mengorbankan dirinya… atau ia justru akan tenggelam dalam romansa terlarang dan permainan maut yang bisa menghancurkan mereka semua?
“Lakukan apa saja di sini, tapi jangan libatkan polisi.” Tegas Charlie Bellucci.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MMF — BAB 29
USAHA YANG TERSELIP
Mendengar itu Selena langsung tegang dan mencoba tenang. “Itu sangat mengejutkan. Tapi sayangnya... Kita hanya sebatas partner, lebih tepatnya aku bekerja di bawahmu, Mr. Charlie.” Kata Selena yang kini pria itu melepaskan cengkraman tangannya sehingga Selena langsung bangkit dari duduknya.
Charlie yang duduk di tepi ranjang pun, langsung menarik Selena hingga wanita itu langsung terbaring di ranjang namun Selena dengan cekatan berhasil lepas, namun ternyata dia kalah cepat dengan gerakan Charlie.
Napasnya memburu tatkala kini pria tampan ada di atasnya, menindihi tubuhnya. “Aku pikir kau lebih cepat dariku, karena setahuku, mereka yang kau habisi sangat disegani dan ditakuti.” Kata Charlie dengan suara serak beratnya yang membuat Selena tak bisa fokus selain menatap wajah tampan Bellucci yang memiliki mata hijau kemiri.
“Aku masih ingat kalau kau bosku, dan aku ingat kalau aku harus merubah keempat anak angkat mu.” Kata Selena mencoba memandang ke arah lain, namun justru pria itu menyeringai kecil.
“Alasan yang cerdik nona Dakota. Itu sebabnya aku mempercayaimu.” Kata Charlie yang langsung bangkit dari tubuh Selena dan berdiri melangkah ke arah meja sambil menuangkan sebotol beer di gelas kaca.
Selena berkernyit heran, dan mulai berdiri menatap ke pria itu, lebih tepatnya ke tubuh menggoda Charlie.
“Kau mempercayai mantan pembunuh Mr. Charlie.” Kata Selena yang ditatap oleh Charlie sembari meneguk minumannya.
“Terkadang mereka pembunuh lebih mudah dipercayai.” Kata Charlie membuat Selena tersenyum kecil berjalan menghampirinya seolah dia tak perduli lagi bahwa yang di depannya saat ini adalah bos bengisnya.
“Anda mengatakannya seolah kita sama sebagai pembunuh!” kata Selena meraih segelas beer yang ada di tangan Charlie dalam keadaan di atas meja.
Selena meneguk habis, namun tatapan matanya mengarah ke Charlie hingga dia meletakkan gelas itu ke atas meja lagi. Sedangkan Charlie? pria itu hanya menatapnya balik seolah apa yang Selena ucapkan itu seperti sebuah kebenaran.
“Thanks for the beer! (terima kasih untuk beer nya)!” kata Selena sebelum akhirnya dia melenggang keluar, namun sebelum keluar, saat pintu sudah dibuka, Selena menoleh ke bos-nya yang masih menatap kepergiannya.
“Jika aku berhasil membuat mereka berubah dalam tiga hari, sebagai gantinya, kau harus mengatakan kepadaku alasan menjadikan mereka sebagai anak angkat mu Mr. Charlie! Maaf jika ucapanku kurang sopan kepadamu, tapi inilah aku. Seda!” kata wanita cantik itu hingga dia benar-benar melangkah pergi.
Kini Charlie meraih botol beer dan meneguknya. Ucapan Selena membuatnya harus mengingat sesuatu yang mencoba untuk dia lupakan. “Fuck!” umpat Charlie yang melangkah keluar kamar.
...***...
“Di mana bosmu?” seorang wanita cantik yang kini menatap lekat dengan kepala tegak.
“Tuan Nikolai sudah menunggu di dalam.” Kata sang asisten Nikolai Draven.
Tentu, Jeniffer Jaitly—wanita itu nekat menemui Nikolai saat mendapat undangan langsung dari pria itu. Di sebuah ruang VIP club, Jennifer berdiri menatap sosok pria 40 tahun yang baru saja menghentikan kesenangannya saat bermain-main dengan pelayan di sana.
“Jaitly?!”
“Yeah, it's me! (ya, ini aku)!” jawabnya sembari menatap berani. Dua anak buah Jennifer juga sudah siap siaga di belakangnya, begitu juga dengan anak buah Nikolai.
“Kita lanjutkan lagi nanti, pergilah!” pinta Nikolai menyeringai kecil ke pelayan dengan baju yang sedikit compang-camping.
Pria itu duduk merentangkan satu tangannya di atas punggung sofa, memperhatikan Jennifer Jaitly dari atas ke bawah sembari menyeringai tak menyangka. “Aku sudah banyak mengetahui soal Jaitly, itu sebabnya aku ingin bertemu denganmu! Katakan pertanyaan yang ingin kau ajukan dan mungkin bisa membuatku senang mendengarnya.”
