Sebelum baca sebaiknya baca novel aku yang berjudul, Love You Kak Kenan. soalnya cerita ini ada kaitannya dengan cerita tersebut.
🕊️🕊️🕊️
Kevano Aiden Alaska, adalah seorang pemuda yang kejam dan apa yang ia inginkan harus di turuti. Ia mencintai seorang gadis yang bernama Vania Keyla Clarissta.
Vania adalah seorang gadis yang sangat baik, akibat kebaikannya orang di sekitanya memanfaatkannya dan selalu menjadi bahan bullying di sekolahnya. Ia sangat takut kepada Aiden dan membenci sosok Aiden.
Raiden Azra Alaska, Raiden merupakan adik dari Aiden dan sifatnya berbanding terbalik dengan Aiden, Raiden sangat ceria dan ramah, ia juga mencintai Vania tetapi dalam diam dan tidak berani mengungkapkan perasaannya.
kalau kalian suka, baca langsung ajalah.
ig: fj_kk17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriishn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Keputusan di Tangan Caca
HAPPY HAPPY AJAAA ~
Haloo semuanya aku kembaliiii dengan sejuta pesona eaa, selamat membaca dan semoga kalian sukaaa terimakasih...
🕊️🕊️🕊️
Pulang sekolah masalah Aiden dan juga Raiden tidak selesai sampai di situ saja.
Keduanya harus kembali di ceramahi, oleh Caca dan untungnya Kenan tidak ikut serta dalam hal itu, "bunda bingung sama kalian kok bisa kalian sama-sama suka sama satu perempuan, dan kalian pastinya tau gimana latar belakang Vania yang berantakan, tapi kalian? Kalian malah menambahi beban pikiran dia, di taruh dimana otak kalian?!" Pusing Caca.
Aiden mengigat perkataan Caca yang mengatakan bahwa harus mendapatkan Vania dengan apapun, termasuk menghajar laki-laki mana sana. "Tapi Aiden menjalankan apa yang bunda katakan!"
"Bukan berarti laki-laki itu adik kamu aidennnnn, ya-ampunnn, pintar banget sih anak aku?"
Aiden ingin menjelaskan perkataan Caca lagi dan lagi. "Setau Ai cuman Raiden yang suka sama Vania dan pada akhirnya Aiden hajar Raiden."
Caca memijit pelipisnya pusing mendengar ucapan Aiden, "bunda gak tau harus bagaimana! Sebagai solusinya kalian berdua harus pindah dan sekolah di luar negeri."
Keduanya saling menatap dan berteriak bersama dengan nada yang panik. "HAH? BUNDA SERIUS?"
"Bunda jangan dong! Rai udah nyaman di sekolah itu dan juga satu tahun lagi kami lulus kan? Masa iya pindah? Nanggung dong!" Seru Raiden dengan bujukannya.
"Iya bunda! Aiden gak bisa jauh dari bunda dan ayah, Aiden sayangaa banget sama bunda dan ayah." Bujuk Aiden dengan penuh drama.
Caca menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju. "Gak! Bunda gak peduli mau kalian satu tahun lagi kek, kalian gampang kangenan, keputusan ada di tangan bunda! Kasihan itu Vania gara-gara kalian harus terbebani lagi."
Tidak ada yang ingin mengalah, ibu dan kedua anak itu beradu argumen.
"Tapi kalau gak ada kami, Vania bakal di bully bundaaa." Rengek Raiden benar-benar panik.
"Gambang itu! Bunda tinggal pecat semua siswa yang suka mem-bully Vania." Ucap Caca dengan bangga dan elegan.
"Tapi kalau kami pergi yang ngajari Vania siapa?" Tanya Aiden membantu Raiden.
"Bunda banyak duit! Bunda bisa bayar guru les yang terbaik buat Vania!"
"Yaa bundaaa jahad banget." Ucap Raiden tidak punya alasan lagi.
"Bunda bukan jahat, tapi bunda pengen yang terbaik buat kalian dan kalian harus belajar melupakan Vania, bunda gak pengen lihat kalian hancur hanya karena seseorang, kalian itu adek kakak seharusnya kalian saling menyayangi bukan saling menjatuhkan dan harus ada yang ngalah juga." Nasehat Caca panjang lebar.
