Dara Cantika Putri nama yang begitu indah, tapi takdir tak seindah namanya.
Dara yang berusia 12 tahun, harus hidup dengan kedua orang tua yang sama sekali tidak menyayangi nya, tapi Dara merasa bahagia setelah dia di bawa pergi oleh nenek Sri ( Nenek dari ibu ).
Dara dan Nenek Sri tinggal di kampung, Nenek Sri kerja banting tulang untuk menghidupi cucu pertamanya itu. mereka hidup rukun dengan segala kekurangan.
namun saat Dara berusia 15 tahun nenek Sri meninggal dunia, membuat kehidupan Dara yang bahagia menjadi suram.
namun Dara tidak putus asa dia mulai giat belajar dan dia bertekad akan menjadi orang sukses.
namun saat kesuksesan itu datang orang tua yang tidak berperan apapun tiba - tiba datang dan menganggu kehidupan Dara kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Duna Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ganggu Mental?
...# Halo Semuanya #...
...Ini adalah Novel terbaruku, semoga kalian suka dengan Novel terbaru ku ini....
...Terima Kasih Dan Selamat Membaca...
...****************...
Semua orang terkejut melihat Dara jatuh ke dalam kolam renang, awalnya mereka hanya diam mereka pikir Dara bisa berang namun Dara tidak kunjung keluar dari dalam kolam renang.
Jiandra yang panik langsung melompat masuk ke dalam kolam renang, dan berenang menuju dasar kolam renang terlihat di sana Dara hampir hilang kesadaran matanya mulai sayu karena kehabisan nafas.
Byurrr....
Jiandra langsung menyelam lebih jauh untuk menarik Dara keluar dari dalam kolam renang.
Dan saat Jiandra sudah dekat dengan Dara dia langsung menarik Dara dari dasar kolam renang dengan memeluk Dara.
"ughh... angkat" ucap Jiandra kepada Dirga
Dirga langsung mengangkat Dara ke samping kolam dan memberikan pertolongan pertama CPR untuk membantu Dara sadar.
"dek bangun dek" ucap Dirga tanpa sadar mulai memanggil adek kepada Dara.
ukhhh!! Ukhhh!!
Dara tersadar setelah Dirga membatu men CPR Dara beberapa kali.
"kamu gak papa dek?" panik Jiandra
Spontan Dara menggelengkan kepalanya tanpa dia sadar.
"bawa ke kamar, kakek sudah memanggilkan dokter" perintah Albert
Albert terlihat panik saat melihat Dara masuk ke dalam kolam renang dan tidak muncul - muncul namun saat dia ingin menolong, namun Jiandra lebih dulu menolong Dara
Dara langsung di gendong pergi ke kamar oleh Dirga ke kamarnya, Dara masih terlihat lemas namun tatapannya menatap tajam ke arah Abigel.
Agra dan Jiandra ikut masuk ke dalam rumah mengikuti Dirga yang menggendong Dara ke kamar
Abigel masih terdiam tidak percaya dengan apa yang dia lakukan.
Albert menetap tajam ke arah Alisa dan Abigel, saat kejadian tadi Albert ada di tempat tapi dia pikir itu hanya pertengkaran kecil tidak akan terjadi apa - apa ternyata dia salah besar.
"wanita sialan, pergi gara - gara kalian cucu saya hampir mati. Jangan berharap kalian bisa masuk kembali ke rumah ini" emosi Albert menatap tajam ke arah Alisa dan Abigel
"pah to~" ucap Kany ingin membela Alisa dan Abigel
"begini lah kalau kau menikahi wanita miskin tak punya aturan, jadi seenaknya. Bawa mereka pergi jangan pernah lagi kalian menginjakkan kaki kalian di sini" murka Albert
"MOSCO" teriak Albert
Mosco datang dengan cepat
"usir mereka pergi dari sini, jangan pernah mereka masuk kembali ke mansion ku tanpa izin dari ku dan Dara" perintah Albert
"pah maaf pah" rengek Abigel
"kek maaf, aku gak bermaksud se~" ucap Alisa terpotong Albert
"siapa kakek mu, dasar jalang. Aku tak punya keturunan wanita jalang seperti kamu. pergi bawa mereka keluar dari sini, jika kau Kany ingin mempertahankan mereka. kau jangan harap bisa menginjakan kaki mu di sini" murka Albert.
Mereka ber tiga langsung di tarik keluar dari Mansion Santiago, untuk kian dan Gavin mereka hanya bisa diam karena takut dengan tatapan dan kemurkaan Albert.
****************
Di dalam kamar tidur Dara, dia sudah berganti baju di tolong oleh pelayan Santiago.
Dan dia sedang berbaring tertidur kelelahan di atas kasur, sambil di periksa oleh dokter.
Dokter sudah selesai memeriksa Dara, langsung keluar dari kamar Dara bersama ketiga abangnya.