Wanita itu duduk di sofa depannya. “Aku sedang mencari seorang pembunuh bayaran. Charlie Bellucci... Dia pria yang dekat dengan ayahku, Danzel. Tapi dia lepas tangan, selain Bellucci, aku yakin kau juga tahu soal pembunuh itu. Mungkin kau bisa memberikan ku beberapa seorang pembunuh bayaran di kota ini yang bisa aku selidiki dan curigai.” Kata Jennifer dengan percaya diri.
Dia hanya pengusaha, bukan orang-orang seperti Charlie dan Nikolai yang bergerak di dunia gelap juga.
Mendengar itu, Nikolai meraih rokoknya dan menghisapnya sambil terkekeh menggaruk pelipisnya dan kembali menatap ke Jennifer. “Kau tidak bertanya, siapa yang yang merekrut pembunuh bayaran itu? Mereka bekerja dibayar, dibawah perintah seseorang, Nona Jaitly!” jelas Nikolai yang membuat Jennifer berkernyit kening.
“Aku akan membayar mu. Jika kau mau mencaritahu tentang orang yang membunuh Danzel Jaitly.” Kata Jennifer menahan amarah dan sedihnya.
Pria berkemeja putih itu mencondongkan tubuhnya ke depan. “Apa yang akan kau lakukan jika tahu pembunuh ayahmu huh?”
Keduanya menatap lekat, ada emosi mendalam di tatapan Jennifer hingga tangannya terkepal kuat. “Aku akan membunuhnya.” Jawabnya yang membuat senyuman di bibir Nikolai hilang.
Pria itu mematikan rokoknya. “Kalau begitu kau beruntung, karena akulah pembunuhnya sekaligus orang yang merekrut pembunuh bayaran untuk menghabisi Danzel Jaitly.” Kata Nikolai yang hampir membuat Jennifer percaya tidak percaya.
Wanita itu masih diam menatapnya lekat sambil berkerut alis. “Jangan mengatakan omong kosong Mr. Draven.”
“Jika kau tidak percaya, bertanyalah kepada pembunuh itu. Aku sedang mencarinya juga saat ini!”
“Siapa dia?” tanya Jennifer menatap lekat.
“Seda!” jawab Nikolai sembari bersandar dengan tatapan serius.
Sedangkan Jennifer masih bingung. “Siapa Seda?”
“Dia seorang pembunuh bayaran, dia sudah berhenti. Tapi aku sangat suka dengan caranya membunuh, termasuk membunuh Danzel. Daripada aku membunuhmu di sini karena dendam mu kepada pembunuh Danzel, termasuk diriku yang terlibat. Lebih baik cari wanita itu, jika kau berhasil datangi aku dan bunuh lah aku.” Kata Nikolai yang sangat yakin, yakin bahwa Jennifer tidak akan bisa membunuhnya.
Wanita itu menatap tajam penuh amarah. “Aku akan menemukan wanita itu, jika memang benar kau terlibat, maka aku akan membunuh kalian.” Tegas nya yang langsung beranjak pergi dengan tatapan judes.
Nikolai hanya menyeringai kecil, saat dia bersandar dan mencoba mengingat sesuatu tentang apa yang dia lihat di club season. “Mungkin penglihatan ku yang salah!” ujar Nikolai menyeringai licik.
...***...
Sementara masih di malam hari, Selena lagi-lagi terbangun dari tidurnya. Kali ini dia tidak melihat Charlie yang keluar masuk ke Mansion, hanya ada keheningan sampai dia melihat seseorang tergeletak di lantai yang dingin, tepatnya di lorong menuju kamar Damian.
“Astaga...” Selena segera bergegas mendekatinya dan menatap lelah saat ia melihat ternyata itu Damian.
Keadaan nya basah kuyup dan terdapat luka segar di sudut bibir dan pelipisnya. “Apa yang baru saja dia lakukan?” gerutu Selena menoleh ke kanan dan kiri, memastikan semuanya aman dan masih sepi.
Dengan sekuat tenaga ia membawa Damian ke kamar, namun Selena tak sadar kalau si Charlie memperhatikannya saat pria itu hendak mengecek ke kamar Damian. Kini langkahnya hanya diam di ujung lorong Mansion, menatap tajam ke Selena yang membantu menutupi kesalahan anak angkatnya.
Tak banyak bicara, pria berkaos hitam itu melenggang pergi.
Brugh! Tubuh Damian langsung ambruk di kasur saat Selena berhasil membawanya ke kamar.
“Hey.... ayo... Aku masih sanggup menghabisi kalian semua sialan!” racau pria itu yang mulai duduk dan sadar 90%. Dia berkerut saat melihat Selena ada di sana.
“Kenapa kau kemari?” tanya nya dengan tegas. Tentu, Selena langsung menyiram wajah Damian dengan air hingga pria itu langsung tersadar sepenuhnya dan hampir meluap marah.
best thooooorrrr👏👏👏👏👏👏