"Endria hanya milikku," tekannya dengan manik abu yang menyorot tajam.
***
Sekembalinya ke Indonesia setelah belasan tahun tinggal di Australia, Geswa Ryan Beck tak bisa menahan-nahan keinginannya lagi.
Gadis yang sedari kecil ia awasi dan diincar dari kejauhan tak bisa lepas lagi, sekalipun Endria Ayu Gemintang sudah memiliki calon suami, di mana calon suaminya adalah adik dari Geswa sendiri.
Pria yang nyaris sempurna itu akan melepaskan akal sehatnya hanya untuk menjadikan Endria miliknya seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jelitacantp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selesai
Hari itu juga Endria dan kawan-kawan terbang kembali ke Jakarta. Ya, perjalanan mereka Louis atur hanya untuk sehari semalam itu pun atas persetujuan dari mereka berlima dengan alasan sibuk, dan alasan lainnya, terdengar singkat, tetapi pengalaman yang didapatkan begitu luar biasa terutama bagi Endria.
Informasi-informasi tentang Beck Cooperation yang didapatkannya seharian ini sangat membantu untuk kelengkapan skripsinya.
Sedangkan di sisi lain, Louis baru mendapat info dari bodyguard Endria yang ada di Perth. Louis yang terlebih dahulu mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan segala urusan dan masalah di sana, kalau pantas untuk diberitahukan pada Geswa maka pria itu akan langsung memberitahukannya pada sang atasan.
Namun, masalah Endria berbeda. Menurutnya, hal ini hanyalah masalah sepele apalagi Endria mengaku baik-baik saja dan tidak merasa terbebani akan hal itu.
Jadi, apalagi yang harus dipermasalahkan? Jika ia memberitahu Geswa akan hal ini mungkin akan menjadi masalah yang lebih besar lagi, Marry sebagai penanggung jawab akan mendapat sanksi dan si bodyguard juga bisa dipecat.
Mending dia sendiri yang bergerak, dia sendiri yang akan menyelesaikan masalahnya secara diam-diam sebelum sang tuan mengetahuinya.
Apalagi Geswa hari ini sedang emosi luar biasa.
***
"Dasar sialan!" teriak Geswa penuh emosi, pria itu melempar sebuah berkas ke tengah-tengah meja rapat. Menimbulkan suara berdebuk dan mengagetkan seluruh orang yang ada di dalam ruang rapat hotel.
"Baca berkas itu brengsek!" Geswa menunjuk pada seorang pria tua yang bertubuh tambun.
Pria tua itu adalah seorang yang menjabat sebagai controller hotel.
Dengan tangan yang gemetar, pria tua itu pun berhasil meraih berkas tersebut yang terletak di tengah-tengah meja.
Setelah membukanya, kedua matanya yang sudah tampak lelah membulat kaget. Isi berkas ini berisi semua bukti penggelapan dana yang semua ia lakukan bersama dengan beberapa bawahannya.
Ya, tentu saja pria tua itu tak bekerja sendiri, bawahannya akan menulis laporan pengeluaran dana dengan jumlah yang begitu banyak tapi masih masuk akal, baik itu untuk oprasional hotel, perjalanan bisnis, dan hal lainnya. Lalu pria itu akan menandatangani laporan tersebut.
Itulah mengapa masalah ini lama untuk diusut sebab banyak pihak yang terlibat, di awal bahkan bukti korupsi mengarah pada Dewangga Pamurya, tetapi Geswa tak ingin gegabah karena pada akhirnya gadisnya akan merasa sedih dan terpukul.
Bayangkanlah menjadi Endria si gadis baik nan ceria, ayah yang sangat gadis itu hormati dan sayangi ternyata buruk serta uang yang selama ini ia belanjakan makanan dan pakaian ternyata hasil dari menjarah alias korupsi.
Maka pria itu mati-matian mencari bukti lebih dalam lagi dengan mengecek riwayat rekening Dewangga Pamurya, tapi Geswa dan timnya tak menemukan riwayat transferan atau uang masuk dengan jumlah yang besar. Bukan cuma satu nomor rekening, bahkan Geswa juga memeriksa rekening Endria. Selain itu, Geswa dan timnya juga mencari bukti penarikan dana tersebut.
Dan barulah dia mengetahui bahwa sang controller dan antek-anteknya yang berusaha menjarah dana tersebut. Pria tua itu sudah bertahun-tahun melakukannya, dan setelah dihitung-hitung dana yang sudah mereka gelapkan bernilai 1 triliun rupiah, jumlah yang tak sedikit membuat kepala Geswa berdenyut sakit.
Jika saja The Reans view hotel adalah hotel biasa saja, mungkin sudah bangkrut dan tinggal nama saja.
Setelah sang ayah memutuskan pengsiun tiga tahun lalu, entah kenapa manajemen perusahaan di sini terlalu ambur adul.
