Terpaksa Jadi Suka

“Selamat pagi Pak Dirga” Sapa seseorang yang akan menjadi rekan bisnis Dirga.

“Pagi Pak Dega, selamat datang kembali dan terimakasih untuk kunjungannya”

“Sama-sama Pak dirge, saya begitu tertarik dengan Veleura, ditambah lagi ada seseorang yang meyakinkan saya tentang kinerja Veleura”

“Oh Direktur kami Pak, Ruby”

“Bukan, teman lama saya. Xiana”

DEGG!

*FLASHBACK ON*

“Tadi ketemu temen, kamu ngapain disini malam-malam? Masuk dulu ayo”

*FLASHBACK OFF*

“Jadi yang di temui Xiana semalam, Pak Dega” Batin Dirga.

“Xiana sekretaris saya Pak, saya tidak tahu jika ternyata sekretaris saya mengambil peran yang cukup besar disini”

Senyum Ruby memudar ketika Dega menyebut nama Xiana, ternyata bukan dirinya yang meyakinkan, melainkan Xiana.

“Xiana begitu cerdas Pak, saya bertemu dengan Xiana kemarin sore. Dan sebelum itu, mungkin sebulan yang lalu Xiana menghubungi saya untuk membaca proposal yang sudah dikirimkan Veleura ke perusahaan saya, tapi saya pikir sekalian menunggu saya kembali baru saya ambil pekerjaan ini”

“Oh begitu rupanya Pak, terimakasih Pak Dega. Mari kita menuju ruang meeting”

“Baik Pak Dirga”

Dega dan Dirga menuju ruang meeting, Dirga begitu bangga dengan Xiana dan memamerkan kemampuan Xiana di hadapan Dirga, yang dia tidak ketahui jika Dirga adalah kekasih Xiana.

Saat menuju ruang rapat, tidak sengaja Xiana juga sedang melewati tempat tersebut hanya saja mereka berbeda arah. Dega menatap Xiana hingga sedikit menolehkan kepalanya, Dirga yang menyadari hal tersebut merasa geram, dia tidak menyukai jika miliknya menjadi incaran orang lain.

“Silahkan Pak Dega, akan di bantu handle oleh COO kami, Ruby”

“Terimakasih Pak Dirga”

“Saya tinggal sebentar Pak”

“Silahkan Pak, sambil kita menunggu COO dari pihak Veleura”

Dirga meninggalkan Dega diruang rapat, dia mencari keberadaan Xiana dan meminta Xiana untuk masuk ke dalam ruangannya, begitu Xiana masuk Dirga mengunci pintu ruangannya.

“Sayang kenapa dikunci?” Tanya Xiana dengan lembut

Dirga menghampiri Xiana lalu melu-mat bibirnya, lu-matan Dirga kali ini tidak agresif, justru sangat lembut dan memabukan Xiana.

“Mpphh”

Tangan Dirga dengan erat memeluk tubuh Xiana, begitu juga Xiana yang mengalungkan tangannya pada leher Dirga, mereka menikmati ciumannya untuk beberapa saat kemudian Xiana melepaskan pagutanya.

“Aku masih mau lagi sayang”

“Sudah di tunggu kolega kamu, jangan sampai kamu di anggap tidak professional. Nanti setelah bekerja, aku kerumah kamu”

“Hmm menarik. Tunggu aku di ranjang sayang” Bisik dirge di telinga Xiana lalu dia menggigit pelan daun telinga Xiana

“Ahh”

Dirga melepaskan tubuh Xiana, lalu segera keluar ruangannya, dan Xiana segera mengoleskan lipstick pada bibirnya agar tidak di curigai staff lain.

Sampai di lantai 12 Dirga berpapasan dengan Ruby yang juga akan masuk ke dalam ruang rapat. Ruby menghentikan Dirga dan menunjuk kearah bibir Dirga. Menyadari akan hal tersebut, Dirga mengusap bibirnya dan melihat bekas lipstick Xiana berada di jarinya.

“Sorry Ruby, Xiana begitu menggoda hahaha” Ucap Dirga lalu meninggalkan Ruby

Ruby sedikit merasa kecewa karena mengetahui jika Dirga baru saja melakukanya dengan Ruby, dia yang bersamanya selama di luar negeri pun tidak pernah mendapatkan hal itu dari Dirga, hanya sebatas berpelukan. Bahkan Dirga tidak pernah mata Ruby, seperti Dirga menatap Xiana.

Rapat yang di pimpin oleh Dirga hari ini berjalan mulus tanpa ada masalah, Dirga dan dega melakukan tanda tangan pada dokumen penting yang menjadi perjanjian kerja diantara keduanya.

