[Cerita ini hanyalah khayalan Author sahaja, maklum masih pemula.]
Mengisahkan tentang seorang pekerja keras yang rela mengorbankan segalanya demi menyelesaikan tugasnya. Namun, karena terlalu memaksakan diri, dia tewas di tengah-tengah pekerjaannya.
Namun takdir belum selesai di situ.
Dia direinkarnasi ke dunia sihir, dunia isekai yang asing dan penuh misteri. Sebelum terlahir kembali, sang Dewa memberinya kekuatan spesial... meskipun Rio sendiri tidak menyadarinya.
Tujuan Rio di dunia baru ini sederhana, ia hanya ingin melakukan perjalanan mengelilingi dunia, sesuatu yang tak pernah ia lakukan di kehidupan sebelumnya. Tapi tanpa disadarinya, perjalanan biasa itu akan membawanya ke takdir besar…
Di masa depan yang jauh, Rio akan berdiri sebagai sosok yang menentang Raja Iblis Abyron.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Yang baru di Veltrana
Langit malam di kota Veltrana semakin gelap, dihiasi taburan bintang yang menggantung tenang. Lampu-lampu sihir di sepanjang jalan mulai menyala terang, memberikan cahaya hangat yang menenangkan suasana kota. Angin malam berhembus lembut, membuat jubah Rio berkibar perlahan.
Luna, roh sihir mungil berbulu putih di bahunya, terlihat antusias menatap sekeliling dengan mata bulat bercahaya. Keramaian kota mulai mereda, menandakan waktu malam sudah mendekati istirahat.
Rio melihat ke arah persimpangan jalan, lalu berhenti sejenak dan mengusap kepala Luna.
"Gas... kita cari tempat penginapan dulu, Luna!" katanya dengan semangat.
Luna mengeong pelan dan melompat kecil ke atas kepalanya, berdiri seperti pengintai mungil yang sedang waspada.
Rio tersenyum tipis dan melangkah lagi, menyusuri gang kecil menuju daerah pemukiman kota. Beberapa bangunan penginapan mulai terlihat, ada yang mewah dan terang, ada pula yang sederhana namun bersih dan nyaman.
Akhirnya, pandangan Rio tertuju pada sebuah bangunan dua lantai bergaya klasik, dengan papan kayu tua yang tergantung di depan bertuliskan:
[Penginapan Malam Suci>>> Murah dan Aman]
Lampu gantung di terasnya masih menyala, dan terdengar suara cangkir serta tawa kecil dari dalam.
"Hmm, kelihatannya cocok buat istirahat malam ini," gumam Rio.
Ia berjalan masuk dengan santai. Suasana di dalam hangat dan damai. Beberapa petualang terlihat sedang makan malam atau berbincang santai. Rio langsung menuju meja resepsi.
"Satu kamar, untuk malam ini," katanya singkat.
Petugas di balik meja mengangguk sambil mencatat.
"Kau datang sendirian, anak muda?"
Rio tersenyum samar.
"Berdua. Tapi dengan temanku kecil ini."
Luna mengeong dari balik bahunya, membuat petugas itu tertawa kecil.
"Haha, familiar yang manis. Silakan, kamar nomor tujuh di lantai atas ya."
Rio menerima kunci kayu dan berjalan naik ke atas, lalu membuka pintu kamarnya.
Di dalam, kamar itu sederhana, ranjang empuk, meja kecil, dan jendela menghadap jalan. Rio duduk di ranjang, melepaskan jubah dan perlengkapannya, lalu melihat Luna yang sudah melompat ke bantal dan menggulung tubuhnya dengan nyaman.
"Hari ini cukup panjang ya..." gumam Rio sambil merebahkan diri.
Luna hanya mengeong pelan, matanya mulai terpejam.
Rio menatap langit malam dari jendela yang terbuka sedikit. Angin lembut masuk, membawa aroma bunga malam Veltrana.
"Besok... kita cari guruku."
Dan malam pun berlalu perlahan, menyelimuti mereka dalam keheningan yang damai.
Matahari pagi menyelinap masuk melalui celah jendela kamar, menyinari ruangan sederhana itu dengan cahaya keemasan. Udara segar dari luar membawa aroma roti panggang dan embun pagi kota Veltrana.
Rio sudah terbangun, duduk di sisi ranjang sambil meregangkan badan. Rambutnya sedikit berantakan, dan wajahnya terlihat segar meski semalam hanya tidur sebentar.
Ia melirik ke arah bantal di sana, Luna, familiar sihir mungilnya, masih meringkuk nyenyak. Nafasnya tenang, tubuhnya menggulung seperti bola bulu putih kecil.
Rio tersenyum geli, lalu mendekat pelan.
"Luna..." bisiknya. "Cepat bangun yuk, nanti aku tinggal lo~"
Nada suaranya bercanda, penuh keisengan.
Mata Luna langsung terbuka seketika. Dalam sepersekian detik, makhluk kecil itu melompat tinggi ke arah Rio seperti peluru sihir kecil yang bermuatan kasih sayang... dan sedikit balas dendam.