"Kami janji akan belajar untuk lupain Vania dan juga kami akan berubah untuk saling menyayangi, asal jangan pindah ke luar negeri ya bund?"
"Gak! Kalau udah namanya cinta itu akan susah di lupakan semuanya akan di lakukan demi cinta, hanya ini cara yang paling baik untuk kalian bisa melupakan Vania."
Wajah Aiden dan Raiden sudah murung dan hanya bisa pasrah menerima keputusan yang di ambil oleh Caca, "yaudah deh kalau memang harus begitu." Ucap Aiden beranjak dari duduknya dan pergi, demikian juga dengan Raiden.
Keduanya saling pandang dengan perasaan yang kesal, "ini semua salah Lo tai!" Kesal Aiden menatap jengkel kepada Raiden.
Raiden yang merasa selalu di salahkan merasa tak terima ini semua bukan salahnya dan Aiden juga salah. "Kenapa selalu salah gue sih? Lo juga salah kocak."
"Lo yang ngajak monyet!"
"Lo yang mau cicak."
Keduanya saling bertatap penuh permusuhan.
"Jangan berantemmm! Bunda masukin ke barak militer ya kalian!" Tekan Caca lelah melihat kelakuan kedua putranya yang di luar ekspektasi.
Keduanya serempak menatap kearah Caca, "engga! Siapa juga yang mau berantem, kita tatap-tatapan karena saling menyayangi, iya kan adek?" Ucap Aiden mencubit pipi Raiden dan merangkul-nya.
"I-ya bunda, kami saling menyayangi no berantem-berantem." Ujar Raiden menjauhkan tangan Aiden dari pipinya.
Keduanya bejalan menuju kamar mereka, Raiden melepaskan rangkulan Aiden yang ada di bahunya, "banyak kumannya." Ujar Raiden membersihkan bahunya dengan tangan yang sleyyy💅💅 💅.
"Dih boti!" Kesal Aiden menatap jijik kepada Raiden dan ia masuk ke dalam kamarnya.
30 menit kemudian Raiden da Aiden sama-sama keluar dari kamar masing-masing, "mau ke mana Lo?" Tanya Raiden melihat penampilan Aiden yang sudah rapi sama seperti dirinya.
"Bukan urusan Lo! Lo juga mau kemana?" Tanya Aiden.
"Bukan urusan Lo."
"Awas ya Lo kalau mau ketemu Vania!" Ancam Aiden.
"Ya memang iya, Lo juga mau ketemu sama Vania?" Tanya Raiden terkejut.
"Iya kocak!" Ujar Aiden berlari turun tangan mendahului Raiden.
"Sialan Lo!" Kesal Raiden ikut mengejarnya.
Saat di lantai dasar Caca menatap keduanya terkejut, karena saling kejar mengejar. "Kalian kenapa lagi? Trus kenapa kalian malah jadi seperti tikus dan kucing sih?" Tanya Caca heran.
"Untung aku kucingnya." Ujar Raiden berhenti di sebelah Aiden.
Caca menghela nafasnya untuk ke sekian kalinya, hari ini kesabaran di uji sama kelakuan kedua putranya.
"kali ini kalian berdua mau pergi kemana?"
"Mau jalan -jalan dulu bund, sebelum kita pergi setidaknya ada kenangan indah di negara ini." Sahut Raiden merangkul kakaknya dan tersenyum dengan paksa.
Aiden menatap sinis pada Raiden, tetapi dengan terpaksa ia harus mengiyakan apa yang Raiden katakan. "Iya bund boleh ya?"
"Enggak! Nanti kalian berantem siapa yang susah?" Tanya Caca berkacak pinggang.
"Bundaaa sayang... Aiden memang bandel tapi Aiden tau Rai itu adek satu satunya Ai dan Ai gak mungkin lukai adek aku lagi bundaa." Ucap Aiden dengan nada yang sangat lembut.
"Kalian janji ya jangan berantem?" Tanya Caca masih menaroh rasa curiganya.
"Iya bundaaa janji kok." Ujar Aiden mantap.
"Yaudah kalian hati-hati." Ujar Caca membiarkan kedua anaknya pergi dengan saling merangkul.
