NovelToon NovelToon
Pesona Wanita Penggoda

Pesona Wanita Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cintamanis / Duda / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Fantasi Wanita
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panas

Malam begitu gemerlap dengan lampu-lampu yang menyorot di lantai dansa disebuah club nite yang letaknya di kota besar itu.

Seorang wanita muda sedang menari di lantai dansa dengan sangat lincahnya, seirama dengan music, wanita cantik itu adalah Melisa. Saat ini ia mengenakan pakaian mini dengan warna merah yang menampilkan kesan $3ks1 terlihat sangat cantik dan memukau.

Belum lagi pakaian yang dikenakan Melisa terlalu rendah, memperlihatkan kedua gunung kembar yang seakan ingin tumpah.

Di satu sisi di pojokan sana terlihat pria sangat matang berusia 50 tahun, ya saat ini pria itu tengah merayakan ulang tahun dengan para rekan bisnisnya.

Pria itu adalah Edward sang raja bisnis yang sangat killer bagi rekan bisnisnya yang lain, sepak terjangnya di dunia bisnis tidak diragukan lagi.

Edward duduk ditemani para wanita di sisinya, begitu pula dengan rekan kerja Edward yang juga bersama wanita cantik nan 5 3 k 5 1.

Pria berumur itu menatap pada Melisa yang tengah berjoget dengan salah satu teman wanitanya, yaitu Gita.

Semua pria yang sedari tadi menatap kelincahan Melisa diatas lantai dansa mulai ingin ikut bergabung dan menari bersama Melisa.

"Hai cantik, boleh aku ikut berdansa di sampingmu?" Ucap salah satu pemuda itu mencoba menarik perhatian Melisa.

"Boleh...." Jawab Melisa dengan tatapan rayuannya yang membuat semua pria akan takluk.

Tak hanya satu, beberapa pria yang lainnya ikut menyusul, dan bergabung bersama Melisa. Sedangkan Edward menatap pada Melisa yang terlihat memukau dengan gerakan gemulainya. Belum lagi sorot lampu di club itu menambah kesan yang yang lebih pada aura kecantikan Melisa.

"Edward kenapa istri kamu tidak kamu ajak?' tanya salah satu klien Edward.

Dan itu membuat Edward yang sempat menatap Melisa terus kini mengalihkan pandangannya pada klien nya.

"Isteriku tidak suka hal semacam itu, dia sibuk dengan cucunya." jawab Edward bohong, padahal ia sendiri malas mengajak istrinya karena akan membuatnya tak bisa bebas mencicipi wanita lain di club.

"Jangan bilang kamu gak suka dengan para wanita?" tebak para temannya.

Mendengar itu Edward tertawa, pasalnya para klien nya paham sepak terjang Edward dalam menaklukan wanita, dan kerap bermain.

Belum lagi hubu*gan Edward dengan isterinya terbilang hambar sejak lama, itu karena hatinya belum bisa melupakan Maura, mantan kekasihnya yang telah lama meninggal.

Melihat kecantikan wanita yang tengah berjoget itu membuat Edward kangen dengan sosok Maura.

"Maura....." Lirih Edward dan terdengar oleh beberapa temannya.

"Ohh sekarang Maura nama wanita yang lagi deket sama kamu ya?" Tebak salah satu teman atau klien Edward.

"Ckk apaan sih kalian, sudah sekarang kita minum sampai tepar, Lady's l4 y4 n! para tamu ya....? Sediakan kamar juga buat mereka. Nanti saya yang akan bayar."

"Baik tuan." Jawab para wanita itu.

"Wow emang paling baik teman kita satu ini, thanks ya ed, semoga usaha kamu makin jaya." Seru salah satu klien sekaligus teman dekat Edward.

Semuanya mulai bersulang dengan minuman yang telah di siapkan oleh bartender sesuai permintaan Edward.

Sementara Melisa yang sedang berjoget merasa r 1 5 1 h karena salah satu tangan, bahkan beberapa yang nakal dengan menc0l3k beberapa bagian tvbvh Melisa.

Dan itu membuat Melisa sedikit jengah, dan kesal dibuatnya.

"Singkirkan tangan anda." Seru Melisa menampik tangan pria yang sudah p 4 h 4 nya.