"bagaimana dok?" tanya Agra
"saya sudah meresepkan obat untuk nona Dara, namun saran saya nona Dara di bawa ke psikiater untuk pemeriksaan selanjutnya. Karena ada indikasi trauma yang berat" jawab dokter
"trauma!" terkejut Jiandra
"trauma apa?" tanya Arga
"sepertinya non Dara Trauma berhubungan dengan air yang cukup banyak tuan. saya berharap tuan menjaga nona Dara jangan sampai nona Dara berdekatan dengan kolam air terlebih dulu, itu mungkin akan menjadi pemicu trauma nona Dara kembali" jawab dokter
Setelah itu Dokter pun pergi, meninggalkan ke tiga orang yang sedang sangat khawatir.
Jiandra, Agra dan Dirga tiba - tiba muncul rasa sayang kepada adiknya yang tidak pernah mereka rasakan saat bersama dengan Alisa, mereka sangat khawatir dengan keadaan Dara sekarang.
Jiandra masuk ke dalam kamar Dara di ikuti oleh Agra dan Dirga, mereka melihat Dara masih tertidur dengan pulas.
Memang tadi saat Dara di gendong oleh Dirga dia sadar namun kesadarannya tidak terlalu lama.
Mereka bertiga menatap Dara dengan penuh kasih sayang yang tidak bisa di ungkapkan, ego mereka terlalu kuat di tambah Dara yang sudah membatasi hati untuk tidak terlalu dekat dengan mereka membuat mereka tidak bisa akur dan dekat seperti adik dan kakak pada umumnya.
Mereka memutuskan akan tidur di kamar Dara, mereka tidur di sofa dengan posisi duduk untuk menjaga Dara.
1 jam kemudian
mereka bertiga sudah tidur terlelap, pintu terbuka Albert masuk ke dalam kamar Dara dia melihat Dara terlihat sangat pucat dan sepertinya Dara demam, namun untungnya dokter sudah memberinya obat jadi Albert tidak terlalu khawatir.
Albert berdiri dan melihat ke arah ke tiga orang yang tertidur, tersenyum dengan tulus.
Pertama kalinya Albert tersenyum setulus itu, membuat hatinya hangat.
"kakek harap kalian bisa akur dan hidup bersama sebagai kakak dan adik yang rukun" ucap Albert.
Sesudah itu Albert keluar dari kamar Dara dengenan tenang, Jiandra tiba - tiba membuka matanya dia sudah mendengar apa yang di ucapkan kakek nya itu.
"aku akan berusaha kek, tunggu lah kebahagiaan itu" ucap Jiandra.
...****************...
Sedangkan di Mansion Kany, dia mengamuk kepada Alisa dan Abigel.
"apa yang kau lakukan? Kau hampir membunuh anak kita" emosi kany.
"a ~ aku gak sengaja mas, aku berani bersumpah" rengek Abigel.
"demi anak angkat mu ini, kau tega menyakiti anak kita ABIGEL" teriak kany dengan emosi yang menggebu - gebu.
deggg....
Alisa dan Abigel terkejut dan sakit hati dengan ucapan Kany.
"MAS" teriak balik Abigel
"apa? Kau ingin membela dia hah, aku sudah tidak Sudi berperan sebagai ayahnya lagi. Aku baik ke padanya itu Atas permintaan mu Abigel" balas kany dengan emosi.
"gara - gara kau, keluarga ku hancur. Anak ku yang hilang sekarang tidak mau dekat dengan ku karena kamu anak s!alan" maki kany.
Kany menuruti permintaan Abigel untuk mengangkat anak karena terpaksa, dia sebenarnya tidak mau mengangkat Alisa sebagi anak nya karena tentangan dari Albert.
Namun Abigel tetap memaksa dan malah menjadi tempramen Sesudah kany memutuskan tidak mengadopsi Alisa, dia bertingkah kasar kepada Jiandra, Agra dan Dirga tak segan memukul mereka bertiga kalau dia sedang marah.
Namun Setelah Kany menyetujui mengadopsi Alisa dia tiba - tiba berubah menjadi wanita yang lembut dan penuh kasih sayang.
Saat mereka cuek dan tidak peduli kepada Alisa, Abigel seperti orang yang berada jadi mereka selalu baik kepada Alisa walupun mereka enggan melakukan itu, tapi demi kesehatan mental Abigel mereka mencoba menerima Alisa.
Dan kenapa juga mereka ber 4 seperti tidak menerima kehadiran Dara kembali karena perintah dari Abigel yang memerintah untuk tidak terlalu dekat dengan Dara.
"MASSSSSS, kamu membentak alisa akhhhhh " teriak Abigel seperti orang gangguan mental.
Melemparkan barang ke sana kemari tidak terkontrol, Alisa meringkuk di bawah seperti korban namun sebenarnya Alisa meringkuk karena dia tersenyum dengan puas.
"aku akan merebut semuanya" ucap Alisa dengan tatapan yang tajam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...DUKUNG JUGA YA NOVEL TERBARU KU...
..."CINCIN RUANG DAN WAKTU"...
...TERIMA KASIH...
biar sama kaya ibumu ,,
18 th loh ibumu di siksa