“Pak Dega, terimakasih untuk kerjasamanya”

“Sama-sama Pak Dirga, silahkan datang ke kantor saya Pak bersama jajaran direksi”

“Pasti Pak, kami akan berkunjung ke kantor Pak Dega”

“Saya permisi dulu Pak Dirga”

Setelah rapat, Dirga yang hendak menuju ruangannya ditarik oleh Ruby. Dirga menoleh kearah Ruby dan menaikan alisnya sebagai kode untuk bertanya ‘ada apa’.

“Kita ngobrol diruanganku dulu Dirga”

“Gak bisa Ruby, aku banyak kerjaan. Ada apa?”

“Dirga, ini kantor jaga sikap kamu dong. Untung aku tadi lihat kamu kalau gak gimana coba tentang penilaian Pak Dega”

“Ohh soal itu, karena memang aku tadi buru-buru dan gak sempat ngecek bibir. Biasanya juga setiap hari aku begitu, Cuma gak sampai ketahuan aja”

Degg!

“Setiap Hari” batin Ruby.

“Aku gak peduli kamu mau ngapain aja sama Xiana, tapi kamu harus bisa menjaga harga diri kamu juga”

“Iya bawel. Ya udah aku kerja dulu”

“Hmm, nanti lunch bareng?”

“Gak bisa, udah janji sama Xiana”

“Oke deh yang lagi kecintaan” Ucap Ruby dengan sedikit bergetar

Ruby begitu mengagumi Dirga, bahkan berharap dia bisa memiliki Dirga, tapi dengan kondisi saat ini Dirga menjalin hubungan dengan Xiana, semakin jauh angan-angan tersebut.

Tapi Ruby tidak menyerah begitu saja, dia akan tetap mengejar Dirga dengan cara yang baik, dan akan bersaing secara sehat dengan Xiana. Hingga Dirga memutuskan siapa yang akan dia pilih nantinya.

Dirga melewati meja Xiana, lalu mengedipkan matanya yang dibalas oleh paniknya Xiana karena hawatir ada yang melihatnya.

Dan ternyata benar, Tommy dan Aleena melihat kejadian itu dan memberi kode kepada Xiana dengan senyum penuh arti.

Siang ini Dirga makan bersama Xiana di restaurant langganan Dirga. Xiana memesan udang, sedangkan Dirga memesan lobster. Mereka menikmati makan siangnya dengan tenang, tanpa ada gangguan.

“Sayang, aku sudah menghindari Ruby, aku benar-benar minta maaf”

“It’s okay sayang, aku maafkan”

“Jangan dekat-dekat sama Dega”

“Kamu tau dari mana”

“Dega sendiri membanggakan kamu di depanku, yang sudah menjamah tubuh indah ini”

“Sayang ih”

“Kenapa kamu gak bilang soal proposal itu sayang”

“Kenapa harus bilang?”

Dirga menatap Xiana, dia merasa Xiana begitu tulus. Sedangkan Ruby yang hanya follow up apa yang Xiana lakukan langsung berekspresi berlebihan seolah-olah itu karena dia.

“Sayang, kok melamun”

“Gak sayang, aku Cuma berpikir aja kenapa kamu gak mau cari muka”

“Gak cari muka aja kamu bisa tergila-gila, gimana aku cari muka”

“Aku gila beneran”

“Hahahaha. Udah ah, ayo balik kantor”

“Gak mau sayang, ke hotel dulu bisa gak?”

“Ke hotel qui-cky atau nanti sore sampai pagi”

“Oke, kita ke kantor. Ayo sayang”

Xiana menahan tawanya, kemudian mengikuti Dirga dari belakang dan segera kembali ke kantor. Selama perjalanan Dirga tidak berhenti menatap Xiana dengan tatapan ingin menerkamnya.

Dirga menarik tangan Xiana meletakkan pada miliknya yang sudah mengeras, kemudian membuat Xiana merespon dengan tatapan tajamnya.

“Sayang” Ucap Xiana dengan menyentuh tes-tis Dirga yang membuat Dirga memejamkan matanya menahan gairah.

Xiana sengaja membuat Dirga semakin bergair-ah dengan membelai miliknya dari luar celana dan mendekat kearah Dirga dengan tatapan sensualnya.

Dirga semakin mencengkeram tangan Xiana yang membuatnya sangat terkejut.

“Kamu harus tanggung jawab sayang”

Xiana tersenyum lalu menarik tangannya dan mengambil ponselnya yang sedang berbunyi karena ada panggilan masuk.