"Tuhan, mudah-mudahan rasa lelah ini berubah menjadi kebun sawit 10 hektar." keluh Caca.
🕊️🕊️🕊️🕊️
Di luar rumah Raiden dan Aiden hanya terdiam untuk beberapa saat. "Lo udah janjian sama Vania?" Tanya Raiden.
"Belum! Lo udah?" Tanya Aiden.
"Udah."
"Dimana?"
"Kepo banget jadi orang!" Tekan Raiden berjalan kearah motornya.
Aiden juga sama mengikuti Raiden dari belakang. "Lo mau ngapain?" Tanya Raiden kebingungan.
"Mau ikut lah." Enteng Aiden.
"Nanti Vania nya dimana?"
"Di hatiku."
Raiden menatap jijik kepada Aiden, "ihh jijiknyaa." Geli Raiden mendengar perkataan Aiden.
Aiden berjalan kearah motornya dan mengikuti Raiden dari belakang.
Arah motor Raiden bergerak ke arah taman kota, itu artinya mereka berdua janjian di sana.
Sesampainya di sana keduanya memarkirkan motornya, lalu berjalan memasuki taman itu.
Disebuah kursi terdapat seorang gadis yang duduk dengan manis ditemani dengan buku novel di tangannya.
Aiden dan Raiden bertatapan hingga pada akhirnya sama sama berlari dan duduk di kanan kiri Vania.
Bruk
Buku di genggam Vania terjatuh akibat kedatangan keduanya. Ia menunduk hendak mengambil buku itu tetapi Raiden dan Aiden juga ikut hendak mengambil buku tersebut.
Ketiganya saling pandang dan pada akhirnya Vania menarik paksa buku tersebut dari genggam Raiden dan Aiden "makasih kak." Ucapnya dengan tersenyum.
"Lo kesini sama siapa?" Tanya Aiden.
"Sama Diva, cuman dia izin pergi ke kamar mandi soalnya baju dia kotor." Jelas Vania.
"Ohh gitu."
"Emm kak Aiden kenapa ikut? Bukanya aku janjian sama kak Raiden?" Tanya Vania.
"Ohh! Lo gak senang gitu gue ikut kesini?" Tanya Aiden dengan sinisnya.
"Eh bukan... Cuman aku kira kak Raiden aja."
Setalah mengatakan itu tidak ada percakapan sesaat antara mereka bertiga.
Hingga Raiden berkata, "Vania..." Panggilnya dalam.
Vania dan Aiden reflek menatap Raiden, menunggu apa yang akan ia katakan.
"Gue sama kak Aiden akan pergi."
Vania terkejut tapi senang mendengar ucapan Raiden, "pergi kemana?" Tanya Vania.
"Kita mau pindah ke luar negeri." Lanjut Aiden menatap lurus ke depannya.
Vania bersorak gembira dalam hatinya, "yessss, akhirnyaaa." Batin Vania penuh semangat.
"Ohh gitu ya kak, semoga kalian di sana baik-baik aja." Ujar Vania pura-pura sedih.
"Lo sedih?" Tanya Aiden menatap Vania dengan mata teduhnya.
"Engga dong! Aku senang kalian pergi beban aku berkurang." Batin Vania berbunga-bunga
"Iya aku sedih, gak ada lagi teman sebaik kalian lagi." Ujar Vania. (Beda hati sama mulut nih Vania, huuu munafikkk. Tapi gakpapa lah munafik demi kebaikan sendiri itu lebih baik).
"Sama gue juga sedih, Lo jaga diri ya disini." Ucap Raiden menggenggam tangan sebelah kanan Vania.
Tidak mau kalah Raiden juga menggenggam tangan sebelah kiri Vania, "doain kita agar bisa lupain Lo." "kalau bisa cuman Raiden aja, gue jangan Lo lupain." Ujar Aiden.
"Gue berharap Lo lupain gue dan begitu pun sebaliknya." Ujar Raiden mengelus tangan mungil Vania.
Vania menarik lembut tangannya dari kedua lelaki itu, "aku bakal berdoa yang terbaik buat kalian berdua kak." Ujar Vania dengan senyum manisnya.