Si pria tua mengontrol raut wajahnya menjadi biasa saja. "Ini data pengeluaran dana hotel tahun ini, Pak Geswa. Dan saya rasa tidak ada masalah dengan hal ini," kata controller tersebut dengan nada suara yang dibuat setenang mungkin.
Louis yang baru memasuki ruangan hanya bisa memutar bola matanya. Pintar juga bersandiwara.
Geswa tersenyum miring. "Itu memang hanya data biasa yang sudah kau buat, tapi ini.... " Geswa kembali melempar sebuah berkas pada si controller.
Louis bergegas membagikan dua berkas pada masing-masing peserta rapat. Dan terlihatlah wajah takut dan khawatir dari mereka yang terlibat, tetapi masih berusaha tenang.
Berkas itu adalah dua berkas yang berbeda, tetapi saling bersangkutan. Berkas satunya adalah berkas laporan keuangan yang dibuat oleh sang controller dan berkas satunya ialah berkas yang sebenarnya di mana membuktikan pengeluaran dana hotel seperti perjalanan bisnis, iklan, dan pembangunan tak sebanyak pengeluaran yang terlampir di berkas sebelumnya.
Kedua berkas tersebut menjadi bukti adanya selisih.
"Bagaimana? Sudah tahu kan letak masalahnya di mana?" tanya Geswa mengintimidasi.
Geswa berdiri dari duduknya. Pria itu berjalan ke arah tempat si controller lalu menendang dengan keras kursi tersebut sehingga membuat pria tua itu terjungkal dan terjatuh.
"Dasar sialan, brengsek tak tahu diri! Mulai sekarang kau dipecat, dan segala aset akan disita!" Dengan mata tajam yang memerah, Geswa mengedarkan pandangannya menatap satu persatu pada peserta rapat. "Kalian semua." Jari telunjuk pria itu menghunus satu persatu yang juga ikut terlibat.
"Kalian bertiga juga dipecat! Dan segera ganti kerugian! Kalau tidak, saya tak akan segan-segan menjebloskan kalian ke dalam penjara!" teriaknya memberi ultimatum.
Kemudian, Geswa berjalan keluar dari ruangan rapat diikuti oleh Louis.
Sepeninggal Geswa, ruangan rapat menjadi geger akibat dari mereka para tersangka yang malah saling menyalahkan dan menuduh. Dan selebihnya hanya bisa menatap mereka nyalang, ada yang saling berbisik dan tertawa terbahak-bahak karena telah menyaksikan kehancuran si controller yang sudah lama menjabat.
***
Di atas mobil dan dalam perjalanan menuju penthouse-nya.
Geswa yang duduk tepat di belakang kursi pengemudi, mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Pria itu melihat sebuah taman dan terdapat banyak orang di sana.
"Berhenti di taman tadi," katanya pada sang supir.
Lantas si supir pun memutar setir menuju taman.
"Tunggu saja di sini," pinta Geswa sesaat setelah ia menyadari kalau Louis juga bergegas untuk keluar bermaksud ingin mengikutinya.
Louis menganggukkan kepala, lalu pria itu kembali duduk tegap di samping supir.
Geswa turun dari mobil lalu melangkahkan kakinya untuk berjalan beberapa meter menuju kursi di taman. Pria itu mendudukkan diri, lalu memejamkan matanya sejenak. Pria itu menghela napas lelah, akhirnya segala kesibukan yang melanda dalam beberapa minggu ini terselesaikan juga.
Kadang orang sepertinya butuh istirahat, waktu, dan tempat untuk menyendiri, seperti halnya saat ini, ia duduk menikmati angin sore yang menerpa wajahnya sambil ditemani pemandangan taman indah.
Di sekelilingnya terdapat banyak orang yang sedang bermain, dan ada satu keluarga berhasil menarik perhatiannya.
Keluarga tersebut beranggotakan empat orang, kedua orang tua, seorang anak perempuan yang Geswa tebak sudah berumur lima tahun, dan satu anak laki-laki yang masih berumur tiga tahun.
Sang ayah terlihat tengah membujuk anak perempuannya untuk berhenti menangis dengan bertingkah lucu, sedangkan sang ibu dan anak laki-lakinya terkekeh kecil karena berhasil menjahili si anak perempuan.
Geswa lantas tersenyum kecil, betapa indahnya pemandangan itu apalagi kalau dia dan Endria yang mengalaminya. Lagi-lagi Geswa kembali berangan-angan di mana angan-angan tersebut belum tentu menjadi kenyataan.
***
Adegan terakhir di part ini ditulis saat gue lagi karaoke dan nyanyiin Blue dari Yung Kai.
Dan entah kenapa saat dengar lagu Blue, gue teringat sama Geswa.