"Wah...WAAH!!"
BRUK!
Rio terkejut dan kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh ke lantai dengan suara gedebuk, sementara Luna mendarat di dadanya dengan ekspresi polos namun puas.
"Ugh... Aku cuma bercanda, tahu!" kata Rio sambil tertawa geli, meskipun masih terbaring.
Luna mengeong pelan, lalu menjilat pipi Rio sebagai tanda "hukuman" dan salam selamat pagi.
Rio tertawa lagi, lalu mengangkat tubuh Luna ke udara.
"Oke, oke~ Ayo kita siap-siap. Hari ini kita punya misi... cari guruku!"
Luna mengeong setuju dan melompat ke bahu Rio seperti biasa, siap memulai hari baru.
Rio berdiri, mengambil jubahnya, dan memandangi jendela.
"Pertama sekali... kita cari makan dulu!" katanya mantap dengan senyum lebar.
Luna, yang kini duduk di bahunya, langsung mengeong riang dan mengangguk kecil, seolah benar-benar mengerti maksud Rio. Ekor kecilnya melambai-lambai dengan semangat.
"Haha, aku tahu kau juga lapar." kata Rio sambil tertawa kecil.
Mereka berdua pun keluar dari kamar, menuruni tangga penginapan dan menuju jalan utama kota Veltrana.
Di luar, suasana pagi mulai ramai. Para pedagang membuka kedai, aroma roti panggang, daging asap, dan rempah-rempah memenuhi udara. Beberapa orang tampak sedang duduk di warung kecil di pinggir jalan, menikmati sarapan mereka.
Saat berjalan di antara keramaian kota Veltrana, langkah Rio tiba-tiba terhenti. Hidungnya menangkap aroma yang begitu menggoda, perpaduan antara daging panggang, rempah-rempah khas, dan roti hangat yang baru keluar dari oven sihir.
Matanya langsung tertuju pada sebuah kedai kecil di tepi jalan. Asap tipis mengepul dari dapur terbuka, dan seorang koki paruh baya terlihat sibuk membolak-balik potongan besar daging di atas pemanggang sihir yang menyala stabil.
"Ermmm... sedapnya bau daging ini..." gumam Rio sambil memegang perutnya yang mulai berbunyi pelan.
Luna yang berdiri di bahunya ikut mengendus udara dan mengeong kecil, mengangguk seolah setuju.
Tanpa pikir panjang, Rio melangkah cepat ke arah kedai itu. Ia berdiri di depan meja kayu sederhana yang penuh dengan menu papan tulis bertuliskan tangan: Roti Daging Bakar Special, Sup Rempah Sihir, Daging Rusa Panggang dengan Saus Api Merah.
"Satu roti daging special! Dan... makanan kecil untuk temanku juga." kata Rio sambil menunjuk Luna.
Penjual itu langsung tersenyum sambil mengangguk.
"Oke... ditunggu ya!" katanya ramah sebelum kembali ke dapur untuk menyiapkan pesanan Rio.
Rio dan Luna pun berjalan menuju salah satu meja kosong yang berada di sudut kedai. Tapi saat mereka baru saja hendak duduk, tiba-tiba sekelompok pemuda dengan seragam hitam-merah khas Akademi Veltrana masuk dengan langkah besar dan kasar.
Tanpa peringatan, salah satu dari mereka dengan sengaja menyenggol bahu Rio dengan keras hingga tubuhnya sedikit terdorong ke belakang.
"Huh? Maaf ya... tempat ini cuma buat yang punya status!" ucap pemuda itu dengan nada angkuh.
Rio tak berkata apa-apa. Ia hanya berdiri diam dan menatap mereka dengan tatapan dingin dan datar. Matanya tajam, seperti mata pemburu yang sedang menilai mangsanya.
Familiar-nya, Luna, berdiri di atas meja dan mengeong pelan, seolah ikut merasakan aura ketegangan.
Salah satu dari mereka, pemuda berambut merah dan tubuh kekar, merasa marah melihat sikap tenang Rio.
"APA-APAAN KAU INI?! MAU GELUT?!" bentaknya, sambil maju selangkah ke depan dan memukul meja.
Rio menghela napas singkat, lalu menjawab dengan suara tenang.
"Kalau kau mau gelut denganku..." ucapnya sambil menarik kursi dan duduk perlahan.
"...nanti aja. Soalnya aku mau makan dulu."
Nada suaranya santai, namun menyiratkan rasa percaya diri yang luar biasa.
Semua orang di kedai langsung memperhatikan mereka, suasana mendadak sunyi. Ketegangan terasa menggantung di udara.
Salah satu pemuda di kelompok itu, mungkin pengikut si pemimpin, berteriak sambil menunjuk Rio dengan marah.
"AHH, BRENGSEK!! AKU TUNGGU KAU KAT LUAR!!"
Rio hanya menatap mereka sekilas... lalu tersenyum tipis, tenang dan penuh misteri.
lanjut
semangattt/Determined//Determined/
kenapa gk dibuat 180 gitu thor, sekalian halunya🤣