Setelah dua tahun menikah, Laras tidak juga dicintai Erik. Apapun dia lakukan untuk mendapatkan cinta suaminya tapi semua sia-sia. Laras mulai lelah, cinta Erik hanya untuk Diana. Hatinya semakin sakit, saat melihat suaminya bermesraan dengan Dewi, sahabat yang telah dia tolong.
Pengkhianatan itu membuat hatinya hancur, ditambah hinaan ibu mertuanya yang menuduhnya mandul. Laras tidak lagi bersikap manja, dia mulai merencanakan pembalasan. Semua berjalan dengan baik, sikap dinginnya mulai menarik perhatian Erik tapi ketika Diana kembali, Erik kembali menghancurkan hatinya.
Saat itu juga, dia mulai merencanakan perceraian yang Elegan, dibantu oleh Briant, pria yang diam-diam mencintainya. Akankah rencananya berhasil sedangkan Erik tidak mau menceraikannya karena sudah ada perasaan dihatinya untuk Laras?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Harus Merayakannya
Siang itu, pintu kantor terbuka lebar. Suara langkah hak tinggi yang menghentak lantai marmer membuat semua kepala menoleh. Dewi masuk dengan senyum angkuh, tangannya menggenggam map kontrak yang baru ia dapatkan seolah itu adalah trofi kemenangan.
Wajahnya berbinar, matanya berbicara penuh kebanggaan. Ia sengaja berjalan melewati meja-meja karyawan dengan gaya berlebihan, seolah ingin memastikan semua orang tahu siapa yang telah berjasa.
Teman satu ruangannya bergegas menghampiri, dia ingin tahu apakah Dewi berhasil mendapatkan kontrak itu atau tidak.
"Dewi, bagaimana? Kau pasti berhasil, kan?"
“Tentu saja dan lihatlah, kontrak besar ini akhirnya berhasil kuperoleh. Aku berhasil membujuk pak Roby yang katanya tidak mudah dibujuk” ucapnya dengan lantang, membuat beberapa staf menoleh dan menghampirinya, “Tak sia-sia perusahaan ini menaruh kepercayaan padaku."
"Selamat, Dewi. Setelah ini kau pasti akan dipercaya untuk menangani beberapa Proyek besar. Keberhasilanmu ini akan membuat karirmu semakin cemerlang."
"Tentu saja. Pak Wijaya akan semakin mempercayaiku setelah inj."
Dewi mendapatkan banyak ucapan selamat dari rekan-rekannya. Dia tersenyum puas. Laras pasti akan menyesal karena membiarkan Erik memberikan kepercayaan itu padanya.
Sebentar lagi, dia akan mendepak posisi Laras. Dia akan mengambil segala yang Laras miliki dan ini baru permulaan.
"Kau sangat hebat, Dewi," dia kembali mendapatkan pujian yang membuat Dewi semakin sombong.
"Lihat saja, sebentar lagi aku akan menggantikan posisi seseorang. Dan kalian, harus belajar dariku bagaimana cara bekerja dengan benar.”
Mereka bertepuk tangan. Keributan itu didengar oleh Erik juga Laras. Mereka berdua keluar dari ruangan dan begitu melihat kedatangan Erik, dia langsung menghampiri Erik dengan gaya menggoda namun elegan.
"Pak Wijaya, lihatlah. Aku telah berhasil mendapatkan kerjasama dengan pak Roby. Tidak sia-sia kau mempercayai aku, dan selanjutnya aku tidak akan mengecewakan," tatapannya sekilas menyinggung Laras, yang berdiri tidak jauh dari Erik. Wajahnya memancarkan kepuasan, juga ejekan.
“Bagus sekali, Dewi. Aku sudah tahu kau bisa diandalkan. Kontrak ini akan membawa kita selangkah lebih maju. Kerja yang sangat baik.”
Pujian itu semakin membuat Dewi melambung. Ia membusungkan dada, menoleh sekilas pada Laras lalu mendekati Erik sambil menyerahkan map itu.
“Terima kasih, Pak. Saya memang selalu berusaha yang terbaik. Tidak seperti… beberapa orang yang hanya duduk diam, tidak mampu menghasilkan apa-apa, tapi masih saja merasa penting.”
Kata-kata itu meluncur tajam, jelas diarahkan pada Laras. Beberapa staf menahan napas, suasana kantor mendadak terasa panas.
Erik terlihat gelisah, namun ia tidak menegur. Justru membiarkan Dewi melanjutkan sindirannya.
“Bayangkan saja, kalau aku tidak turun tangan… entah bagaimana nasib kontrak ini. Syukurlah aku bisa menyelamatkan nama perusahaan. Bukan begitu, Bu Laras?”
Laras melangkah mendekat dengan tenang. Senyumnya tipis, matanya teduh meski sesungguhnya dia sudah tidak sabar mempermalukan Dewi dan menunjukkan pada orang-orang bagaimana dia mendapatkan kontrak kerja itu. Tapi dia harus menahan diri, membiarkan Dewi menyombongkan diri. Bagaimanapun dia harus memberikan kesempatan pada Dewi untuk menikmati hasil kerja kerasnya serta merayakannya.