"Ayolah cantik hanya sedikit saja kenapa harus marah sih."

"Jangan kurang aj4r ya kalian." Lagi Melisa telah marah.

Dari jarak dekat Edward mendengar penolakan keras Melisa juga rasa amarahnya telah diganggu beberapa pria yang tak ia kenal itu.

Entah mengapa rasanya ia merasa gerah atau cemburu melihatnya, padahal ia sendiri tidak mengenal wanita muda nan cantik itu.

"Lepaskan tangan kalian darinya....." Seru Edward pada beberapa lelaki yang masih belum enggan meninggalkan Melisa dilantai dansa.

Melisa menatap pada sosok yang cukup tampan itu, badannya besar dan tinggi di usianya yang telah matang.

"Om tolong aku...." Ucap Melisa yang langsung bersembunyi dibelakang badan besar Edward.

"Jangan takut."

"Iya om " jawab Melisa dan mengkode temannya itu untuk pergi dari tempat itu.

Sesuai apa yang tadi Melisa rencanakan, sebelum mereka datang ke club malam. Dan Gita sahabat Melisa pun pergi dan menyingkir.

"Anda siapa menganggu keasikan kita." Sela salah satu pemuda yang sudah cukup mabuk

"Saya paman dari wanita yang kalian ganggu." Jawab Edward.

Para pemuda itu pun mulai pergi dari hadapan Edward, dan percaya akan ucapan pria itu yang mengaku sebagai paman dari Melisa.

Kepergian lelaki yang mengganggunya tadi membuat Melisa benafa5 dengan lega.

"Terima kasih om sudah bantu aku." Ucap Melisa tulus.

Edward menatap wajah Melisa mulai dari kelopak mata, hidung maupun b!-b!rnya. Pria itu juga memperhatikan penampilan Melisa dari ujung rambut hingga kaki.

"Maura...." Lirih Edward, namun masih jelas terdengar oleh Melisa walau ia memanggilnya dengan samar-samar

"Om bilang apa tadi?" Ucap Melisa berpura-pura menulikan telinganya.

"Tidak apa, ayo kamu duduk dulu supaya tenang." Ajak Edward dan Melisa pun mengikuti pria yang akan menjadi targetnya.

Melisa mengikuti langkah Edward dan pria itu mengajaknya itu untuk bergabung bersama para temannya.

"Siapa dia ed...?" Tanya salah satu teman Edward yang berpura-pura bertanya.

Padahal mereka sedari tadi mengamati Edward yang sok pahlawan menolong Melisa dari pria-pria yang sempat mengganggunya.

"Oh dia wanita yang tadi saya tolong, baru saja kami bertemu, dan saya belum tahu nama nya. Nama kamu siapa?" Tanya Edward menoleh pada Melisa.

"Lisa om, panggil dengan nama itu saja."

"Hai Lisa salam kenal." Seru beberapa teman Edward dan ditanggapi Melisa dengan jabatan tangan dan senyuman.

Mereka kembali berbincang dan mulai meneguk minumannya, Melisa pun juga ikut minum untuk menghormati pria yang tadi baru saja menolongnya.

Malam semakin larut, dan beberapa teman Edward telah ke kamar yang tadi telah di pesan Edward untuk menyenangkan otong para temannya.

"Ed...saya ngamar dulu ya." Izin teman Edward dengan tangan merangkul wanita malam yang tadi menemani.

"Udah sana." Usir Edward yang sedikit mabuk.

Mereka pun meninggalkan Edward sendiri dengan Melisa, keduanya pun terlihat kikuk.

"Om tadi ada acara apa sama teman-temannya? Reuni ya?" Tebak Melisa yang pada dasarnya ia tahu semuanya yang berkaitan tentang pria dari masa lalu ibunya.

Pria yang telah menghancurkan bisnis ayahnya, pria yang bagi Melisa sangat kej!.

"Bukan Lisa, tadi ada perayaan acara ulang tahun saya." Jawab Edward yang kini duduk di samping Melisa.

"O begitu ya om, selamat ulang tahun ya?" Ucap Melisa basa-basi.

"Iya terima kasih."

"Memangnya om ulang tahun ke berapa?" Tanya Melisa lagi.

"Ke lima puluh tahun, kenapa tua banget ya?"