"Makasih." Ujar keduanya.
Dibarengi dengan itu Diva dateng dengan senyum manisnya. "Ihh kak Raiden udah datang?" Tanya Diva langsung duduk di sebelah Raiden.
"Iya." Ujar Raiden hanya bisa tersenyum menghargai usaha Diva.
"Kak Rai aku dengan dari sana mau pindah? Pindah kemana?"
Raiden menatap sinis pada Diva, "gak usah kepo jadi orang."
"Yakan aku cuman nanya."
Raiden menghela nafasnya, " kita mau pergi ke luar negeri mungkin ke Belanda dan menyelesaikan pendidikan disana." Jelas Raiden.
"Ohh gitu ya kak, kak Raiden jangan lupa sama aku yaa." Ujar Diva dengan tatapan permohonan.
"Diusahakan! Tapi pasti gue lupa sih" ujar Raiden.
"Kak Rai kenapa jahat sih sama aku? Aku udah baik loh... Tanya aja sama Vania." Ucap Diva bangga.
"Gak nanya." Kesal Raiden.
Sejenak Diva murung mendengar ucapan Raiden.
Vania dan Aiden menatap Raiden seolah-olah mengatakan bahwa dia harus menghargai Diva.
Raiden menghela nafasnya, "iya deh maaf, tapi itu lebih baik dan gue harap Lo jangan jahat dan bully Vania lagi." Ujar Raiden.
"Iya kak raii! Aku janji gak bakal jahat sama Vania." Ujar Diva senang.
Raiden tersenyum dan mengelus sekilas rambut pendek Diva.
"Keknya gue sama kak Rai masih punya urusan deh, kita pergi dulu ya." Ujar Raiden menarik tangan Aiden.
"Hati-hati ya kak Rai baybay." Ujar Diva melambaikan tangannya.
Setalah sedikit menjauh dari kedua gadis itu Aiden tertawa, "hahaha ada urusan apa Lo sama gue?" Tanyanya.
"Diam Lo." Kesal Raiden.
"Gak bisa gitu Rai, hargai dia selagi ada. Jangan nyesel setelah dia gak lagi cinta sama Lo." Ujar Aiden dengan bijak.
"Ya gak bakal kita kan bakal pergi, udahlah jangan bahas itu lagi! Gue mau pergi aja."
🕊️🕊️🕊️
Kembali lagi bersama Vania dan Diva.
Vania besok penuh kegembiraan dihadapan Diva, "yeyyy aku terbebas dari mereka senang bangetttt." Seru Vania bersemangat.
"Kenapa kamu senang?" Tanya Diva.
"Gakpapa, pengen aja gitu heheh." Kekeh Vania.
Diva bersandar pada kursi, "kenapa kak Rai selalu menghindar ya dari aku? Aku kurang ala sih? Aku itu pintar, aku berprestasi dan punya banyak bakat. Kalau cantik? Aku cantik gak Vani?" Tanya Diva dibalas anggukan kepala oleh Vania.
Diva itu cantik hanya saja dia selalu mengunakan make-up kemanapun ia pergi, wajahnya yang mulus di tutupi oleh bedak yang tebal. "Kamu cantik, tapi aku gak tau kenapa kak Raiden begitu membenci kamu."
"Huhh... Gimana ya caranya biar kak Raiden luluh sama aku?"
"Emang kamu masih mau? Kak Raiden kan bakal pergi." Ujar Vania.
"Iya sih, yaudah deh suatu saat kak Raiden kembali aku akan berusaha dapatkan hatinya."
"Iya kamu pasti bisa, semangat yaa." Ujar Vania dianggukki oleh Diva.
🕊️🕊️🕊️
Terimakasih sudah baca dan maaf kalau banyak salahnya, tadi aku mau update dua bab cuman adekku ubah mood aku jadi gak jadi dehh, jangan lupa likenyaa yaaa teman teman yang baikkkk terimakasih dan selamat malam jugaa.
Satu lagi aku lupa buat tanda miringnya, besok aku perbaiki.
,, aku tunggu lanjutannya...
,, btw itu kevin kenapa? suka ya...
,, Aiden pingin aku lempar ke genteng nih, hih