Laras menghentikan langkah Dewi dan Erik. Suasana menjadi hening; semua orang menunggu bagaimana Laras akan membalas penghinaan itu.
“Selamat, Dewi.” Suara Laras terdengar jernih, tenang, dan tanpa emosi. “Kau sudah bekerja keras dan hasilnya terlihat. Aku mengakuinya dan aku bangga denganmu.”
Semua terkejut begitu juga dengan Dewi. Dia tidak menduga, Laras justru akan memberikan selamat dan mengakui hasil kerjanya. Padahal dia sangat tahu bagaimana dengan sifat Laras yang selalu dipenuhi dengan amarah yang menggebu-gebu.
Seharusnya Laras marah dan kesal, bukannya memberikan selamat seperti itu.
Erik menatap istrinya, dia pun terkejut dengan sikap Laras yang dingin tapi elegan. Dia tidak tahu apa tujuan Laras memberikan kepercayaan itu pada Dewi bahkan memberikan selamat pada Dewi. Tidak mungkin Laras sengaja melakukannya untuk mendukung hubungan mereka berdua.
Dewi yang belum percaya dengan apa yang dilakukan oleh Laras, tersentak sesaat, tidak menyangka Laras tidak terpancing. Namun segera bibirnya melengkung sinis.
“Ah, terima kasih atas pengakuannya, Bu Laras. Rasanya menyenangkan sekali mendapatkan ucapan selamat darimu. Walau entah… seberapa tulus itu datangnya.” Ia terkekeh, sengaja menekankan kata-katanya.
Laras tidak bereaksi. Senyumnya tetap, tenang seperti permukaan air yang menyimpan pusaran di bawahnya. Ia menatap Dewi lurus, dingin, hingga senyum congkak itu sedikit memudar.
“Percayalah, Dewi,” ucap Laras lirih namun penuh makna, “Setiap keberhasilan selalu memiliki waktunya. Sama seperti kebenaran. Ia akan menemukan jalannya sendiri untuk muncul di hadapan semua orang."
Dewi tersenyum sinis lagi, pura-pura tidak peduli. Namun tatapan Laras yang penuh rahasia membuat jantungnya berdegup lebih cepat, meski ia berusaha menutupinya dengan tawa meremehkan.
“Tidak perlu sinis seperti itu. Kita harus merayakannya. Ini langkah awal untuk karirmu, pertahankan itu karena selanjutnya, Erik pasti akan mempercayai dirimu lagi untuk menangani proyek besar yang sulit,” Laras menepuk bahunya, memberikan senyuman yang tak pernah dia berikan. Senyuman itu tampak memencurigakan, membuat Dewi menjadi was-was.
"Wah, aku sangat tersanjung mendengarnya. Apakah ini hanya ucapan untuk menghiburku ataukah kau hanya ingin mempermainkan aku?"
"Apakah semangat yang aku berikan terdengar seperti ejekan? Cobalah tanyakan pada mereka, apakah aku sedang mengejek?"
Dewi memandangi rekan kerjanya dan mengumpat karena beberapa dari mereka tampak berbisik-bisik. Seharusnya Dewi senang atas semangat yang diberikan oleh Laras tapi dia justru menunjukkan kecurigaan.
"Tidak perlu tegang seperti itu. Bagaimana jika kita merayakan hal ini. Kau setuju kan, Erik?" Laras berpaling, memandangi suaminya.
Erik tampak ragu. Tidak biasanya Laras seperti itu apalagi sampai membuat perayaan untuk sebuah proyek yang didapatkan.
"Ayolah, ada apa dengan kalian? Kenapa terlihat tegang seperti itu? Sudah lama kita ingin menjalin kerjasama dengan pak Roby tapi dia selalu menolak dan hari ini, berkat usaha Dewi kita dapat menjalin kerjasama dengannya. Bukankah kita harus merayakannya?"
"Hm, yang kau katakan sangat benar. Kita memang harus merayakan keberhasilan Dewi. Malam ini, aku akan mengadakan pesta dan pastikan kalian semua hadir," Ucap Erik.
Para karyawan tampak senang begitu juga dengan Dewi. Keberhasilannya memang pantas dirayakan, agar usahanya tidak sia-sia. Tak akan ada yang mengetahui apa yang dia lakukan untuk mendapatkan kerja sama itu.
Semua aman dan yang paling penting saat ini adalah merayakannya.
Dewi kembali mendapatkan ucapan selamat. Dia sangat senang sehingga dia tidak menyadari senyuman Laras yang menceritakan.
"Nikmatilah, Dewi. Nikmati kemenanganmu hari ini karena besok, waktumu sudah habis!" Ucap Laras dalam hati.
Kini Erik memandangi istrinya. Dia tidak mengerti dan tidak menaruh curiga dengan senyuman Laras. Ia hanya merasa lega, mengira istrinya akhirnya bisa menerima keadaan.
Dia harap Laras segera melupakan perselingkuhannya dengan Dewi dan dapat menerima Dewi sebagai sahabatnya lagi.
hayuu Erik n Ratna cemuuuunguut utk tujuan kalian yg bersebrangan 🤣🤣
semangat utk mendapat luka Erik 🤣
hayuuu Briant gaskeun 😁
buat Erik kebakaran jenggot 🤣🤣