Melisa mengeleng seraya meneguk minumannya lagi. " Tidak om, saya kira umur om baru 40 tahun."

Edward pun tertawa mendengar pujian dari Melisa. "Bahkan saya telah memiliki cucu." Lanjut Edward.

"Benarkah om, tapi tidak kelihatan lho om. Justru om terlihat tampan. Pasti isteri om bahagia punya suami tampan dan kaya macam om."

Kembali Melisa memuji pria itu, dan itu membuat Edward besar kepala di puji wanita yang baru dikenalnya.

"Kamu ini bisa saja, memangnya usia kamu berapa?"

"Baru 19 tahun om, tahun ini akan 20 tahun."

"Masih sangat muda ya kamu. Usia anak saya saja 25 tahun."

"Benarkah om? Jadi mudaan Lisa ya om, itu anak om laki atau perempuan?"

"Anak om itu perempuan, dan baru punya anak satu."

"Hem,,, jadi om baru punya cucu satu ya, tapi gak kelihatan koq, beneran om." Cetus Melisa yang memuji pria tua itu habis-habusan.

"Om sudah malam, sepertinya Lisa mau pulang dulu." Pamit Lisa.

"Tapi ini sudah sangat malam, om antar ya?"

"Tidak perlu om, lebih baik saya pulang sendiri." Jawab Melisa yang kini sudah beranjak dari tempatnya.

Namun baru saja berdiri dan akan melangkahkan kakinya ia limbung dan mengenai badan Edward.

"Maaf om."

"Tuh kan kamu sudah mabuk. Ayo aku antar saja."

"Baik jika itu tidak merepotkan om."

"Tidak apa, ayo kita pergi sekarang."

Melisa pun mengangguk lalu ia berjalan sedikit sempoyongan, mereka berjalan sampai pada mobil mewah milik Edward.

Disana telah ada supir pria itu, lalu membukakan pintu untuk majikannya. Baik Edward dan Melisa duduk dibelakang, lalu mobil berjalan dengan kecepatan sedang.

Edward pun menyuruh supir berjalan ke alamat yang dituju, di mana tadi Melisa memberikan alamat rumahnya.

Seperti biasa setiap Edward pulang dengan wanita, sang supir langsung menutup sekat, supaya ia tidak bisa melihat majikannya bersama wanita lain.

Di dalam mobil, Melisa sengaja menyenderkan tubuhnya pada Edward, hingga saat mobil bergerak cepat membuat tubuhnya kian menempel pada Edward.

Brughh

"Maaf tuan tadi ada kucing lewat." Ucap supir Edward.

"Oke tak apa." Balas Edward yang senang mendekap tubuh Melisa karena tadi Melisa terhempas disampingnya ketika mobil mengerem mendadak.

Melisa menengadahkan wajahnya pada Edward, pria itu menatap wajah cantik Melisa. Hingga ia menatap r4 num nya b! b1r milik Melisa.

Edward mengecup bibir Melisa dengan lembut, menunggu reaksi dari wanita itu. Namun, Melisa hanya diam, tanpa menunjukkan emosi apa pun. Edward, yang tak kunjung mendapat respons, mencoba sekali lagi, berharap kali ini akan berbeda. Tapi, Melisa tetap diam, tak ada kemarahan atau keberatan yang terlihat.

Saat Edward sudah hampir menyerah, tiba-tiba Melisa mengambil alih. Dengan tiba-tiba, ia menyatukan bibirnya dengan Edward, mengejutkan pria itu. Kini, mereka berdua larut dalam ciuman yang mendalam dan penuh gairah.

Tangan Edward mulai bergerak, menyusuri setiap lekuk tubuh Melisa dengan lembut dan penuh perhatian. Kemudian, tangan Edward mulai berani, meremas salah satu dari gunung kembar Melisa dengan perlahan, membangkitkan desah kecil dari bibir Melisa yang masih terkunci dengan bibirnya.

Edward yang sudah tak tahan menyuruh supirnya untuk berhenti di apartemen Edward yang jarang di singgahi.

"Pulanglah, bawa mobilnya. Besok jemput saya disini." Titah Edward pada supir pribadinya.

"Baik tuan."

Dengan terburu-buru, Edward langsung membawa Melisa yang tengah mabuk itu memasuki apartemennya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!