Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 29 Anak
Yusuf menatap Aira dari kejauhan. ia sedang mengobrol santai dengan papanya dan juga mama. Yusuf memandangi Aira sembari memikirkan jika ia berencana memiliki anak dengan Aira.
Jika nanti pernikahanku dan Aira berakhir anak itu harus menjadi milikku, Aira tidak berhak atas anak itu nanti. ia adalah penerus keluarga Ibrahim. dia harus menjadi satu-satunya pewaris.
Yusuf memiliki kesempatan bagus karena Rifat belum menikah. jadi jika ia memiliki anak sudah pasti anaknya akan menjadi cucu pertama. anak itu akan mendapat berlimpah kasih sayang dan juga harta.
Senyum Yusuf hilang saat ia melihat Rifat duduk di depan Aira. Ada raut tidak senang terlihat di wajah Yusuf. ia cemas jika Rifat menghasut Aira. sama seperti Yusuf pasti saat ini Rifat juga sedang berpikir bagaimana cara menguasai perusahaan papa, yaitu PT Sinar Surya.
"Hai Aira, aku senang bertemu dengan mu" kata Rifat sembari meletakkan secangkir kopi di depannya.
Aira hanya tersenyum, wajahnya terlihat canggung.
"Oh ya Aira apa kalau bahagia menikah dengan Yusuf?" tanya Rifat tiba-tiba.
Aira memandang ke arah wajah Rifat yang tersenyum padanya.
Berani sekali Rifat bertanya soal rumah tangga kakaknya, bagaimana kalau mas Yusuf dengar?
Yusuf berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Aira dan juga Rifat. dari mimik wajah Aira, Yusuf tahu jika Rifat mencoba mengorek soal keadaan rumah tangga Yusuf dan Aira.
"apa yang kalian bicarakan?" Yusuf menyentuh bahu Aira. membuat Aira menahan napas sejenak.
Sentuhan-sentuhan ringan namun berhasil membuat Aira berdebar. selama ini Aira memang tidak pernah bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya. baru dengan Yusuf ia melakukannya. mau melarang tapi Yusuf suaminya, kalau tidak menolak nanti Aira yang akan rugi jika Yusuf meninggalkan dirinya. Aira ingin jika ia dan Yusuf berpisah dirinya tetap masih utuh dengan mahkota kesuciannya.
"Aku hanya bertanya soal hobi Aira, bukan begitu Aira?" tanya Rifat.
Aira mengangguk samar,
"Kenapa kau terus memanggil kakak ipar mu dengan sebutan namanya saja?"
"Mas tidak apa-apa" kata Aira.
Lagipula usia Rifat memang lebih dewasa di banding Aira.
"Apa kau keberatan jika aku memanggilmu dengan nama saja?" Rifat mulai berani menantang Yusuf.
"Tidak apa" jawab Aira.
"Pakai adab mu Rifat! meski Aira lebih muda dia istriku dan kakak ipar mu!" Yusuf terlihat marah.
Sebenarnya Yusuf ingin menciptakan kesenjangan antara Aira dan Rifat. jangan sampai mereka akrab dan Rifat bisa mengorek informasi rumah tangga Yusuf dan Aira lalu mengadu pada papa.
"Iya baik, maaf kak Aira" kata Rifat kesal.
"Ayo kita pulang" Yusuf mengajak Aira pulang.
"Pulang? bukankah kalian akan menginap malam ini?" tanya Rifat.
"Aku banyak urusan tidak bisa menginap" kata Yusuf.
"Baiklah, sampai jumpa Ai...maksudku kak Aira"
Aira bisa melihat hubungan kakak beradik yang tidak terlalu akur. di luar terkesan baik-baik saja tapi di balik itu mereka bersaing. Aira tidak habis pikir kenapa Yusuf dan Rifat sama serakahnya pada harta orang tua mereka.
"Ayo Aira!" Yusuf membuyarkan lamunan Aira.
"Iya mas"
setelah berpamitan pada papa dan mama Yusuf mengajak Aira pulang ke rumah mereka. wajah Yusuf terlihat tegang dan sama sekali tidak ramah saat berada di dalam mobil. ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Aira yang sudah menebak jika mood Yusuf sedang tidak baik memilih untuk memalingkan wajahnya menatap jalanan kota yang di hiasi lampu temaram di malam hari.
Sekali lagi Aira terngiang ucapan Alan padanya. pria itu baik dan terlihat menyukai Aira dengan tulus. meskipun Alan tidak mengungkapkannya Aira bisa membaca sorot mata Alan saat memandangnya.
"Apa yang kau pikirkan?! kenapa senyum-senyum sendiri?" suara Yusuf mengagetkan Aira. ia tidak sadar jika dirinya senyum-senyum saat mengingat Alan.
Astaghfirullah apa yang aku lakukan? kenapa aku memikirkan pria yang bukan muhrim ku? padahal di sebelahku ada mas Yusuf. sadar Aira kau masih istri orang!
"Tidak apa-apa mas"
"Apa terbayang wajah Alan?!" tebak Yusuf sarkas.
"Tidak mas" kilah Aira.
Yusuf tersenyum sinis ia tidak lagi bicara pada Aira. setibanya di rumah-pun Yusuf tidak berkata apapun. setelah mandi Yusuf langsung berbaring di ranjang dan tertidur. sementara Aira masih duduk di sofa memainkan ponselnya hingga ia tidak terasa tertidur di sofa hingga pagi tiba.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong